Hari ini Jisung mendapat jadwal imunisasi nya. Dan sudah menjadi kebiasaan jika ia akan merasa tidak baik. Jisung akan menangis dan tidak ingin jauh dari Irene. Namun sialnya pagi ini Irene terpaksa harus meninggalkan buah hati. Setengah jam yang lalu Irene mendapat panggilan darurat dari rumah sakit.
"Wakil presiden harus segera dioperasi. Keluarga tidak mengizinkan dokter lain."
Satu kewajiban besar lainnya yang harus Irene pikul. Rumah sakit yang dipilih menjadi kepercayaan para penguasa politik Korea dan juga masuk ke dalam tim kepresidenan membuat Irene tak bisa membantah jika mendapat panggilan darurat meski itu pukul 4 pagi seperti saat ini.
Irene pergi menuju lantai bawah, tepatnya ke dalam kamar yang biasa ditempati ibunya jika singgah di Korea. Tidak ingin menganggu tidur Jisung dengannya yang rusuh mempersiapkan diri untuk segera berangkat ke rumah sakit.
"Bibi Kim!!"
Irene berteriak melalui intercom yang menghubungkan nya langsung pada paviliun belakang tempat tinggal yang ia sediakan untuk para pekerja. Namun sepertinya bibi Kim tidur terlalu nyenyak mengabaikan Irene yang sudah berulang kali memanggilnya.
Irene hendak mengetuk pintu kamar disebrang kamarnya, namun bersamaan dengan Sehun yang membuka pintu dengan wajah kesal merasa tidurnya telah terganggu. Sedetik kemudian ia menatap Irene tak percaya. Bagaimana tidak wanita itu berdiri dihadapannya dengan kondisi bagian dada yang tidak tertutup dengan sempurna. Bahkan Irene tidak sadar dengan keadaannya. Ia hanya terlalu kalut karena bibi Kim yang tak kunjung datang.
"Syukurlah. Tidur di kamar ku. Aku harus ke rumah sakit."
Irene kembali berlari masuk ke dalam kamar nya mengambil sepatu, tas dan mantel hangat nya. Ia menggulung rambut asal tanpa polesan make up sedikitpun. Ia berusaha bagaimana caranya agar sampai di rumah sakit tanpa membuat keluarga wakil presiden menunggunya.
"Bae Irene."
Irene mendongak menatap Sehun yang memanggil nya dari lantai atas. Cukup lama tanpa ada pembicaraan apapun.
"Jangan berkendara. Paman Lee sudah menunggu di luar."
"Ada apa nona?"
Irene memalingkan wajahnya saat mendengar suara bibi Kim yang tak kalah terburu. "Bantu Sehun jika Jisung terbangun."
Tak ada lagi yang ia ucapkan. Ia sudah berlari keluar rumah. Sudah lama sejak ia tidak mendapat panggilan di pagi buta seperti saat ini. Ia kembali merasa bangga pada perjuangan nya selama ini jika ia berubah rusuh untuk datang menyelamatkan nyawa manusia.
Sehun dan bibi Kim hanya diam memandangi Irene yang kembali berteriak pada penjaga untuk segera membuka gerbang. Irene adalah wanita pekerja keras. Tidak kenal waktu dan tidak peduli pada diri nya.
"Bibi ada di kamar bawah. Tuan bisa memencet tombol satu di telfon nona Irene jika membutuhkan bantuan."
Sehun mengangguk dan masuk ke dalam kamar Irene. ini menjadi kali kedua baginya masuk ke dalam kamar utama ini. Kamar yang menunjukkan bagaimana kehidupan sebenarnya. Wanita yang sebenarnya sangat riang, namun harus tertutupi dengan kharisma wanita pekerja yang sejak dulu melekat pada nya.
...
Sore kali ini Irene habiskan bersantai di ruang tengah bersama sang anak. Hanya sedikit berbeda karena keberadaan Sehun yang ikut bersantai bersama mereka. Irene yang duduk santai dengan berfokus pada berita politik yang ditayangkan tv didepannya. Jisung yang sibuk bermain dengan mainan miliknya di atas karpet bersama Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Bae as Oh Sehun's Mine
Romance"Di usia yang masih muda anda sudah mencapai kesuksesan besar. Sosok dibelakang anda pasti sangat berpengaruh. Apa anda sudah memiliki kekasih baru sejak kejadian itu?" - "Saya tidak memiliki kekasih, tapi saya memiliki seorang ibu dari anak ku" Oh...