Summary: Kuroo takut Kenma tidak mencintainya sama besar. Kuroo membiarkan pikiran buruk itu menggelayut hingga bercabang.
Haikyuu!! © Haruichi Furudate(tidak ada keuntungan material dalam pembuatan fanfiksi ini)
***Kenma tau, sangat tau apa yang bergelut di dalam pikiran lelaki yang sedang menundukan kepala menatap ujung sepatunya. Kenma tau satu kalimat yang akan terlontarkan. Pemuda itu paham kala interaksi antara keduanya tidak seintense dulu, dan di mana bibir itu mulai sedikit melontarkan kata. Kenma tau, bahwa semua akan selesai.
"Kuroo?"
Tubuh jangkung itu berjengit kecil, jemari-jemari meremat ujung bajunya. Kenma mendengus.
"Kenma, lets break up."
Tadinya Kenma ingin meng-iyakan, sebab pikirnya Kuroo akan bahagia jika memang harus berpisah dengannya. Tapi, melihat bagaimana keraguan tergambar lantang di obsidian gelap itu membuat Kenma urung. Seberapa banyak jarak yang Kuroo ciptakan tidak membuat Kenma menjadi bodoh dan menutup mata, lalu membiarkan pikiran negatif sebagai suatu hal yang benar.
Kenma mengenal Kuroo lebih daripada Kuroo mengenal dirinya sendiri. Pemuda itu tau saat kebohongan Kuroo ciptakan, tau saat Kuroo memiliki ketakutan, tau saat Kuroo merasa sakit, serta tau jika Kuroo masih sama mencintainya dan itu tidak pernah berubah.
Pasti ada suatu hal yang memang mengharuskan Kuroo bertindak demikian.
Diraihnya jari-jemari Kuroo yang mulai memerah, "nanti luka."
Mata Kuroo membulat sempurna, kini pandangannya terangkat, memandang pemuda yang lebih pendek darinya memberikan afeksi lembut pada jemarinya.
"Aku gak mau putus."
Kenma menatap Kuroo tepat pada mata, "kalau kamu mau putus ngomong yang jelas, bukannya kaya gini, cupu."
Banyak Kuroo terima dari teman-temannya membicarakan perihal sikap Kenma dan berakhir dengan pertanyaan yang jika Kuroo kalkulasikan sudah tidak lagi terhitung jumlahnya, berkumpul dan membangun ruang baru di labirin pikirannya.
Kuroo terlanjur membiarkan pikiran buruk hinggap di kepalanya, membakar setengah kepercayaan dan menciptakan opini sendiri tentang hal yang seharusnya tidak boleh hadir di sana tentang apakah Kenma benar menginginkan hubungan ini?
Kenma memang tidak terlalu menunjukan bahwa dirinya peduli, sikap acuh pada apapun selalu menciptakan image yang membuat terjadinya kesalahpahaman. Tapi, harusnya Kuroo adalah pengecualian.
"Siapa yang nyuruh kamu?"
Kuroo berjengit lagi, lalu menggeleng keras. Tidak ada jawaban di sana, hanya gerak tubuh yang tidak secara tepat membalas pertanyaan Kenma.
"Kamu kalo mau bohong jangan ke aku. Aku udah hapal kamu."
Pundak Kuroo melemas. Nyatanya apa yang sudah Kuroo persiapkan tidak akan selancar bayangannya. Bukan salah Kenma, ini kesalahannya karena Kuroo sendiri pun tak tau apa yang ia lakukan saat ini benar atau tidak.
"Kenma, do you love me?"
Dibawanya jemari Kuroo untuk Kenma kecupi bertubi-tubi.
"Of course i do." Kenma terlalu menikmati kehangatan tangan Kuroo dan tidak mengambil potret wajah lelaki di hadapannya yang kini memerah dengan kelopak berkedip-kedip bingung, sebab jarang sekali Kenma seperti ini, biasanya saat pertanyaan itu muncul Kenma hanya akan mendecih, kabur atau bahkan memukulnya keras.
"Ragu..." Lirih Kuroo. Kenma menghentikan kegiatannya, "apa?"
"Mereka bilang setiap ngeliat kita berdua cuma aku yang seakan pengen adanya hubungan ini. Dari sikap kamu yang selalu denial, dan nutup diri. Aku pikir mungkin mereka bener, mungkin aku gak terlalu baik buat kamu, mungkin aku gak pantes buat kamu, mungkin aku cuma bebanin kamu dan buat kamu gak bahagia."
Satu tamparan keras baru saja menyakiti hati Kenma akan kenyataan yang Kuroo sampaikan.
"Gak, gak, gak. Kamu cukup. Kamu bilang jujur malah buat aku sadar kalo di sini aku yang treat kamu dengan baik."
Kenma merentangkan tangan, membawa tubuh besar Kuroo dalam pelukan. Kenma selalu suka saat memeluk tubuh besar itu, karena telinganya tepat berada di mana jantung Kuroo berdetak cepat dan itu sangat menenangkan.
"Jangan putus. Aku mau nunjukin ke orang-orang dan temen-temen kamu kalo bukan cuma kamu yang mau adanya hubungan ini, ya?"
Kuroo menghirup dalam aroma tubuh Kenma yang menjadi candunya, lalu berbisik pelan. "Maaf, gak lagi-lagi mikir jelek."
"Dimaafin. Maaf juga karena belum bisa jadi pasangan yang baik."
"Kamu baik."
"Kamu lebih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Resonansi Tantrum
Fanfiction- Resonansi dentingan emosi merayap, mengukir tiap-tiap sisi ruang dan menjadikannya corak lukis dari jutaan ribuan cerita. disclaimer: haikyuu!! © Haruichi Furudate 2020 Resonansi Tantrum © @naviolait © @amerhyz on hiatus