Bab 02; Yang Sempat Hilang Kembali

839 53 9
                                    

"Lewat pintu belakang aja!" Sandra menarik paksa kedua tangan temannya yang masih saja diam dengan raut wajah bingung. Padahal jelas-jelas Bu Indri alias guru BK sekolah mereka sedang berjalan menuju gerbang utama.

Rania dan Elsa hanya bisa pasrah mengikuti arahan Sandra. Keduanya dibawa ke gerbang belakang sekolah yang sudah berkarat dan dipenui rumput liar. Tidak ada orang lain selain mereka bertiga di sana. Sandra segera mengangkat roknya agar lebih leluasa untuk memanjat.

"Sandra yang bener aja lo, masa lewat sini sih," Elsa membalas tidak terima, bagimana mungkin ia harus memanjat gerbang berkarat yang tingginya sekitar 1,5 meter. Belum lagi dengan rumput liar yang membentuk semak-semak.

"Udah ikutin aja, daripada lo di hukum Bu Indri," Rania yang tidak tau harus berbuat apalagi akhirnya memilih untuk mengikuti jejak Sandra.

Sandra berhasil mendaratkan tubuhnya diatas semak-semak yang begitu rimbun, ia kemudian mengambil tas Rania dan memegangi tangannya agar dapat jatuh kebawah. "Aduh! Bisa encok nih pinggang gue," ucapnya sambil memijat pinggangnya terasa sakit setelah jatuh diantara semak-semak.

Sementara Elsa yang ketakutan berkali-kali menghentikan aksinya untuk loncat. "Ini gimana, gue gak bisa loncatnya!"

"Lama banget sih lo, keburu Bu Indri keliling nyariin kita!"

Sandra dan Rania yang sudah tidak sabar terpaksa menarik paksa kedua tangan Elsa hingga ia jatuh diantara rerumputan. "Anjirr! Pelan-pelang dong!" sahutnya dengan raut wajah masam.

Ketiga wanita tersebut kemudian berbalik dan bergegas pergi menuju lapangan sekolah tempat dilaksanakannya upacara bendera. Namun, langkah mereka terhenti secara tiba-tiba. Sosok wanita paruhbaya dengan tubuh gempal sedang melipatkan kedua tanggannya di dada. Diiringi dengan tatapan maut yang membuat siapapun merinding ketika melihatnya.

"ANJING!" umpat Elsa dengan raut wajah kagetnya.

Refleks Rania dan Sandra segera menutup mulut Elsa dengan telapak tangan. Perempuan itu memang tidak bisa diandalkan dalam kondisi apapum. Melihat situasi yang kian menegangkan, Rania berusaha mencairkan suasana dengan segala tipu daya yang ia bisa. "Eh Ibu, ini kita udah mau ke lapangan kok Bu. Gak usah repot-repot dicariin," ujarnya dengan senyum menggoda dan tangan yang diayunkan kesana-kemari.

"Gara-gara Elsa nih Bu, kita jadi telat. Tapi besok gak telat lagi kok Bu," ucap Rania berusaha lebih meyakinkan.

Elsa yang mendengar penuturan Rania hanya bisa diam dengan mata melotot, bisa-bisanya ia harus menjadi kambing hitam padahal alasan terlambat sebenarnya adalah Rania yang tak kunjung datang menjemput Elsa dan Sandra dengan alasan macet. Padahal yang terjadi perempuan tersebut terlambat bangun karena semalam pergi clubing bersama gebetan barunya.

"Sudah-sudah! Ndak perlu banyak alasan kau! Sudah capek Ibu ini lihat mukamu tiap hari."

"PERGI KE LAPANGAN SEKARANG BUAT BARISAN BARU! LARI CEPAT!"

Tanpa pikir panjang, Elsa, Rania dan Sandra segera lari menuju lapangan sekolah. Sebelum perempuan paruhbaya tersebut mengeluarkan tanduknya dan mencaci setiap orang yang ia lihat.

"JANGAN KABUR KAU YA! BARIS DI LAPANGAN!"

***

Rania mengedarkan pandangannya kesana-kemari, rupanya cukup banyak murid yang terlambat hari ini. Beruntunglah ia jadi tidak begitu lelah ketika membersihkan toilet nanti. "Stt! Gantian dong, lo di depan," dengan suara berbisik Rania memanggil siswa perempuan yang berdiri dibarisan paling belakang. Ia berniat mengganti posisinya karena sinar matahari yang semakin terik, belum lagi amanat kepala sekolah yang tidak kunjung selesai padahal yang diucapkan tidak ada bedanya dengan upacara minggu lalu.

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang