6. Behind the scene

612 98 17
                                    


Rey melirik arloji di tangan kirinya. Pukul 16.15. Sudah hampir 45 menit Ia menunggu Tasya."HURRY UP CHEA!" teriaknya dari lantai bawah.

"Sebentar, kak! Chea ikat sepatu dulu!" jawabnya sedikit berteriak.

Setelah selesai mengikat sepatu, Tasya menyambar tas dan juga ponselnya lalu bergegas pergi ke lantai bawah.

"What are you doing huh? Lama banget! Tadi aja ngerengek minta jalan-jalan, giliran udah di iyain malah lama banget dandannya, sampe karatan kakak nungguin kamu," sarkas Reyki yang tengah duduk di sofa sembari melirik adiknya yang hanya memasang cengir kuda.

"Perasaan Chea ga lama deh. Cuma mandi, pake baju, dandan dikit, sama pake sepatu. Udah itu aja." Hey! Tasya itu tipe orang yang simpel. Dandan aja cuma pake bedak bayi sama liptint, kalo pun lama ya maklumlah. Tasya kan juga perempuan.

"Gak lama huh? Hey girl! Kamu aja mandinya 30 menit! Belum dandan dan segala macem."

"Ih, perasaan Chea mandi cuma 15 menit," koreksi Tasya tidak terima.

"Makanya kalo mau ngapa-ngapain ga usah pake perasaan. Gampang baper kan jadinya," celetuk Rey seraya melenggang pergi mendahului Tasya.

"APA HUBUNGANNYA BAMBANG!" pekik Tasya. Abangnya ini benar-benar. Tampilannya aja ganteng, cool, fashionable, tapi otaknya kadang rada miring. Huft! Sabar. Untung cuma ada satu.

Dalam mobil Tasya menyumpal telinganya dengan earphone, pasalnya abangnya itu sangat berisik. Sedari tadi Ia tak henti-hentinya menghujani Tasya dengan pertanyaan yang menurutnya tidak penting. Mulai dari bagaimana perkembangan sekolahnya, berapa teman yang Tasya punya, ada cowok yang naksir dia atau tidak, sampai-sampai Rey juga menanyakan siapa nama penjaga kantin di sekolahnya. Sepertinya Tasya benar-benar harus ekstra sabar menghadapi kakak semacam Rey yang memang over protective.

Beberapa menit tidak ada yang bersuara sampai akhirnya Tasya mencopot earphone yang bertengger di telinganya dan menanyakan sesuatu kepada Rey. "Kak, emang Daddy gak ada niatan buat nyusul kita ke sini?"

"Kenapa tanya kakak? Kenapa gak tanya Daddy langsung?" Benar kan? Tasya harus ekstra sabar menghadapi mahluk yang ada di sampingnya ini.

"Ih, kok Kakak malah balik tanya sih!" Tasya mengerucutkan bibirnya kesal seraya memakai kembali earphonenya. Rey yang melihat itupun terkekeh.

"Dih ngambek. Dasar! Baperan," olok Rey yang sengaja menggoda Tasya.

"Bodo. Gak denger pake earphone."

Rey tertawa kegirangan, rasanya ada kepuasan tersendiri jika berhasil membuat adik satu-satunya itu jengkel.

"Udah sampai. Turun sendiri, atau kakak gendong?" tanya Rey sembari menaik turunkan alisnya.

"Chea gak lumpuh. Makasih!" ketusnya lalu keluar dari mobil dan membanting pintunya asal, bermaksud menunjukkan kekesalannya.

"Aduhh! Jangan keras-keras dong nutupnya. Sayang tau, ini mobil baru," ucap Rey dengan nada di buat-buat.

"Bodo kak bodo," sahut Tasya tak peduli sambil melenggang pergi memasuki pusat perbelanjaan yang berdiri megah di depannya.

CHELSEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang