O 9 ; mendung

310 41 10
                                    

Melihat kondisi cuaca yang cukup tidak bagus karena mendung dan beberapa anak di kelas yang memakai jaket tebal- apalagi para personifikasi negara tropis.

Hujan mulai turun, suasana kelas masih sepi tanpa ramai karena sang biang masalah belum juga sampai. Kiku menghampiri kakaknya yang sedang makan dimsum dengan khidmatnya.

“Aru?~ Nihon toh, mau dimsum?” tawar sang pria paruh baya yang awet muda.

Kiku menggeleng tanda dia tidak mau. “Tidak, arigatou nii!” ujar Kiku tersenyum kecil.

Sembari lanjut makan, Yao melakukan perbincangan kecil dengan Ivan yang didengar Kiku cukup sangat absurd dan melenceng.

Lalu Kiku menoleh melihat Alfred yang seperti biasa mengkonsumsi burger dimana pun dan kapan pun. Pemuda berkacamata itu sedang diprotes Francis dan mengusili Arthur yang menyeruput teh.

Sedangkan para negara Asia selain Yao sedang bermain uno. Xiao alias Taiwan debat cantik dengan Vietnam, kedua wanita itu sama-sama menawan lewat kecantikannya masing-masing.

Dan- pintu terdobrak dengan dibarengi kemunculan Dirga dengan jaket tebal berwarna hitam dan syal merah lalu Malaysia mengikuti abangnya dari belakang.

Dengan tentram sentosa menarik ujung syal merah Dirga layaknya anak ayam tidak berhenti melepaskan.

“Udah woy!” menutup pintu lalu melepaskan jaket tanpa ada niat memisahkan syal dari lehernya.

Kini, Dirga benar-benar terlindungi dari udara dingin. Baju yang biasa dia pakai kini di dalamnya terdapat kaos hitam, sehingga siku sampai telapak tangan yang biasanya tidak terlindungi malah dilapisi.

Sedikit bersin dan terbatuk-batuk. Dirga duduk anteng dikursinya tidak seperti biasa, menenggelamkan wajahnya ke atas meja.

Kiku ingin menghampiri, dan bertanya soal kondisi sang pemuda. Tetapi, urung ketika guru sudah masuk.

Hanya menjelaskan singkat, bahkan yang sama sekali tidak berguna. Kiku maklum karena sekolah di sini hanya sebuah formalitas belaka, sisanya kau bisa berbuat seenaknya.

Dirga tiba-tiba menghilang tepat saat guru itu pergi. Menurut informasi dari Natalya, pemuda itu biasanya akan menuju atap.

Dengan suhu seperti ini, Kiku yakin pemuda itu bisa menggigil kedinginan jika berada di atap lama-lama. Sembari menyambar jaket hitam Dirga yang terletak di atas kursi, Kiku melangkah pergi.

Yao yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala. “Dasar, anak muda dimabuk cinta, aru~!”

Padahal usia Kiku sebagai negara sudah bisa dibilang cukup tua.

•••

Dirga sedang asik menyesap candu yang tidak bisa lepas dari bibirnya. Menghembuskan asap abu-abu, hingga tertiup angin dingin. Tenang dan damai, hanya itu yang sang pemuda butuhkan.

Hingga, pintu atap terbuka. Setahu dia, hanya Ivan yang berani kemari.

Menatap siapa yang ke sini alias tempat favoritnya, lalu mendapati pemuda yang sempat dia pikirkan. Kiku melotot sembari menghampiri Dirga yang membeku ditempat.

Diselipan tangan, ada benda yang waktu itu dia pernah lihat.

Sebatang rokok yang menyala.

Mengambilnya dengan penuh emosi dan menghempaskan ke lantai lalu memijaknya hingga hancur. Kiku bersidekap sembari menggembungkan pipinya.

Seperti seseorang yang menunggu jawaban dari sang kekasih.

“Ada ap-” Dirga berniat mengambil sebatang rokok di dalam bungkus isi hampir seperempat sisanya.

“Tidak!” Kiku menatap tajam Dirga membuat sang pemuda terdiam seketika.

“Kena-”

“Tidak boleh! Letakan!” perintah Kiku membuat Dirga melepaskan pegangannya pada bungkus rokok itu.

“Bagai-”

Kiku tiba-tiba memeluk pemuda itu. Memukul dada Dirga bertubi-tubi dengan maksud menyalurkan rasa kesal juga khawatir.

Baka! Jaga kesehatanmu, jangan suka merokok! Aku khawatir, Dirga No baka!” masih mengerucutkan bibirnya.

Membuat Dirga mati-matian menahan agar tidak menyambar juga melumat bibir Kiku. “Maaf, aku akan berusaha untuk tidak merokok-”

Jika adik-adiknya mendengar ini, mungkin mereka mengira itu adalah sebuah keajaiban juga kemustahilan. Tetapi, Kiku cukup puas dan mengangguk.

Dirga tiba-tiba mengecup pipi kanan Kiku cepat, dan menjilat bibir bawahnya. “Setidaknya, manisnya benar-benar menggantikan rokok itu.”

Kiku bersidekap sebal juga menahan malunya. “Dirga baka!” serunya berulang kali.

•••





[ ✔ ] ❝ AISHTERU .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang