Irene berjalan sedikit goyah, ia benar-benar lelah setelah menyelesaikan operasi besar dua kali berturut dan baru bisa menginjakkan kaki di rumah nya menjelang pagi. Tentu saja tidak akan ada yang menyambut kedatangannya selain penjaga di depan gerbang dan pintu. Berjalan pelan agar heels nya tidak mengeluarkan bunyi saat beradu dengan lantai rumah.
Dua manusia yang ada di kamar yang sama itu terlonjak kaget. Irene terkejut saat mendapati Sehun berbaring bersama Jisung dan Sehun yang kikuk ketahuan masuk ke dalam kamar Irene dengan lancang.
"Maaf aku tidak bermaksud."
Irene mengehembuskan nafas pasrah ia sangat lelah dan tidak ingin mempermasalahkan hal itu. Sehun bukanlah orang asing, pria itu keluarga sekaligus ayah dari anak yang dibesarkannya.
"Abaikan aku dan aku titip Jisung aku sangat lelah."
Irene menghempaskan tubuhnya begitu saja tanpa mengganti pakaian yang sudah dikenakannya lebih dari 24 jam. Menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Tidak butuh waktu lama untuk menjemput mimpi bagi Irene karena hanya tidur yang ia inginkan saat ini.
Sehun tidak bisa kembali tertidur setelah tau jika ia berada dalam satu kamar dengan Irene. Ia bodoh tidak menyadari jika Irene akan pulang, ia berpikir wanita itu tidak akan pulang saat bibi Kim mengatakan jika ia memiliki dua operasi dan menitipkan Jisung pada nya.
Sehun kembali berusaha menutup mata, ingin keluar dari kamar namun pria kecil disampingnya bersandar dan pasti akan membangunkan Jisung jika Sehun merubah posisinya.
...
Irene bangkit dari posisi tidurnya saat ia melihat keadaan kamar yang sangat terang. Ia melirik jam digital, dan benar kini posisi matahari sudah tepat berada diatas ubun-ubun. Ia melompat turun dari ranjang dan berlari kearah ranjang Jisung. Ia tidak medapati putra kecil nya disana.
"Bibi Kim."
Irene keluar dari dalam kamar sambil meneriaki wanita paruh baya yang bekerja dengan nya. Ia menuruni tangga menerawang seluruh bagian rumah untuk mencari Jisung. Bukan khawatir pria kecil itu hilang, namun ia belum memberikan asi pada Jisung.
"Jisung bersama ku."
Irene menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang menginterupsinya. Disana Sehun berdiri, di pintu pembatas rumah dengan halaman belakang. Jisung berada dalam gendongannya.
"Aku harus memberinya asi. Sayang kemari."
Jisung seakan mengenali suara sang ibu, ia berbalik dan merentangkan tangan meminta untuk segera diambil oleh Irene. Irene menciumi wajah Jisung gemas melihat putra nya yang tampak semakin gendut. "Maaf mama terlambat. Jadi siapa yang memandikan mu?"
Irene melangkah kembali ke lantai dua meninggalkan Sehun di tempat yang sama. Pria itu hanya melenggang ke arah dapur, ia belum mencicipi sarapan yang disiapkan bibi kim karena tidak tahan untuk bermain dengan Jisung yang baru selesai mandi.
Meski sulit dan masih terkesan dingin namun Jisung mulai membuka hati dan mengenal Sehun. Jisung memiliki sifat yang sama dengan Irene, tidak nyaman dengan orang asing. Jisung akan menangis histeris saat bertemu orang baru dan itu terjadi pada Sehun. namun dengan sedikit paksaan dan usaha Jisung mulai terbiasa melihat Sehun meski belum genap sepekan sang ayah tinggal bersama nya.
Sehun hanya ingin membiasakan diri. Ia memilih kembali berarti ia memilih untuk hidup bersama anaknya, meski semua berada di bawah tangan Irene setidaknya ia ikut dalam tumbuh kembang Jisung. Ia tidak bisa terus menerus lari dari kesalahannya. Bahkan rasa bersalah itu mungkin terus muncul jika ia tidak sempat membesarkan putra satu-satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Bae as Oh Sehun's Mine
Romantizm"Di usia yang masih muda anda sudah mencapai kesuksesan besar. Sosok dibelakang anda pasti sangat berpengaruh. Apa anda sudah memiliki kekasih baru sejak kejadian itu?" - "Saya tidak memiliki kekasih, tapi saya memiliki seorang ibu dari anak ku" Oh...