02 : Putra Mahesa

55K 5.5K 249
                                    

Bagi sebagian orang menjadi pria jomblo itu merupakan hal yang memalukan, tetapi tidak dengan aku yang bisa bebas. Tidak akan ada yang mengatur waktu dan hidupku, sebenarnya aku tidak keberatan asalkan tidak berlebihan. Tapi, sekarang semua serba berlebihan. Atau yang sedang trend saat ini disebut BUCIN alias Budak Cinta.

Umurku hampir menyentuh 35 tahun dan aku masih lajang. Keponakanku saja sudah menikah, melangkahi omnya yang masih betah menjomblo ini. Maka dari itu, aku akan mendengar omelan kakak perempuanku mengenai jodoh. Hingga aku pusing sendiri mendengarnya, setiap hari aku akan direcoki dengan telepon menanyakan pacar atau calon istri.

Wika Kharisma

Aku mengingat sebuah nama, seorang perempuan yang kesan pertama pertemuan kami saja sudah aneh. Mungkin hanya aku yang menganggap hal itu aneh, aku sedikit tidak terbiasa dengan kalimat-kalimat yang terus terang menyerempet vulgar. Oke, Wika memang tidak mengatakan kata-kata vulgar padaku, tapi dia terlalu berterus terang dan sangat terang-terangan memujaku.

"Dia manager Maya dan Varol?" tanyaku pada Indra yang merupakan tangan kananku.

Sepulang dari mengontrol kegiatan syuting tadi, aku langsung meminta Indra mencarikanku data Wika. Perempuan yang dengan terang-terangan mengajakku berkencan, atau mungkin menikah? Dari sekian banyak perempuan, entah kenapa Wika ini terlihat agak berbeda.

Wika memang bukan perempuan pertama yang berterus terang menyukaiku, atau mendekatiku dengan cara yang sangat-sangat terbuka. Tapi, ada pesona yang berbeda dari Wika. Dia tidak terlihat seperti wanita murahan yang selalu mengejar-ngejarku.

"Bapak mau info yang lebih detail lagi?" tanya Indra.

"Tidak perlu," sahutku sembari melihat informasi dasar soal Wika. "Oh iya. Malam ini jadwal saya kosong?" tanya pada Indra yang mengangguk. Setelahnya aku meminta Indra untuk keluar dari ruanganku.

Malam ini aku harus mampir ke rumah kakak perempuanku yang merupakan anak tertua, beliau bilang ada yang ingin disampaikan dan itu penting. Terlebih abangku yang di Papua juga berpesan untuk aku menurut pada Kak Dena. Aku memiliki 3 orang saudara, kakak pertamaku bernama Dena Mahesa, di urutan ke dua ada Titan Mahesa, dan saudara ke tigaku Dina Mahesa.

Aku memang anak terakhir yang jarak umurnya cukup jauh dari saudara yang lain. Jarak umurku dengan Kak Dina saja 10 tahun. Kalian benar, aku ini anak kecolongan, maklum saja jaman dulu orang menikah muda semua. Beginilah nasibnya menjadi adik bungsu yang selalu dikontrol oleh kakak dan abang.

Kulirik jam pada pergelangan tanganku, sudah menunjukkan jam pulang kerja. Pekerjaanku tinggal sedikit lagi, hanya beberapa berkas yang perlu aku periksa dan ditandatangani. Aku memijat pelan pangkal hidungku, rasanya pikiranku mulai terusik dengan sosok Wika. Ini karena Indra muncul dan memberikan biodata Wika di saat aku sedang serius, sehingga konsentrasiku terpecah.

∞∞∞

"Jadi kapan kamu mau kenalin pacar kamu Put?" tanya Kak Dena penuh selidik.

Semenjak anak laki-laki Kak Dena menikah, dia bertambah gila menerorku dengan pertanyaan seperti ini. Saat pernikahan Varol saja aku harus mengungsi ke luar kota demi tidak mati kena sindiran mautnya. Belum lagi Kak Dina yang juga turut mengirimkan foto-foto perempuan ke whatsapp-ku. Sayang sekali Bang Titan yang bisa mengerti dan suka membelaku harus dinas di Papua. Seperti inilah aku tanpa ada yang membela.

"Putra Mahesa! Kamu dengar Kakak bicara tidak?"

Aku menghela napasku pelan. "Dalam waktu dekat, oke?" kataku.

"Kapan?" desaknya.

"Tiga bulan lagi," sahutku asal. Cuma pacar doang kan? Aku bisa pikirkan nanti, siapa yang kira-kira bisa aku tarik menjadi pacarku ke depan Kak Dena.

Cinta Over Time (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang