6. Conjecture

562 91 8
                                    

Tasya dan Fiqa masuk ke dalam kelas beriringan, tak lupa dengan sebuah jas putih dengan almamater Abizar Internasional High School yang tengah berada di tangan kanannya.

"Gimana, Sya? Dapet? Punya siapa? Cowok apa cewek? Ganteng gak? Atau mungkin cantik?" Baru saja Tasya duduk di bangkunya dan Citra langsung menghujaninya dengan pertanyaan yang sama sekali tidak penting.

Tasya memandang Citra malas, "Do you ask me?" Suasana hati Tasya seketika berubah dari yang semula senang karena Ia berhasil mendapatkan jas lab menjadi sebal akan pertanyaan bertubi-tubi yang di ajukan Citra.

"Iyalah, siapa lagi?"

"Tanya aja sama rumput yang bergoyang!" ketus Tasya sambil mendudukan bokongnya di kursi.

"Ish! Gue kepo tau." Citra berdesis sebal.

"Kekepoan lo ga berfaedah!" tajam Fiqa. Kalian tahu? Fiqa memang jarang bicara tapi sekalinya bicara Jlebb! nusuk sampe ke ulu hati. "dimana-mana orang tanya tuh satu-satu, Maimunah!" lanjutnya.

Tasya tidak mempedulikan kedua temannya, fokusnya tertuju pada iPhone di tangannya . Ah lebih tepatnya dua buah pesan dari nomor tidak di kenal yang masuk ke WhatsAppnya.

+62 8579xxxx
Hallo, nona. Bisa kita bertemu? Saya ingin berbicara mengenai suatu hal yang penting dengan anda.

+1 50311xxxx
Let's play the game. I can't wait OMG!
-LZ

Tasya mengerutkan kening bingung, namun gadis itu tidak ambil pusing. Mungkin hanya orang iseng, -pikirnya. Gadis itu lalu membalas semua pesan rindu dari sahabat dan kerabatnya di Chicago.

"Ck! Ulang nih?" tanya Citra sebal.

"Iya lah!" sahut Fiqa.

"Oke. Jadi, lo pinjem jas lab ke siapa?" tanya Citra mulai mengintrogasi.

Tidak ada jawaban,

"Woy!"

"Si ketos. Siapa sih namanya? Gue lupa," jawab Tasya enteng tanpa menoleh ke arah Citra.

"WHAT! LO PINJEM JAS LAB FARESTA?"

Ya Tuhan, dosa apa yang telah Tasya perbuat? kenapa Kau kirimkan Citra untuk menjadi sahabat Tasya? Rasanya Tasya ingin menghempaskan Citra ke Kutub Utara saja supaya Ia mati membeku di sana. Malu. Tasya sungguh malu berada di dekat Citra. Bagaimana tidak? Lagi-lagi seperti biasanya suara cempreng bin menggelar milik Citra menggema di kelas XI IPA-A2, dan sontak ketiganya menjadi pusat perhatian semua pasang mata saat ini.

Citra meringis malu, merutuki mulutnya yang tidak bisa di ajak kompromi sama sekali.

"Bisa ga sih lo ga usah teriak?" umpat Tasya kepada Citra. Sedangkan Fiqa hanya memutar bola matanya, malas akan sifat buruk Citra yang sudah mendarah daging.

"Gabisa! Gimana dong? Mulut gue tuh suka gak tau diri. Abisnya lo sih bikin gue kaget," ringis Citra.

"Ngagetin gimana sih? Orang gue jawab biasa aja, pelan lagi," sewot Tasya.

"Ya, lo bilang pinjem jas ke Faresta si ketos ganteng bin cakep pake banget itu sih, jadi kan gue syok," ucap Citra lebay.

CHELSEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang