2025
"Tiga, dua, satu." Pengantin wanita itu, alias teman dekatku menghitung mundur. Lalu melemparkan bucket bunga yang sedang dipegangnya.
HUP
Bucket bunga itu terjatuh di tanganku. Aku tak ada niat untuk mengambilnya, lho. Entah kenapa malah mendapatkannya. Alhasil aku kena ledek Dela. Ah, sial.
"Cie, Zur, tuh udah disuruh nyusul sama Mila," kata Dela sembari menepuk bahuku.
"Del, lo tau sendiri.. gue kan—"
"Hus, gak usah pikirin dia lagi, Zur. Gue yakin di luar sana lo masih bisa nemuin yang lebih baik dari dia. Bahkan dia ngga pernah pantes buat lo," belum selesai berbicara, kata-kataku langsung di sela oleh Dela.
"Udah deh, Del. Ngga usah ngomongin dia lagi bisa ngga?" kataku yang sebenarnya sudah malas untuk membahas masalah itu.
"Hai kalian,"
"Hei pengantin baru. Ngapain nih nyamperin kita kesini?" kataku setelah melihat Mila yang menghampiriku dan Dela dengan senyum bahagianya.
"Iya, nih. Bukannya duduk di singgasana sama bebebnya," ledek Dela.
"Hahaha, gue kesini karena tadi gue liat lo ya, Zur, yang dapet bucket bunganya?" tanya Mila.
"Iya woi, aduh,"
"Hahaha. Tuh kan, Zur, emang tandanya lo harus nikah secepatnya,"
"Si jomblo ini bisa apa sih, Mil?" ledek Dela.
"Ih, kurang ajar ya kalian. Besok gue punya pacar tau rasa lo," kataku sembari melotot menandakan bahwa aku menantang mereka, hehe.
"Ya kalo lo punya pacar gue seneng lah, ya gak, Del?"
"Yaiyalah. Tandanya lo udah lupain si bangsat itu," kata Dela dengan penekanan pada kata bangsat.
"Hahahaha," disambung tawa oleh Mila.
"Hei, guys?! Dia bukan bangsat!" kataku tak terima.
"Iya deh iya. Terus aja lo bela dia. Tapi dia nya gak tau terimakasih. Lo atau dia yang bego sih, Zur?" tanya Dela.
Aku terdiam. Gak tau lagi harus jawab apa kalau ditanya seperti itu. Ah, entahlah. Semuanya berawal dari dia yang bisa mengubah hidupku dalam sekejap.
Kalian percaya gak kalau cinta itu datang tanpa alasan?
Kalian percaya gak kalau cinta bisa membutakan segalanya?
Aku percaya itu semua, kenapa aku bisa percaya?
Mari aku jelaskan semuanya.
***
Author note:Hai gaes, maaf ya gue malah buat cerita baru. Gue sebenernya orangnya absurd banget. Makanya kadang suka berenti di tengah jalan kalo lagi bikin cerita. Doain aja ya semoga cerita kali ini ga berenti di tengah jalan!❤️
Pembaca yang baik adalah pembaca yang menginggalkan jejak. Jangan lupa ya, vote dan komen. Kalo mau kritik gapapa kok, justru gue seneng banget kalo dapet kritikan.
Terimakasih🌷

KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort Zone
أدب الهواةKisah seseorang yang terjebak dalam zona nyaman bersama seseorang lainnya yang juga terjebak dalam zona nyamannya. Sebenarnya apa sih yang membuat mereka takut untuk melangkah keluar dari zona nyaman tersebut? Takut atau memang tidak ingin mencoba?