23

8.5K 1K 73
                                    

Jisung tak bisa berhenti panik. Walaupun disini sudah ada sahabat-sahabatnya beserta kedua orangtuanya yang berusaha menenangi Jisung. Masalahnya, Dokter Kim tetap menyuruh Aileen bertahan hingga jadwal waktu yang ditetapkan.

Jisung tak pernah melepaskan genggamannya pada Aileen. Jisung tak henti berdoa demi keselamatan Aileen dan calon anak-anaknya.

Mengenai Lami dan omnya Aileen, Papa Park telah mengurus kedua orang itu. Papa Park bahkan tak memberi ampun kepada mereka berdua. Papa Park meminta hukuman seberat-beratnya untuk mereka berdua. Terutama untuk Lami. Karena, kecelakaan tadi adalah rencana Lami. Selama berbulan-bulan Lami mencari informasi tentang Aileen. Dan Lami menemukan info kalau omnya Aileenlah yang telah membunuh kedua orang tuanya Aileen. Hal itu sulit dilakukan tentunya. Karena Lami harus menghasut omnya Aileen untuk ikut serta dalam rencananya. Hingga tadi adalah waktu yang pas untuk mereka berdua menjalankan aksinya.

Walaupun Papa Park mengajar Jisung dengan keras, bukan berarti ia tidak menyayangi anak satu-satunya itu. Selama ini juga Papa Park tak henti memikirkan Jisung dan Aileen. Apakah mereka berdua akan baik-baik saja dengan hukuman yang ia berikan pada Jisung? Namun ternyata Jisung berhasil membuktikan kepadanya kalau Jisung telah dewasa dan sepenuhnya bertanggung jawab kepada Aileen. Sebagai papanya, tentu Papa Park merasa sangat bangga.

Ceklek.

Dokter Kim masuk ke dalam ruangan, “Siap?”

• TOO YOUNG •

Hanya Jisung yang boleh mendampingi Aileen saat proses melahirkan. Yang lainnya keluar. Tak lupa saat keluar, mereka memberikan semangat kepada Aileen dan Jisung.

Aileen mengusap pipi Jisung. Rasa takut sangat menguasai dirinya hingga air matanya kembali berjatuhan. Bagaimana jika ini kali terakhirnya melihat Jisung? Bagaimana jika ia tidak lagi bisa menikmati hari-harinya bersama Jisung? Bagaimana jika ia tak berhasil bertahan.. apakah Jisung bisa mengurus kedua anaknya?

Jisung mencium kening Aileen dan membisikkan, “Aku sayang kamu.. jangan nyerah untuk bertahan. Aku mohon..”

Dokter Kim mengambil nafasnya, “Siap ya?”

“Hitungan ketiga, dorong ya..” ucap Dokter Kim.

Jisung sudah siap jika nanti harus dijambak, dipukul, dicakar sebagai pelampiasan sakitnya Aileen.

“Satu..dua..tiga..”

Aileen mulai mendorong, “Hhh.. hhh.. hhh..”

“Tarik nafas.. buang..”

Aileen mengikuti semua instruksi Dokter Kim dengan baik walaupun rasanya ingin mati.

Aileen kembali mendorong, “hEUMMMMMM..hhh hhh.. s-sakit..”

Aileen meremas tangan Jisung sebagai lampiasan sakitnya dan terus mendorong.

“Kepalanya mulai keliatan nih! Ayo! Dorong terus!”

Aileen mengerahkan tenaganya kembali untuk dorongan yang ini. “Heeeummmm...”

Jisung sampai meneteskan air matanya. Tidak tega. Sangat.

oWEEE OWEEE

“Baik. Anak pertama sudah keluar.” Dokter Kim langsung menyerahkan bayi pertama mereka kepada dokter anak.

“Tarik nafas lagi ya. Ini yang terakhir. Semangat!”

Kondisi Aileen seperti tidak memungkinkan untuk melanjutkan lahiran ini. Jisung dan Dokter Kim sama-sama khawatir melihatnya.

Menebak suasanya, Aileen berucap, “S-saya masih kuat..”

“Baik. Hitungan ketiga..”

Diluar ruangan..

“Ini tinggal anak kedua.” ucap Jeno.

Orang tua Jisung tidak bisa menutupi kekhawatiran mereka. Bahkan Papa Park juga terlihat sangat takut.

“Ayo Aileen.. you can do it..” ucap Haeri.

“Aileen anaknya sekuat itu gak sih..” tanya Jaemin pelan.

Haechan sambil memijit pangkal hidungnya, “Bukannya apa-apa tapi gue ragu.. badannya mungil banget abisan.”

“Siapa tau kecil-kecil cabe rawit.” sahut Jaemin.

“Kok lama banget ya? Tadi kayaknya anak pertama gak selama ini?” tanya Mama Park yang mulai khawatir.

“Tenaganya mulai abis kali tante..” jawab Renjun.

oWEEEE OWEEEE

Mereka serentak menghela nafas lega. Anak kedua mereka berhasil keluar.

“Tunggu. Kalau kedua anaknya udah keluar, berarti udah dua nyawa. A-aileen—”

DETAK JANTUNG PASIEN BERHENTI!”

Muka mereka semua kembali tegang. Tak lama Jisung keluar dari dalam ruangan dengan muka yang sudah tidak jelas bagaimana ekspresinya. Diusir tepatnya. Karena dokter harus bertindak. Pandangan mata Jisung sudah kosong. Sesegera mungkin Mama Park memeluk Jisung untuk menguatkannya. Dan akhirnya tangis Jisung pecah. Ia terisak di bahu sang mama.

TOO YOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang