Farewell - iwaoi

428 38 5
                                    

no summary bcoz there is no plot.

©naviolait


Haikyuu!! © Haruichi Furudate

(tidak ada keuntungan material dalam pembuatan fanfiksi ini)

***

Di pertengahan musim dingin, tanganmu terulur dengan bentang bibir tersenyum lebar. Tiada getaran di bilik suaramu saat mengucapkan, "selamat tinggal."

Kau tau apa yang aku pikirkan? Bahagia-mu. Aku adalah seorang munafik paling menjijikan yang turut membalas senyummu sambil berkata sampai bertemu lagi.

Harusnya aku senang. Kau berhasil meraih mimpi yang sering kau ceritakan dulu dan dengan semangatnya aku membalas bahwa kau bisa, tapi kali ini aku ingin menarik semua perkataanku kala itu, memohon agar kau tidak bicara omong kosong; mungkin itu akan mematikan mimpimu dan membuatmu tetap tinggal.

Tepukan besar dipundak terasa sangat menyakitkan, padahal maksud dari tindakan itu adalah menyuruhku tegar.

Kau mulai melangkah.

Satu.
Dua.
Tiga.

Tidak bisakah kembali saja?

Jutaan kalimat itu menggantung di tenggorokan. Aku menutup wajah malu pada diri dan rasa takut kehilangan yang menyiksa pada tiap ketukan langkah tercipta di atas putih salju.

Masih teringat jelas bagaimana diri ini terisak kencang, mengabaikan dinginnya musim yang menurunkan es dari langit. Saat isakan semakin kencang, kau kembali.

Aku kira kau benar-benar kembali, jika kau mau tau bahagia di hati tak bisa terelakan lagi, tapi semua meluruh saat kau berbisik lirih bersama tepukan semakin mengeras di pundaknya—mungkin kau juga menahan emosi kala itu.

"Aku akan pulang."

Satu kalimat yang aku percayai di dalam hati bersama tahun yang mulai berganti, musim berlalu dan kau tak juga kembali.

Kau tau? Aku lelah menunggu. Kau tidak menepati janji dan membuatku benci.

Tapi aku sadar akan satu hal.

Disini, detik ini.

Kau sudah menyelamatkan negri dan mati bersama cita-cita yang kau banggakan dan kau impikan selama ini.

Aku sedikit iri.

Tenang, seberapa besarpun diriku membenci, rasa cinta ini tak bisa mengalahkannya.

Karena kau yang terhebat.

Terima kasih, Iwaizumi.

Oikawa Tooru.

Bersama itu, Oikawa mundur selangkah dari pusaran bertuliskan nama lengkap Iwaizumi Hajime, disampingnya berdiri kecil bendera negara. Oikawa Meninggalkan sebuket bunga serta surat yang sempat ia baca sejenak isinya di tempat pembaringan tak berisi.

Ia menghapus air mata dengan senyum mengagumkan bagi siapa saja yang melihat.

"Selamat tinggal, Iwaizumi."

a/n

utangku lunas ya? hehehe

Resonansi TantrumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang