Epilog

4.9K 450 72
                                    

Almost two years after that day...


"Ay... Udah sampai mana, Kenapa lama banget?" tanya Julian pelan hampir berbisik pada Faiz di ujung seberang sana, sementara kedua tangannya menggendong dengan hati-hati dan penuh perhitungan tubuh gendut seorang batita yang baru beberapa bulan yang lalu menginjak usia di angkanya yang kedua.

"Sebentar, Sayang," Faiz menjawab sambil terkekeh pelan di ujung telepon sana. "Kan aku mesti ambil makanan buat Zhoey, ini baru saja keluar dari tempat Mbak Tina. Sepuluh menit lagi aku sampai apartemen."

"Pesanan aku?"

"Udah dong." Faiz kembali terkekeh. "Aku kan nggak mau kesayanganku kelaparan." lanjutnya dengan nada menggoda.

"Good," Julian tersenyum senang, agak geli mendengar nada suara kekasihnya yang terdengar sarat gombal. Kalau tidak menggendong Zhoey dia mungkin akan membalas ucapan Faiz itu dengan ledekan juga, hanya saja dia tidak yakin tidak bakal terpingkal oleh humor kekasihnya itu. Lagipula dia tidak ingin membangunkan Zhoey setelah susah payah menidurkannya tadi. "Oke, take care. I love you."   

Setelah musibah kecelakaan di villa yang dialami oleh Faiz itu, Julian tidak pernah lagi ragu mengungkapkan kata-kata cinta dan sayang untuk kekasihnya itu. Dia sadar bahwa sebelumnya dia tidak sering mengucapkan perasaan sayangnya pada Faiz. Baik secara verbal maupun non verbal. Lebih sering Faiz-lah yang setiap malam selalu memeluknya sambil membisikkan kata-kata cinta. Dari yang paling romantis sampai kata-kata yang paling gombal sekalipun dan receh menurutnya. Recehan yang tidak pernah sekalipun membuatnya bosan. Recehan yang selalu membuatnya tergelak geli.

Dia bisa saja kehilangan Faiz saat itu tanpa sempat mengucapkan perasaan cintanya. Tanpa sempat menunjukkan rasa kasihnya. 

Dan Julian benar-benar bersyukur bahwa dia masih diberikan waktu untuk tetap bersama kekasihnya itu. Untuk tetap bisa menunjukkan rasa sayangnya pada laki-laki itu. Untuk tetap menjalani hari-hari tak terduga penuh warna bersamanya.  

"Oke, Love you too, Sayang!"

Julian melepas bluetooth handsfree dari telinga-nya setelah Faiz benar-benar menutup panggilannya. Meletakkannya di atas ponselnya yang tergeletak di meja sudut di kamar yang tenang itu. Batita dalam gendongannya sudah terlelap dengan sudut-sudut matanya yang basah.

Mungkin dia terlalu kelelahan menangis sehingga bisa terlelap pulas. Julian tersenyum sambil memperhatikan wajah montok mungil di atas lengannya itu. Salahnya juga yang membiarkan Zhoey bermain tanpa kenal waktu di taman bermain di tengah-tengah komplek apartemen tadi. Mereka hampir bermain selama dua jam. Dan Julian lupa membawa makanan untuk Zhoey. Dia hanya membawa dua bungkus biskuit dan sebotol susu dalam ukuran sedang.

Julian tidak mengira sama sekali Zhoey bakal mengamuk begitu mereka pulang dan masuk ke dalam apartemen. Awalnya Julian hanya mengira Zhoey kelelahan dan mengantuk saat batita itu merengek kecil padanya. Julian segera mengajaknya mandi yang diangguki secara antusias oleh Zhoey. Setengah jam Julian membiarkan batita itu berendam di bathup dalam air hangat sambil memainkan boneka karet bebeknya. Mengoceh tidak jelas pada bebek kuning itu seakan sedang bersenda gurau. Tertawa girang seolah si bebek karet itu melucu saat bergoyang-goyang karena Julian memainkan permukaan air hingga menciptakan gelombang kecil.  

Kalau dilihat-lihat sekilas, semakin lama wajah Zhoey hampir-hampir mirip dengan wajah Faiz. Terlebih hidungnya. Hanya saja kulit Zhoey jauh lebih putih. Namun Zhoey kelihatan lebih suka dekat dan lebih sering meminta perhatian padanya daripada Faiz. 

Tanpa sadar bibir Julian sudah mengembangkan senyum kecil. Ujung jari tangan kanannya menyentuh lembut sudut mata batita dalam gendongannya itu, menghapus sisa-sisa airmata di sana. Pelan-pelan dia berjalan ke arah tempat tidur untuk membaringkan tubuh Zhoey.

Fallen Deeply In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang