🔸chapter 2🔹

8 3 0
                                    

Cukup satu hal yang membuat jantungku meledak-ledak karena bahagia, yaitu saat kau berkata "beruntung karena aku ada untukmu".

Yunhee mengehelakan napasnya dengan berat. Dilipatnya kedua tangan nya didada.

Siang ini hujan turun dengan tiba-tiba. Padahal tadi sama sekali tidak ada tanda-tanda hujan bakalan turun. Langit tampak begitu biru dengan matahari yang bersinar cerah. Tapi sekarang langit tiba-tiba dipenuhi oleh gumpalan awan hitam yang datangnya entah darimana. Titik-titik air jatuh dengan derasnya, mencumbu debumi, mengusap lembut dedaunan.

Bakalan telat deh pulang kerumah, gerutu Yunhee sebal.

Sekolah sudah mulai sepi. Hanya tinggal beberapa siswa yang sepertinya masih menunggu hujan reda. Yunhee meresa menyesal kenapa dia harus ke perpustakaan dulu untuk mencari bahan referensi tugasnya, padahal tugas itu masih dikumpulkan minggu depan. Coba saja tadi dia langsung pulang bareng Yuri, sudah pasti tidak akan begini jadinya.

Sekali lagi Yunhee membuang nafas dengan tarikan yang berat.

Terbesit di pikirannya tadi untuk nekad menembus hujan dan berlari ke halte bus yang terletak 200 meter dari gerbang sekolah. Tidak terlalu jauh memang, tapi tetap saja bakalan basah kuyup karena hujannya deras begini. Akhirnya Yunhee membuang ide gila yang terbesit sesaat dipikirannya itu. Apalagi sudah di pastikan ia bakalan terserang flu karena hujan. Bisa jadi ia juga akan demam, dan tentu sama tidak bisa masuk sekolah. Ya, kondisi tubuhnya memang mudah sekali dengan penyakit satu itu. Yah, inilah salah satu gadis manis itu tidak menyukai peristiwa jatuhnya air dari langit tersebut.

"Sepertinya bakalan lama".

Kepala Yunhee bergerak cepat ke arah sampingnya dan ia sempat tersentak saat mendapati seseorang yang sudah mengambil posisi disebelahnya. Sosok itu tersenyum dengan alis sebelah kirinya naik keatas.

Sejak kapan dia ada di situKeluh Yunhee membatin.

"Masih akan lama".

"Apa?" respon Yunhee karena tidak mengerti dengan apa yang dimaksud orang tersebut.

"Hujan, ini", orang tersebut mengulurkan tangannya ke cucuran air hujan yang jatuh dari atap, "pasti masih lama akan berhenti". Ia menoleh pada Yunhee lalu tersenyum lagi. Senyuman yang harus Yunhee akui begitu manis. Bila bisa di cicipi senyuman itu mungkin lebih manis dari gula. Terlalu hiperbolis? Mungkin!

"Sepertinya begitu", ucap Yunhee. Ia juga berusaha tersenyum walau terasa agak kaku.

"Aku Jeon Jungkook"

"Apa?" suara gemuruh hujan ternyata membuat Yunhee tidak terlalu bisa mendengar suara orang yang berdiri di sampingnya itu.

"Namaku Jeon Jungkook", ulang Jungkook sambil menarik tangannya dari cucuran air hujan.

"Udah tau", Yunhee langsung mengumpat saat menyadari apa yang baru saja ia katakan. Ia melirik dari sudut matanya dan mendapati bibir Jungkook tertarik ke atas. "Aku tau dari seragammu", lanjut Yunhee cepat sambil menunjuk kearah dada Jungkook, tempat sebaris nama tertulis. Diam-diam Yunhee menutupi kebodohannya tadi. Kali ini Jungkook menoleh padanya dengan alis terangkat. Yunhee terpaksa menunduk untuk menjauhi tatapan mata Jungkook padanya.

•|^ Cinta Tak Kenal Logika ^ |•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang