5. She?

705 110 16
                                    

"Tunggu!" cegah seseorang. Tasya refleks berbalik untuk melihat orang yang mencegahnya pergi.

"Apa?" Tasya mengerutkan kening meminta penjelasan.

"Ikut gue!" ucapnya datar, namun dari nada bicaranya terdengar memerintah.

"Tapi-" Belum sempat Tasya mengajukan protesnya orang tersebut kembali angkat bicara.

"Ikut!" Dia mendekat dan menarik tangan Tasya paksa. Cengkramanya begitu kuat hingga Tasya tidak bisa melepasnya, berulang kali mencoba namun hasilnya tetap sama.

"Damn it! Lepas!" umpat Tasya sambil meringis sakit yang tentu saja tidak dipedulikan oleh Adit. Ya, orang yang mencengkram tangan Tasya saat ini adalah Adit.

Aneh, setelah pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun cowok itu justru berbalik dan meminta Tasya mengikutinya secara paksa. Sebenarnya apa yang cowok sialan ini inginkan?

Ide gila tiba-tiba muncul di kepala Tasya, saat mereka memasuki lorong yang cukup sepi mencengkal Tangan Adit dengan tangan lainya yang bebas lalu menggigit pergelangan cowok itu dengan keras.

"Aw shit!" umpat Adit memberhentikan langkahnya lalu memegang bekas gigitan itu.

"Mampus!" olok Tasya sembari menampakan senyum miring dari bibirnya, dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Are you crazy?" umpat Adit setelah merubah raut wajahnya kembali ke wajah datar andalannya.

"Yes I'm. Why?"  Masih dengan tangan terlipat, gadis itu menyenderkan punggungnya di dinding yang ada di sampingnya sembari menatap Adit tajam.

"Urusan kita belum selesai," ucapnya datar.

Tasya menjentikan jarinya dua kali. "Excuse me? Bukanya gue udah minta maaf ya? Lo aja yang pergi gitu aja," balas Tasya disertai decihan di tengah kalimatnya.

"Terserah lo mau ngomong apa," balas Adit memutar bola mata malas. Bukan tanpa alasan Adit meninggalkan kedua sahabatnya dan gadis satu ini, dirinya pergi untuk membersihkan bajunya yang terkena minuman sialan tadi. Adit amat tidak suka jika bajunya kotor, terlebih aroma jus jeruk yang melekat di bajunya. Iwh! Membayangkan hal tadi membuat perutnya mual. Cowok itu memang sangat obsesi dengan kebersihan.

Manik mata Adit menatap mata Tasya tajam, jika orang lain yang ada di posisi Tasya mungkin Ia akan ketakutan hanya dengan melihat matanya saja. Tapi Tasya justru sebaliknya, gadis itu justru balas menatap Adit sengit.

"So?"  tanyanya dengan wajah kesal.

"Say sorry for me!"  ucap Adit

Tasya menatap Adit dengan dahi mengerut. Bagaimana bisa cowok itu menariknya dengan paksa hanya untuk memintanya mengatakan maaf di depannya yang jelas-jelas sudah Ia lakukan di kantin tadi? Crazy boy!

"Ck. Buang-buang waktu!" ketus Tasya sebelum pergi meninggalkan Adit dengan kaki dihentakan pertanda Ia sedang kesal.

Sementara Adit masih terpaku di tempatnya. Otaknya tampak memutar sesuatu, tatapan tajam, dan raut wajah kesal gadis tadi mengingatkannya pada seseorang.

Apakah dia gadis itu? Tunggu, siapa tadi namanya? Sial. -batin Adit.

Sejauh ini, dalam hidup Adit hanya ada dua orang wanita yang berani menatapnya dengan tatapan setajam tadi. Yang pertama adalah Ibunya, dan yang kedua adalah gadis kecil yang dulu selalu menjadi teman mainnya, teman dekatnya, teman untuknya berbagi cerita dalam masa kecilnya. Selain mereka tidak ada yang berani menatapnya, selain dengan tatapan memuja.

CHELSEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang