08. Kerinduan

274 60 101
                                    

Heyyoo Wassap!

Pada nungguin cerita ini nggak? Enggak, ya? Ya udah gapapa.

Lanjut nggak nih? Lanjut donggg.
Kemarin-kemarin lagi sibuk, tugas di mana-mana:'(

Kalian pasti pernah mikir gini 'andai sekolah tanpa tugas pasti merdeka banget ini hidup' tapi realita tak semanis ekspetasi gesss:(

-BctSia-

•••

Tidak selamanya yang indah akan nampak indah. Terkadang ada kalanya itu semua hanyalah Fatamorgana.

•••

Ara menatap sendu foto keluarganya. Di mana ada dia, mama dan papanya.
Rindu akan kehadiran mereka yang sangat jarang untuk pulang. Bahkan untukbmenghubunginya pun enggan mereka lakukan.

'Semangat Ra! Mereka kerja buat elo!'

Ara bangkit dari duduknya dan berjalan menuruni anak tangga. Setelah itu, ia duduk dikarpet depan televisi.

Ara membuka ponselnya dan berniat mengirim pesan kepada seseorang.

ChalistaJansen : Gue mau donat selusin, sekarang!

Lima menit menunggu, balasan pun akhirnya datang.

Geovanigdn : Gk.

ChalistaJansen : Gue nggak peduli! Sekarang juga lo beliin gue donat!

Read.

ChalistaJansen : CEPETAN GUE LAPER!!

Dua menit kemudian, Dion membalas pesan.

Geovanigdn : Oke, gue beliin.

Read.

Ara mematikan ponselnya dan memilih untuk menonton film kartun untuk menghibur dirinya sendiri. Sesekali ia tertawa melihat adegan lucu.

Bi Sam datang dari dapur dengan membawa nampan camilan dan beberapa kotak minuman.

"Makasih, Bi."

Bi Sam mengangguk, "Bibi ke kamar dulu ya, kalo ada apa-apa panggil bibi aja," pamitnya.

Ara tersenyum ramah, lalu mengangguk.

Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.

"Ck. Siapa coba yang dateng? Bikin repot aja."

Dengan malas Ara berjalan untuk menemui seseorang yang tadi memencet bel rumahnya.

Ceklek.

"Ngapain lo?" tanya Ara malas.

Dion menyodorkan kantong plastik yang berisi donat di dalamnya.

"Donat?"

"Bukannya tadi elo yang nyuruh gue buat beli donat? Kenapa malah nanya sama gue?" sinis Dion.

AREXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang