Semua famili ingat keributan yang terjadi di hari sabtu, tepat di acara ulangtahun ke-3 anak kembar boss mafia italia yang baru memasuki usia 7 tahun.
Acara itu diselenggarakan secara tertutup, khusus keluarga dan sahabat, dan tanpa diduga-duga, seorang sahabat lama datang. Menghampiri dengan menggandeng tangan mungil gadis yang bersembunyi dibalik mantel ayahnya yang sudah tak layak lagi.
Para anggota famili kenal betul siapa dia, si ayah, yang memiliki sejarah panjang dalam tanda kutip tidak begitu baik dengan Krud Famili.
Di lapangan terbuka saat semua sibuk bergembira, berdansa, bernyanyi, bergossip serta membicarakan bisnis baru di era baru. Kedatangan dua tamu tak diundang ini serentak mengheningkan suasana.
"Ayah..." bisik si anak gadis yang mengintip melihat kerumunan memandangi mereka dengan tatapan masam.
Si Ayah tidak begitu peduli, ia terus berjalan dengan pincang, terus menarik puterinya berjalan mengikutinya. Tujuannya hanya satu, bertemu Vitto Krud, Sang Boss mafia.
"Hei kawan, baru muncul sekarang?" tiga pria berbadan besar menghalangi mereka, membuat si Ayah malang ini perlu memutari mereka, tetap saja percuma.
"Hei pengkhianat, kau tahu apa yang terjadi setelah ini bukan?" gretak anggota famili yang terus menghalangi.
"Tuan Krud butuh waktu dengan keluarganya, kau jangan mengacau, Sialan"
Sang gadis kecil mencubit tangan ayahnya, ia tahu ada yang salah dan berusaha menarik sang ayah untuk mundur. Tapi tetap percuma, dengan tatapan kosong, tubuh kurus yang lemah, kakinya yang pincang dan bahkan tidak bisa berlari sedikitpun, sang ayah tetap diam dan berusaha mencari cara untuk jalan kedepan.
Hampir terjadi perkelahian yang tidak sebanding, bahkan bukan perkelahian, pengeroyokan lebih tepatnya karna 3 pria berbadan besar ini sudah kehabisan kesabaran. Ya sejak awal mereka memang bukan orang yang dilatih untuk sabar.
Tepat saat salah seorang anggota famili itu akan mengayunkan pukulannya, keluarlah sang Boss.
Dengan Tuxedo hijau pekat, ia menggendong sang puteri kecil yang memainkan kacamata hitam miliknya, keluar dari gedung putih bersama sang isteri yang membawa kedua anak lelakinya.
Boss tidak senang acara penting anaknya diganggu dengan baku hantam. Dia telah berjanji pada sang isteri tercinta untuk mengubah cara kerja bisnisnya kali ini.
Sang isteri berbisik, "Sayang, apa dia Palevi?" sang isteri tidak percaya siapa yang ia lihat. Vivi Krud berusaha mengingat kembali wajah sang pria malang.
Vitto krud memanggil pengasuh dan meminta anak-anak untuk dibawa ke acara selanjutnya, acara menangkap kelinci di taman yang lain.
Vitto juga memanggil orang-orangnya untuk membawa pria pincang itu keruangannya, sekarang.
Sang istri mendekati Palevi duluan,
Vivi krud memasang wajah penuh kekhawatiran, "Kupikir kau sudah tiada... "
"untuk apa kembali kemari?" tanya sang isteri boss mafia.
Palevi tidak banyak berbicara, "Vivi, kubutuh bantuanmu" hanya itu.
Lalu Palevi dipaksa ikut dengan para anggota famili lain,
"TUNGGU!" Teriak Vivi.
Sang isteri memandangi seorang gadis kecil yang terus menarik mantel sang ayah, Vivi Krud seorang ibu, ia tahu ketakutan yang dirasakan anak kecil ini.
Karna ke3 anaknya-pun tidak jauh berbeda usianya dengan si gadis kecil,
Dengan perlahan Vivi meminta si anak untuk melepaskan genggamannya, "Sayang, biarkan Ayahmu membicarakan sesuatu yang penting dengan suamiku,,, aku berjanji, ayahmu tidak akan disakiti"
"Bagaimana jika ikut aku bermain bersama anak-anak lain?" sambil mengelus kepala si anak.
Sang Ayah mengangguk pada anaknya, memberi isyarat bahwa ia tidak akan lama.
"Lucia, jadi anak pintar ya" hanya itu ucapan terakhir sang ayah.
Lucia memandangi ayahnya yang pergi dibawa oleh orang-orang asing, ditinggal pergi oleh seorang wanita jelita yang tetap saja terasa asing, di tempat yang sangat asing jauh dari kampung halaman perdesaan kecilnya selama ini.
"Semua akan baik-baik saja manis" kata Vivi sambil menuntun Lucia kecil menuju gerombolan anak-anak lain yang sedang tertawa riang.
Perlahan Lucia meneteskan Air mata.
Bukan masalah kue besar cantik yang tidak pernah mampu ia cicipi sebelumnya, bukan masalah teman-teman lain seumurnya, bukan masalah rumah cantik dengan ribuan bunga indah yang mengelilingi halaman, tidak.
Lucia tidak butuh semua hal itu, tidak penting baginya, ia jauh lebih senang hidup di desa, walau memakan sepotong roti keras dan tidur berselimutkan rayon tipis, Lucia anak yang baik, ia tidak masalah dengan semua itu.
Yang ia inginkan, hanya Ayahnya.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
LADY And Three Little DEVILS
Ciencia FicciónROBOT, MUTANT, CIA, INTELIJEN, DETEKTIF, MAFIA. Sebutkan semua pekerjaan yang penuh misteri dan kecerdasan yang berbeda. Dunia sudah berubah, Mafia bukan lagi menggunakan pistol dan mobil tua. Keluarga Mafia itu bukan lagi KRUD FAMILIA yang dulu, de...