A Secret and A Future

55 8 17
                                    

"Ohohohohohoho, tentu saja itu sebuah rahasia," ujar Kak Valter--atau dalam kamusnya sendiri, Master. Tawanya yang seperti orang tidak waras itu menggema di ruangan utama guild.

Kak Revania, atau yang biasa kupanggil Kak Rev itu membalas dengan sama hebohnya, "Uwaaah, Master jahat!"

Melihat tidak ada yang bisa kulakukan, aku memutuskan untuk menonton dari pinggir. Mendudukkan diri di sebelah Bintang. Laki-laki yang pendiam ini begitu berbanding terbalik dengan sang kakak yang saat ini sedang bertarung dengan makhluk yang dipanggil Master itu.

BRUAK!

Pintuguild terbuka dengan keras, lalu sebuah seruan menyusul, "Kok aku ditinggalin, sih?!" Aku memutar bola mataku malas, datang lagi satu orang yang akan membuat siang ini semakin ramai.

"Shia! Master mulai lagi, tuh!" seru Kak Rev pada Shia.

Aku menumpukan tangan di atas meja. "Kakakmu benar-benar hebohya, Bintang." Lelaki yang lebih muda setahun dariku itu mengangguk menyetujui perkataanku. Guild yang semakin ramai dan keributan tersebut membuat mereka menjadi pusat perhatian. Kalau dilanjutkan, pasti akan menarik perhatian yang lain.

Jadi mungkin, sudah saatnya aku turun tangan. "Hoi! Ayo kita makan siang! Master juga, berhentilah menggoda para anggota!"Lalu, kegiatan mereka berhenti begitu saja.

Meskipun saat ini Kak Val sedang mengenakan topeng yang berwajah datar, aku yakin kalau ia sedang cemberut saat ini. Kak Val kemudian menoleh kearahku duduk, lantas entah kenapa berseru begitu keras.

"Eh, Dev, jangan dekat-dekat dengan Bintang! Aku tidak mau kalau Bintang yang imut itu ketularan sifatmu yang bar-bar!" ujarnya dengan kurang ajar.

Aku merasa kesal dan melirik Ashtar yang nampak sama kesalnya denganku. "Hei! Dev itu lucu, tau! Enak saja bilang Dev bar-bar. Dia bahkan sama lucunya dengan Bintang!" ujar Kak Rev dengan galak. Saat ini, aku bingung harus merasa terhormat atau sebaliknya.

Omong-omong, kita belum berkenalan. Namaku Devanie, biasa dipanggil Dev. Kakakku Valter adalah seorang Master dari guild yang bernama C3 ini.

C3 adalah singkatan dari Creative Castle Chronicle. Di sini, para anggota diberi tingkatan sesuai pengaturan dari catur. Yang paling rendah adalah Rook, kemudian ada Knight, disusul Bishop, lantas Queen sebagai tingkatan paling tinggi.

"Dev, pernah nggak sih kamu bingung sama Master?"

Aku menoleh ke kiri dan menemukan Kak Rev yang sedang bertanya padaku. Aku ingin menjawab, "Tidak pernah." Tapi, aku yakin itu tidak akan berakhir baik. Karena bagaimanapun ... tidak ada yang tau kalau aku adiknya.

Ketika Kak Val pertama kali mendirikanguild ini, ia bilang kalau ia ingin merahasiakan identitasnya untuk mencegah hal-hal yang mungkin terjadi.

Kalau wajah Kak Val dilihat orang-orang, mungkin bukan satu-dua orang saja yang akan terpesona. Rambut hitam pekat dengan mata yang dapat membuat semua orang mematung, serta rahang tegas yang membuatnya nampak semakin dingin dan tidak terjangkau.

Entah sudah berapa kali aku mendengar kalimat-kalimat itu selama 15 tahun aku hidup. Satu hal yang menarik, setiap aku berjalan bersamanya yang tidak mengenakan topeng polos, tatapan tajam pasti mengikuti kami selama perjalanan.

Sementara rasa iri menghantui kami, aku akan tertawa dalam hati. Menertawakan kekonyolan mereka yang terpesona dari manusia--ralat, penyihir menyebalkan seperti dia.

"Duar!"

Tepukan mendarat di bahuku.

"Ngapain? Ngomongin aku, ya?" tanya penyihir-menyebalkan-yang-sebenarnya-kakakku ini dengan percaya diri.

Who?Where stories live. Discover now