27. We'll gonna through all this

4.1K 474 150
                                    

Faiz memandangi Julian yang masih terlelap tidur dengan perasaan sayang yang makin membuncah memenuhi dadanya. Dia sudah bangun dari tadi. Karena memang pagi ini dia harus menghadiri meeting internal bersama Bagas dan team arsiteknya. 

Selesai meeting internal, dia dan team arsitek-nya akan menyerahkan maket hotel dan resort yang sudah selesai dibuat semalam pada client mereka. Faiz mempercayakan pembuatan maket itu pada David yang disetujui oleh Bagas. David adalah salah satu team arsitek junior-nya yang selalu cepat dan tanggap menangani keinginannya. Maket yang dibuat oleh David sudah memuaskan, meski ada beberapa detail kecil yang dia tambahkan saat mereka meeting semalam.

Bagas sendiri juga tersenyum puas melihat hasil yang sudah mereka capai sejauh ini.  

Selesai menyerahkan maket itu, dia akan pulang ke Jakarta.

Itu rencananya semalam.

Tapi tahu-tahu saja Julian sudah muncul di depan pintu kamar hotelnya dalam keadaan mengenaskan meski dia tutupi dengan sikap tenang dan menggodanya, dia tahu Julian sedang hancur di dalam.

Melihat kekasihnya berdiri secara mengejutkan di depannya pada saat dini hari yang masih gelap, dalam keadaan masih belum pulih benar dari sakitnya, mesti terluka, kecewa serta marah pada kedua orang tuanya itu membuat perasaannya ikut sakit. Dia ikut ambil bagian membuat Julian mengalami itu semua. Bukan, dia-lah yang sudah membuat Julian seperti itu. Dia sudah membuat Julian sampai berani menentang kedua orang tuanya. Dia membuat Julian menentukan sikap dengan memilihnya dan menyusulnya sampai ke Bali ini. 

Kalau Julian sudah berani mengorbankan diri sebesar itu, maka dia akan melakukan hal yang sama. Dia harus melindungi Julian apapun yang akan terjadi nanti. 

Julian sudah memilihnya.

Tidak diragukan lagi dia juga pasti memilih Julian. 

Tangannya terulur menyentuh rambut halus dan wangi Julian. Tidak benar-benar menyentuh karena dia tidak ingin membangunkan Julian yang masih terlelap. Usapan telapak tangannya melayang di atas surai hitam itu. Ujung jarinya lalu hanya bergerak seakan melukis di atas wajah tampan yang masih pucat itu. Yang tenang, damai dan begitu muda. Menyusuri alis matanya yang lebat dan indah, lalu turun ke bayangan coklat samar di bawah mata yang terpejam itu. Bergerak di atas tulang hidungnya yang tinggi. Berakhir di atas belahan bibir manis yang juga masih pucat. Hanya menyisakan sedikit warna pink pucat yang samar.

Mereka bicara dari hati ke hati sampai hampir subuh tadi. Tentang langkah-langkah apa yang mesti mereka lakukan sepulang mereka dari Bali nanti. Tidak ada seks panas yang terjadi seperti yang sudah dijanjikannya pada kekasihnya itu.

Dia sudah jelas tidak segila itu. Julian baru sembuh. Kekasihnya itu bahkan baru pulang dari rumah sakit dua hari yang lalu. Bagaimana dia bisa tega menuntaskan hasrat di atas tubuh yang masih dalam masa pemulihan itu, meski dia hampir tergoda oleh bisik manis penuh rayuan Julian. Meski dia tidak bisa menjauhkan tangannya dari tubuh Julian, tapi dia tetap harus bisa mengendalikan hasrat atau dirinya sendiri. Untungnya dia bisa menjinakkan naga di dalam dirinya.

Sekali lagi, mereka hanya bicara, setelah ciuman resah Julian yang membuatnya ingin menghancurkan gunung kekecewaan yang bercokol di hati kekasihnya itu. Well, sebetulnya, dia-lah yang banyak bicara. Julian lebih banyak mendengarkannya, dengan ketenangan yang mengagumkan Faiz, mengingat beberapa saat yang lalu dia datang dalam keadaan murka dan berduka. 

Faiz baru mengetahui sisi sifat Julian yang satu ini. Mood swing-nya cepat sekali berputar seratus delapan puluh derajat. Faiz tahu sekali Julian amat tenang dan kalem. Tapi ketenangannya yang satu ini amat mengerikan. Julian seperti menyimpan kawah gunung berapi di dalam dadanya yang siap meledak kapanpun bila sumbu apinya tersulut. Faiz harus punya antisipasi yang bisa meredam ledakan itu. 

Fallen Deeply In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang