3

829 112 15
                                    

Maaf typonya 🙏
Enjoy reading^_^

Menghabiskan semua minumannya sampai merasa lega dan kenyang akan nafsu. Irene membuang nafasnya panjang sambil melepas gigitannya pada pipet kota susuk rasa jeruk namun isinya darah kuda atau tidak rusa.

Ia keluar dari dalam bilik WC. Mencuci tangannya dan berkumur-kumur agar bau darah tidak tercium.

Wanita itu melangkah keluar WC wanita. Berjalan santai menelusuri koridor yang tidak akan pernah sepi oleh penghuni kampus kecuali malam, hantu mungkin.

Mata Irene menatap setiap langkah kakinya. Sesekali ia menegakkan kepala untuk menatap jalan. Di ujung sana, terlihat pria yang jadi sorotan semua mahasiswa. Ulzzang di kampus ada dua. Bukan Seulgi, tapi Wendy. Bersandar di tembok sambil melepas headset nya setelah kedua bola mata mendapatkan keberadaan Irene yang tidak terlalu jauh darinya.

" Kau tidak apa-apa?" Tanya Wendy. Irene ingin mundur jikalau ia mencium bau perak. Namun tidak kali ini karena Wendy tidak memakai kalungnya.

" Irene, ada apa denganmu kemarin?" Tanya Wendy memastikan kekhawatirannya tidak sampai menimbulkan frustasi pada Irene.

" Aku hanya letih." Jawabnya beralasan. Namun itu wajar terdengar oleh Wendy.

" Apa kau baik-baik saja sekarang?" Wendy mengangkat tangannya. Memastikan kening Irene dengan suhu badan stabil.

" Dingin?" Gumam tanya Wendy.

" Haha..." Irene hanya terkekeh kecil setelah itu tersenyum.

" Pakai jaket ku." Wendy melepas jaketnya. Irene ingin menolak namun keduluan oleh Wendy yang memakainya.

" Badanmu dingin sekali. Padahal sekarang hari panas." Ucap Wendy. Irene tidak bisa menjawabnya. Ia hanya tersenyum melihat pria ini yang memakai tasnya lagi.

" Mau bareng ke kelas?" Tawar Wendy walau sedikit ragu jikalau Irene menolak.

" Boleh." Jawabnya. Wendy mengangguk lega. Ia pun menyesuaikan langkah kakinya, berjalan bersama Irene menuju kelas.

Ada obrolan disana. Kecil namun membuat tawa. Mungkin ini yang bisa membuat keduanya sedikit dekat. Tapi Wendy bukan pria yang suka sekedar dekat dengan wanita lalu ia makin dekat lagi sebagai teman akrab. Wendy butuh proses. Meski di sebelahnya Irene, Wendy masih canggung. Tidak apa, ini awal kisahnya saat menjadikan Irene teman baru..... maksudnya teman......teman dekat....

***

" Kau tidak latihan basket?" Tanya Irene.

Keduanya keluar bersama setelah matakuliah terakhir selesai.

" Seulgi tidak masuk hari ini. Dia ada urusan keluarga." Jawab Wendy. Irene paham dan mengerti.

Awalnya diam, namun Wendy sesegera mungkin mencairkan suasana.

" Mau ku antar?" Wendy berhenti di pintu depan kampus bersama Irene.

" Aku kebetulan bawa motor." Katanya lagi yang sekilas menunjuk parkiran.

" Kalau tidak mau tidak apa. Aku tidak memaksa nya." Wendy mengelus tengkuknya.

" Ada apa denganku? Yaa! Bodoh nya kau Wendy!"

Irene tersenyum. Ia mendengar teriakan hati Wendy.

Menyadari hal itu, Wendy mengangkat alisnya menatap Irene yang langsung mengangguk, menerima ajakannya untuk pulang bersama.

Senyuman Wendy merekah amat lebar. Ntah kenapa dia bahagia sekali. Seumur dia mempunyai motor, tidak ada wanita yang duduk di kursi belakangnya. Ada, tapi Seulgi dan dia pria. Wendy segan dan merasa canggung jika dia menumpangi wanita di motornya. Namun untuk saat ini, Irene perdana berada di kursi belakang. Wendy panik namun ia berusaha agar lebih santai. Sungguh, dia tidak tau harus apa pada wanita meski dia hanya teman biasa.

Vampire diary ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang