10

1.8K 179 27
                                    

"Enam tahun lalu, aku kembali ke Korea Selatan setelah delapan belas tahun hidup di LA. Aku kembali untuk seseorang yang sangat spesial. Dia, teman masa kecilku, usianya lebih muda dari ku dua tahun. Dan, dia punya seorang kakak yang menjadi kakakku juga.

Aku mengenalnya sebagai bocah lelaki yang tampan dan menggemaskan. Pipi chuby dengan sepasang dimple di sisi kanan dan kirinya. Namun, ia sangat manja padaku. Aku maklumi, ia sudah kehilangan ibunya di usia yang ke tiga tahun, sehingga ia di besarkan oleh seorang ayah dan kakak laki-laki yang tiga tahun lebih tua darinya.

Saat aku kembali, saat itu usiaku dua puluh lima tahun, sedangkan ia berusia dua puluh tiga tahun. Lucu sekali, dia bahkan tidak mengenaliku, kkk. Namun, belum ada sejam, kami sudah berciuman.

Kami tinggal bersama, di mansion milik ayahnya. Tak lama, ia melamarku, sejak saat itu, kami tinggal di rumah kami sendiri.

Hubungan kami baik-baik saja, hingga, aku memeriksakan diri pada dokter kandungan, saat itu pernikahan kami tinggal seminggu lagi.

Aku pergi ke dokter dengan salah satu sahabat priaku. Karena saat itu calon suamiku masih sibuk di kantornya, bisa dimaklumi sebab ia seorang CEO.

Suatu hal yang sangat aku takutkan, terjadi padaku. Aku di vonis menderita PCOS, keadaan yang membuatku sangat sulit untuk hamil. Menstruasiku memang tak lancar, aku bahkan hanya mengalaminya dua kali dalam setahun. Selama ini aku mengiranya karena hormon dan juga keadaan psikisku yang sering stress, tetapi ternyata bukan.

Saat dokter mengatakan hal itu, duniaku rasanya hancur begitu saja. Impianku selama ini untuk membangun sebuah keluarga bahagia pupus sudah.

Aku menangis, melampiaskan semuanya melalui air mata, mencurahkan kesakitanku pada sahabat-sahabatku. Aku sangat takut untuk mengatakannya pada calon suamiku, aku takut ia kecewa.

Aku berkata pada sahabat-sahabatku, aku ingin membatalkan pernikahan karena aku tak ingin egois. Tapi mereka tak mengizinkan aku melakukannya.

Dia, menghubungiku, membentakku di telepon, dan itu membuat sahabatku marah. Aku meminta untuk pulang, aku tak ingin ada kesalah pahaman antara sahabat-sahabatku dan calon suamiku, mengingat mereka juga berteman.

Aku menunjukkan hasil pemeriksaan dokter pada calon suamiku, ia terkejut dan memelukku. Saat aku mengatakan keinginanku berpisah darinya, ia juga menolaknya. Ia hanya ingin bersamaku, meskipun ia tau aku tak sempurna. Itu membuatku sangat bersyukur bertemu pria sepertinya. Pria yang tak akan meninggalkanmu meskipun kau cacat. Dan malam panjang pun kami lalui lagi.

Dua hari setelahnya, aku bertemu dengan teman lama calon suamiku, seorang wanita. Ia menceritakan kisahnya padaku, dari sana aku tahu bahwa wanita ini adalah mantan kekasih salah satu sahabatku dan ibu dari anaknya, juga secara tersirat ia menginginkan calon suamiku.

Aku paham dengan maksudnya, saat aku ingin menyetujui keinginannya, sahabatku datang dengan putra mereka. Lalu, menyuruh wanita ini untuk tak mengganggu hubunganku.

Setelah aku bertemu mereka, aku tak kembali ke rumah, ponselku juga mati. Aku termenung di dekat sungai Han, aku kembali tak percaya diri, haruskah aku melepaskan calon suamiku?

Namun, kemudian seorang gadis tionghoa menghampiriku. Ia gadis yang manis juga menyenangkan. Ternyata, ia juga teman lama calon suamiku, dan tentu saja ia mengenal wanita yang aku temui sebelumnya.

BUBU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang