2019
"Bun, aku ke tempat fotocopy dulu ya, mau ngeprint buat dibawa besok," kataku yang sudah membawa tas, lalu berpamitan ke Bunda.
"Naik apa kamu, Zur?" tanya Bunda.
"Naik angkot aja, Bun. Jalanan becek, kalo aku naik motor sayang-sayang malah jadi kotor,"
"Oh yaudah. Hati-hati di jalan."
Setelah mencium tangan Bunda aku langsung jalan ke depan gang rumah untuk menaiki angkot. Tidak butuh waktu yang lama untuk menunggu angkot datang, karena sesampainya aku di depan gang sudah ada angkot disana. Mungkin memang sedang ngetem−berhenti sejenak, biasanya untuk mencari penumpang−. Di dalam angkot lumayan dipenuhi penumpang dikarenakan saat ini jam pulang kerja.
"Eh, Eneng, baru keliatan lagi. Mau fotocopy atau ngeprint?" tanya Uda seturunnya aku dari angkot. Memang ketika kita turun angkot langsung berada di depan tempat fotocopy ini, karena tempatnya yang memang di pinggir jalan.
"Iya nih, aku mau ngeprint surat ini terus mau aku tanda tanganin dan nanti sekalian scan ya, Uda," kataku kepada Uda sembari memberikan flashdisk, oh iya Uda adalah sang pemilik fotocopy ini. Mengapa dipanggil Uda? Aku juga tidak tau persis kenapa, tapi orang-orang yang fotocopy disini memanggilnya Uda.
"Itu surat apa, Zur?" tanyanya.
"Surat untuk daftar ulang besok, Uda,"
"Daftar ulang apa?"
"Kuliah. Alhamdulillah aku diterima PTN−Perguruan Tinggi Negeri− di Jakarta,"
"Wah, Alhamdulillah. Sukses terus ya, Neng,"
"Aamiin. Terimakasih ya Uda,"
"Kok sendiri, Neng? Biasanya sama Radi,"
"Yah, Uda, ketinggalan berita nih. Aku sama Radi udah gak lagi."
Setelah beberapa menit, aku menerima pesananku alias hasil print dan scan yang ku minta tadi. Setelah bayar dan berpamitan dengan Uda, aku pun pulang. Biasanya setelah aku ke tempat fotocopy ini aku jalan-jalan dulu, dengan Radi tentunya. Jalan-jalan kemana saja motor Radi melaju asalkan bersamanya. Aku sangat suka itu. Radi memang selalu tau apa yang kusuka. Namun itu dulu, sekitar 5 bulan yang lalu semenjak hubungan kita tak lagi sebagai sepasang kekasih.
***
"Azura buruan siap-siapnya. Udah jam berapa ini? Masa kamu daftar ulang aja telat?" teriak Bunda yang sudah geram rupanya menungguku bersiap-siap sejak sejam yang lalu.
"Iya, Bun, sebentar ini lagi pake lipstick dulu,"
"Nah, ayo jalan anakku yang cantik." kata Bunda saat aku keluar dari kamar.
Hari ini adalah hari dimana pendaftaran ulang untuk calon mahasiswa baru. Pendaftaran ulang ini waktunya dijadwalkan per-fakultas. Kebetulan fakultasku kebagian pada pagi hari sekitar pukul 8 sampai pukul 10. Bunda tergesa-gesa sebab perjalanan dari rumah menuju kampusku sekitar satu jam. Wajar saja Bunda geram karena aku yang lama sekali bersiap-siap. Maklum, aku sudah dewasa dan mulai kenal makeup hehe. Oh iya, aku ke kampus hari ini diantar oleh Bunda dengan menggunakan motor.
Sesampainya aku di kampus, Bunda berpamitan kepadaku untuk langsung pulang. Setelah Bunda pergi, aku langsung mencari gedung akademik. Dimana gedung itu tempat untuk daftar ulang. Ini kali pertamaku menginjakkan kaki di kampus ini, wajar saja aku kebingungan mencari gedung yang dimaksud. Aku mencari kesana kemari tapi tak kunjung menemukan gedung akademik itu.
"Cari apa, dek?" seseorang yang mengenakan baju satpam tiba-tiba menghampiriku, sepertinya bapak itu bingung melihatku yang sedari tadi mondar mandir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort Zone
Fiksi PenggemarKisah seseorang yang terjebak dalam zona nyaman bersama seseorang lainnya yang juga terjebak dalam zona nyamannya. Sebenarnya apa sih yang membuat mereka takut untuk melangkah keluar dari zona nyaman tersebut? Takut atau memang tidak ingin mencoba?