03

13.3K 1.6K 226
                                    

Setelah diomeli habis-habisan, akhirnya Jisung pulang ke rumahnya.

“Papa mama harus tau.” pikirnya.

Ia melangkah dengan gontai ke dalam rumah. Disambut hangat oleh mamanya.

“Jisung, udah pulang toh.” sapa mama Jisung.

“Mah.. J-jisung..” lidah Jisung terasa kelu ketika hendak menyampaikan masalahnya.

“Kenapa, ji? Kamu gak seseger biasanya?”

“Enggak, mah. Jisung c-capek. Jisung naik dulu ya.” dengan cepat Jisung berjalan ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Jisung mengacak-ngacak rambutnya, “aISHH!!”

“Bego banget sih lu, Park Jisung!” teriaknya sembari memukuli kepalanya.

• TOO YOUNG •

Dengan lesu, Jisung melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Tatapan matanya seketika bertemu dengan Aileen.

Tiba-tiba, Jisung menarik tangan Aileen tanpa diduga. Meninggalkan banyak tanya di pikiran masing-masing teman sekelasnya.

Jisung menarik tangan Aileen hingga ke taman belakang sekolah. Kali ini berbeda, Jisung menariknya dengan lembut. Aileen dapat merasakannya.

“Aileen.”

“Ya??”

“Jawab jujur.”

“Iya.”

“Lo suka sama gue?”

“H-hah?—



















—gimana aku mau suka sama kamu? Aku aja gak kenal kamu..”

“A-ah iya juga..” gumam Jisung.

“Emang kenapa?”

“Gak, gapapa. Nanti pulang gue jemput.”

“Eh, ngerepotin.”

“Iya, ngerepotin. Tapi kan gue yang mau. Tunggu di gerbang sekolah nanti.”

“Ok!”

• TOO YOUNG •

“Ayo naik.” ucap Jisung.

Aileen masih berpikir keras bagaimana cara naik motor Jisung. Motor Jisung cukup tinggi untuk orang dengan tinggi kurang dari 150 cm. Terlebih lagi, Aileen menggunakan rok pendek.

“Jisung.. nanti paha aku ke—”

“—duh iya! Maap lupa. Nih!” Jisung langsung ngelingkarin jaket nya di pinggang Aileen.

Akhirnya Aileen bisa naik motor Jisung dengan tenang.

“Pegangan.”

Aileen dengan ragu meletakkan tangannya di pundak Jisung.

“Kaku banget, disini aja. Gue geli di pundak.” Jisung memposisikan tangan Aileen ngelingkarin pinggangnya.

“E-eh? Gapapa?”

“Lo gak pernah dibonceng ya?” tanya Jisung sembari menjalankan motornya.

“Ini pertama kali aku naik motor.”

“Hah?! Beneran?! Udah segede gini baru pertama kali naik motor?”

“Iya. Dulu waktu papa mama masih ada, aku selalu pake mobil. Terus, waktu papa mama udah gak ada, aku pake bus atau jalan kaki.”

“O-ooh.. pantes.”

Dari lubuk hati Jisung yang paling dangkal, ia ingin bertanya bagaimana Aileen bisa kehilangan kedua orangtuanya? Tetapi, dari lubuk hati Jisung yang paling dalam, ia sangat penasaran kenapa bisa bertahan Aileen hidup sendiri?

“Sejak kapan lo hidup sendiri?” tanya Jisung pada akhirnya.

“Sejak SMP tiga. Pas UNBK tepatnya.”


“Kok bisa bertahan hidup? Ada sodara?”

“Ah enggak. Sodaraku gak ada yang mau kenal aku. Kalo ketemu pasti pura-pura gak tau hehehe. Aku selama ini kerja di restoran apartemen. Itu loh yang ada di paling bawah.”

“Digaji?”

“Iya dong. Sejam seratus ribu. Biasa aku kerja sehari tiga jam. Jadi sehari tiga ratus ribu. Lumayan kan?”

“Lumayan banget lah! Kerjanya ngapain aja?”

“Aku sih biasa cuci piring atau ngelayanin pesanan orang-orang gitu.”

“Ooh, jadi selama ini lo ngebiayain diri lo dari kerja keras lo sendiri..”

“Kamu tau gak apa yang lucu dari hidup aku?”

“Hm?”












































“Papa mama aku dibunuh sama om aku sendiri. Katanya mereka itu parasit di keluarga besar kami.”

Jisung speechless.

“Aku juga bingung sih, kenapa aku dibiarin hidup sama om aku. Padahal kalo omnya mau, saat itu juga, dia bisa bunuh aku kok.”

“T-terus sekarang om lo dimana?”

“Gak tau, semenjak hari dimana om bunuh orangtua aku, om menghilang gitu aja.”

“Dan lo tenang-tenang aja?!”

“Gak, Jisung. Kamu salah. Aku takut. Sangat takut.”

TOO YOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang