Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
keesokan harinya, mereka semua siapin alat-alat untuk mendaki gunung. wahyu udah ngasih wejangan banyak banget untuk anak-anak, karena perjalanan kali ini udah gak bisa dijadiin bahan bercandaan lagi, intinya menghargai lah.
"tas keril udah dibawa?" tanya wahyu.
"udah mas, terus apa lagi?" sahut sadam.
"bawa day pack, senter, sleeping bag,buff juga jangan lupa." timpal mahes.
"jangan lupa tenda, nanti mau tidur mana kita." timpal jihan juga.
"logistik yang paling utama sih buat kita survive, mau mati kelaperan apa kalo gak dibawa?" kali ini chan yang ikut nimbrung.
"udah aku siapin kalo soal logistik." sahut bintang. yeoksi bapak bintang. urusan bertahan hidup maju paling depan.
si bapak berpesan lagi, "nanti kalian lewat jalur selo aja, supaya ke puncaknya lebih cepet. porternya ada di pintu masuk, ya. bilang aja kamu kerabat saya."
mereka semua ngangguk dan pergi ninggalin si bapak.
"koyone aku tenanan tau weruh bocah kui." gumam si bapak.
dari rumah si bapak untuk menuju pos selo lumayan jauh, akhirnya mereka pesen ojek motor untuk sampai kesana. sesampainya mereka disana, mereka langsung ketemu sama porter, sebut aja namanya pak tatang.
"mas mas sekalian, mohon diurus dulu simaksinya ya di sebelah sana." kata pak tatang.
"simaksi itu apa, pak?" tanya jihan.
mahes rolling eyes, "cih jinjja, makanya sering-sering mendaki sama gue biar tau simaksi itu apa."
