Pesawat yang mereka berdua tumpangi mendarat dengan selamat. Petra sempat panik karena ini adalah pertama kalinya dia naik pesawat. Siapa lagi kalau bukan Levi yang menenangkan. Karena hanya mereka berdua yang pergi.
Petra takjub melihat pemandangan di sekelilingnya. Saat ini mereka dalam perjalanan ke sebuah hotel tempat di mana mereka menginap. Musim panas di Jepang memang keren. Tidak salah Levi memilih waktu.
"Hoi, tutup mulutmu. Air liurmu menetes. Itu menjijikan," ucap Levi dingin.
Petra mengelap air liurnya yang hampir menetes. Di mata seorang pria, gadis seperti itu memang menjijikan tapi Petra tidak peduli. Peduli setan apa yang dikatakan orang lain tentangnya. Dia happy-happy aja asal tidak mengganggu orang lain. Matanya masih fokus memandangi jalanan di Kota Tokyo. Benar-benar sama persis apa yang diliatnya di TV.
Levi melirik Petra sekilas sebelum pandangannya kembali fokus pada tablet yang ada di tangannya. Ini sudah sesuai dengan rencananya. Bukan tanpa alasan di pergi ke Jepang. Pria itu bukan tipe yang suka menghambur-hamburkan uang. Ada suatu alasan yang membuatnya harus terbang ke Jepang bersama Petra.
"Kapan kita sampai?"
"Entahlah, 15 menit lagi mungkin."
Mata Petra berbinar membuat Levi yang meliriknya sekilas menjadi mengangkat alisnya. Belum pernah Levi bertemu gadis se-aneh dan se bar-bar Petra.
Taksi berhenti di depan hotel. Setelah memberi ongkos, Levi segera keluar membawa barang-barangnya dan Petra.
"Berikan padaku, aku bisa sendiri," ucap Petra. Tanpa banyak bicara Levi memberikan koper Petra.
Mereka menuju meja resepsionis untuk memesan kamar hotel. Petra melihat-lihat sekeliling. Masih belum pudar rasa kagumnya pada negeri matahari terbit ini. Impiannya sejak kecil untuk pergi ke Jepang akhirnya terwujud. Ya, walaupun harus pergi dengan orang yang dia benci.
"Maaf Tuan, sekarang hanya tersisa satu kamar."
"Apa, satu kamar? Jangan bercanda."
Petra yang mendengar keributan antara Levi dan resepsionis segera menghampiri mereka.
"Ada apa?"
"Hanya tersisa satu kamar di sini," ucap Levi menjelaskan.
"Maaf, tapi apa tidak ada kamar yang kosong?"
"Tidak ada nona. Hanya tinggal tersisa satu."
Keadaan yang sangat bagus pikir Petra. Sudah senang dia pergi ke Jepang eh, malah jadi begini. Lalu sekarang apa? Satu kamar hotel dengan Levi? Orang yang paling dia benci?
"Baiklah, ku ambil. Berikan kuncinya."
Petra terkejut bukan main. Bisa saja kan mereka mencari hotel lain? Dia mencoba menahan mulutnya mati-matian agar tidak nyerocos hal yang tidak-tidak.
Levi yang sedikit peka dengan keadaan Petra juga tidak bisa melakukan apapun. Palingan nanti dia hanya nyerocos hal yang tidak berguna begitu pikir Levi. Toh, Levi juga bukan pria bejat yang suka bermain dengan wanita.
"Bagus, sekarang apa?" ucap Petra setelah memasuki kamar hotel.
Levi mengedikkan bahunya yang sukses membuat Petra merasa kesal. Ingin dia cabik-cabik cowok yang satu ini. Oke, dia akui mungkin itu mustahil malah sangat mustahil.
Beruntung di kamar ini ada dua ranjang terpisah. Dan itu berarti mereka tidak perlu tidur satu ranjang. Boro-boro tidur satu ranjang, bahkan Petra tidak pernah membayangkan nasibnya jadi seperti ini.
Beberapa menit yang lalu Levi bilang ingin pergi keluar. Kesempatan yang bagus untuk Petra. Niatnya saat sampai di hotel, dia mau langsung mandi. Tapi harus berdebat sebentar dengan Levi. Huh, menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe You (LeviXPetra) [SLOW UP]
FanficLevi x Petra (Rivetra) Judul sebelumnya: My Short Man ~~~ Berawal dari bel rumah yang berbunyi, dirinya tiba-tiba terbangun di tempat asing. Yang lebih membuatnya terkejut adalah dirinya yang tiba-tiba menjadi pembantu tuan muda yang pendek. Apa yan...