Bab 03; Selangkah Lebih Dekat

687 48 10
                                    

Sudah pukul dua belas malam hari, namun Rania masih ada luar rumah. Ia begitu asik menikmati alunan lagu dengan segelas anggur ditangannya. Kalau saja besok adalah hari libur sudah pasti ia akan memilih untuk tetap disebuah tempat ramai yang biasa disebut club ini. Seluruh pasang mata dari laki-laki buaya itu terus memperhatikan lekuk tubuhnya yang cukup eksotis karena gaun ketat yang ia kenakan. Bahkan ada beberapa yang berani untuk menjangkau tubuhnya, beruntungnya Rania tidak begitu banyak minum jadi ia masih bisa menepis tangan-tangan nakal itu dengan sadar.

Diantara riuhnya suasana club bersama dengan teriakan manusia-manusia didalamnya yang kebanyakan sedang mencari pelarian atas segala rasa sakit yang dirasakan, Rania merasakan teleponnya bergetar. Ini adalah panggilan ke 64 kali dari ayahnya. Rania kemudian mengetuk tombol berwarna hijau yang akan menghubungkan panggilan tersebut. Ia sudah siap dimarahi habis-habisan kali ini.

"Halo?" ucapnya dengan suara yang cukup lantang sebab suara musik yang begitu kencang.

"PULANG RANIA! KAMU GAK INGAT INI SUDAH JAM BERAPA?"

"Halo?" riuh suasana yang begitu bising membuat Rania tidak bisa mendengar dengan jelas suara ayahnya. Ia berulang kali mendekatkan telephonenya ketelinga namun tetap saja yang ia dengan hanya suara bising teriakan laki-laki.

Rania akhirnya meninggalkan gelas anggurnya di meja bartender, ia melangkah keluar club untuk mencari tempat sunyi. "Halo? Kenapa Ayah?" tanyanya kembali memastikan telephonenya masih terhubung.

"PULANG! SAMPAI JAM SATU KAMU BELUM ADA DIRUMAH, AYAH AMBIL SEMUA FASILITAS KAMU!"

Tutt..... sambungan telephone terputus. Rania dengan segera sadar dari mabuknya setelah mendengar kalimat yang barusan ayahnya sebutkan. Ia kemudian segera mengobrak-abrik isi tasnya, mencari kunci mobil agar bisa segera pulang. Namun ia tak kunjung menemukannya. Sementara kepalanya sudah terasa semakin pusing efek dari alkohol yang ia minum tadi. Rania mencak-mencak kesal karena kunci mobil sialan itu tiba-tiba hilang disaat genting seperti ini sementara waktu terus berjalan. Ia memijat pelipisnya tidak sanggup membayangkan jika semua fasilitas yang ia punya akan diambil, lalu bagaimana lagi cara yang bisa ia lakukan untuk melarikan diri dari rasa sakit?

Ia menyerah, memilih untuk mengambil jalan pintas saja dengan memesan taksi online. Rania berusaha menyalakan telephonenya namun tidak kunjung menyala, sesaat kemudian ia tersadar jika baterai handphonenya telah habis. Rania mengacak seluruh rambutnya, "Anjingg!!" bagaimana caranya ia bisa meminta pertolongan sedangkan Sandra dan Elsa sedang tidak bersamanya kali ini, tidak mungikin kan jika ia meminta tolong kepada laki-laki yang tengah mabuk didalam sana, bisa-bisa ia malah diboyong ke hotel.

Tanpa berpikir panjang Rania memilih untuk berjalan kaki saja, mengikuti arah kemana ia melangkah sembari berharap ada seseorang yang berbaik hati dan menolongnya. Tiba didepan sebuah minimarket Rania segera mencari orang yang bisa ia pintai pertolongan, ada beberapa orang yang baru saja selesai belanja di sana.

Dengan langkah lunglai karna rasa pusing yang semakin kuat Rania berusaha menghampiri sosok laki-laki yang tengah berdiri dengan telephone genggam ditangannya. "Mas, boleh minta tolong pesenin saya taksi online. Tenang aja saya bayar kok Mas, handphone saya mati soalnya," ucapnya memohon-mohon sambil sesekali memijat pelipisnya yang sakit.

Ia bahkan sudah tidak bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki dihadapannya, penglihatannya sudah sangat kabur. "Tolong ya Mas, saya gak mau miskin Mas. Saya harus sampe rumah sebelum jam satu." Pintanya kembali dengan kedua tangan memohon-mohon.

"Iya."

"Alhamdulillah," sahut Rania lega, ia kemudian berusaha menyebutkan alamatnya kepada laki-laki itu.

Anehnya disaat seperti ini tutur kata Rania terlihat jauh lebih baik daripada kalimat kebun binatang yang biasa ia sebutkan. Entah karena pengaruh alkohol ataukah pengaruh keadaan darurat yang memaksanya terlihat baik agar mendapatkan pertolongan.

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang