04 - Rencana Tersembunyi

515 54 13
                                    

"Hoi, tukang tidur cepatlah bangun! Aku tidak suka orang yang pemalas."

"Ya sudah, pulangkan saja aku."

"Aku masih memerlukanmu, jadi aku tidak bisa memulangkanmu."

Mata gadis itu terbuka sepenuhnya seakan menyadari yang baru saja terjadi itu bukan mimpi. Benar saja, sofa yang tidak jauh dari ranjangnya sudah di duduki oleh sesosok pria tampan yang sedang mengutak-atik handphonenya.

"Aaaaa!!! Siapa kau? Pergi dari kamarku!! Cepat pergi!" teriak si gadis ketakutan.

"Hei, hei, hei, tenanglah ini aku," ucap si pria mencoba menenangkan si gadis.

Tanpa disadari si gadis, ia sudah mengambil vas bunga kaca yang berada di atas nakas dekat tempat tidurnya. Si pria yang menyadari mencoba menghentikan aksi gadis tersebut. Tapi sial, vas kaca itu sudah terlebih dahulu melayang dan mengenai dahi si pria. Dia meringis kesakitan, dan dahinya mengeluarkan darah.

"Levi!!"

Seakan sudah sadar apa yang gadis itu perbuat, dia segera mengambil kotak P3K dari dalam lemari penyimpanan dan mengobati luka Levi.

"Maaf, aku tidak sengaja," ucap Petra menyesal. Levi hanya menganggukkkan kepalanya tanpa banyak bicara.

"Ini semua juga salahmu. Kenapa kau berada di kamar seorang gadis yang tengah tertidur hah?"

"Oi, ini rumahku, itu berarti aku bebas melakukan apapun di rumah ini."

"Bodoh! Kau tetap saja tidak sopan. Ayahku saja selalu mengetuk pintu kamarku saat beliau ingin masuk. Tapi kau? Lelaki macam apa kau?"

"Baiklah, baiklah. Aku salah, maafkan aku. Bagaimana kau puas nona asisten?"

Raut wajah kekesalan sangat tampak pada wajah Petra. Bagaimana tidak? Coba bayangkan saat kau bangun di pagi hari dan menemukan seorang pria di kamarmu tengah duduk di sofa empukmu dengan santai. Apa yang akan kau lakukan? Beteriak? Pasti. Memaki-maki? Tentu saja. Melemparkan sesuatu? Harus.

"Ya aku puas. Lalu apa tujuanmu kesini?"

Levi merogoh saku celana dan mengeluarkan selembar kertas, entah kertas apa itu kemudian memberikannya pada Petra. "Ini untukmu, jangan sampai hilang."

Petra mengambilnya masih dengan raut wajah kesal. Namum setelah dia membaca apa yang ada di kertas itu, matanya langsung berbinar dan mulutnya melongo tidak percaya.

"Ini, sungguhan?" tanya Petra tidak percaya. Levi berdeham masih fokus pada handphonenya.

"Ya ampun!! Tidak kusangka, aku akan ke Jepang!!" teriak Petra bahagia.

Levi memasang wajah datarnya melihat ekspresi senang dari gadis itu. Walapun dari luar hanya wajah datar yang ia tujukkan, tapi dari dalam hatinya, Levi ikut tersenyum melihatnya.

Petra masih berlarian keliling kamar dan berteriak bahagia karena impiannya ke Jepang akan terwujud. Dia masih tidak menyangka, ternyata destinasi liburan Levi tidak tanggung-tanggung. Bukan negara tetangga yang ia kunjungi tapi, benua tetanggapun juga ia kunjungi. Jelaslah, holkay mah bebas.

"Kita disana hanya seminggu," ucap Levi yang membuat Petra berhenti berlarian.

"Tidak masalah. Yang penting aku ke Jepang. Yahuuu."

"Tapi ingat tugasmu, nona."

"Eh? Asisten ya? Itu mah gampang. Memang apa tugasku?"

"Bukankah sudah kuberikan padamu?"

Petra menaikkan satu alisnya. Petra bertanya-tanya dalam pikirannya. Yang mana ya? Tiba-tiba dia teringat tentang kertas yang Levi berikan tempo hari.

Believe You (LeviXPetra) [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang