Teman

10 1 0
                                    

"Hei, gak apa-apa, Zur. Kata kakak gue wajar kok pak Syarif kayak gitu. Beliau hobinya nangisin MABA," kata Fakhri menenangkanku.

"Ken..napa.. ha.. rus gua, Ri?" kataku masih sesenggukan.

"Gak apa-apa. Lo udah colong start duluan berarti,"

"Maksudnya?" Fakhri hanya mengangkat bahunya, sepertinya aku harus mengerti sendiri.

"Zur, maaf ya. Gue gak ditanya kayak gitu soalnya, jadi gue gabisa bantu jawab. Maaf ya," Mila mendatangiku dengan mata berkaca-kaca.

"Iya gak apa-apa, Mil. Salah gue juga gak tau apa-apa. Udah jangan ikutan nangis ya," kataku menenangkan Mila dengan menepuk-nepuk bahunya.

"Ya elah. Gitu doang kok nangis," kata Raka yang tiba-tiba mendatangiku. Ada angin apa ini anak? Tiba-tiba dateng, terus ngomong kayak gitu lagi? Bikin emosi aja.

"Ya gimana gue ga nangis sih, Ka. Nama gue ditandain anjir terancam gak ikut praktikum minggu depan,"

"Gertakan doang palingan. Gausah dipikirin, lah."

Sumpah, ngeselin banget ini anak. Kesel banget. Bukannya sedih, aku malah jadi kesel. Kata-katanya bikin jleb banget. Pengen aku bejek-bejek aja tuh mukanya yang datar.

"Temen-temen, hari ini cukup sampai disini aja praktikum kita kali ini—"

"—sebelum pulang, mari baca doa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."

Setelah doa, kami pun langsung keluar Lab. Baru saja keluar, teman-temanku langsung menghampiri. Ada sebagian yang menanyakan keadaanku dan sebagian yang lain hanya kepo kenapa aku bisa nangis. Memang seperti itu bukannya? Beberapa orang memang peduli, namun beberapa orang lainnya hanya penasaran dengan apa yang kita alami.

***

"Lo pulang naik apa, Zur?" tanya Dela, teman sekelasku.

"Naik motor, Del," jawabku sembari memasukkan jas lab ke dalam tas.

"Gue juga, bareng yuk ke parkiran,"

"Yuk,"

"Zur, kenapa ya si Raka dingin banget sama kita semua?" tanya Dela diperjalanan kita menuju ke parkiran.

"Gue ngga tau, Del. Mungkin emang sifatnya kayak gitu,"

"Ya, mungkin sih. Mukanya sebenernya lumayan loh. Tapi kenapa seacuh itu?"

"Kalo wajah emang sih, Del. Manis. Tapi ya gitu kan.."

"Tapi tadi udah lumayan loh dia berbaur. Apalagi tadi nyamperin lo, Zur. Tumben banget. Sampe agak nenangin gitu,"

"Nenangin apanya?" tanyaku, perasaan dia ga menenangkanku sama sekali.

"Lo gak peka ya, Zur. Dia ngomong kayak gitu tuh buat nenangin lo, Zur."

***

Seminggu berlalu. Hari-hariku dilalui dengan begitu banyak tugas dan Laprak —Laporan Praktikum—. Tapi aku suka dengan kelas ini. Menurutku, sejauh ini solidaritasnya tinggi.

Hari ini akan ada pertemuan pertama untuk laboratorium biologi. Oh iya, aku lupa kasih tau kalian. Jadi, selama semester 1 dan 2 ini aku masih mendapatkan mata kuliah yang berhubungan dengan IPA dasar, seperti biologi di semester 1 dan Fisika di semester 2.

"Selamat Pagi semuanya," sapa kakak aslab praktikum Biologi.

"Pagi, kak,"

"Perkenalkan nama saya Risa, saya akan menjadi aslab kalian di praktikum Biologi ini selama satu semester ini. Mohon bantuannya ya," katanya dengan senyum. Sepertinya kakaknya baik, semoga saja.

"Nah sebelum kita mulai, perkenalkan dulu ini laboran Biologi. Namanya Pak Rangga,"

"Halo anak-anak. Semoga kalian betah ya di laboratorium Biologi ini, hehe," sapa Pak Rangga sebentar.

"Baiklah, kakak sekarang akan membagikan kelompok untuk satu semester ini ya,"

Aku menunggu namaku disebut, karena sedari tadi tidak kunjung disebut. Sejauh ini yang disebut dari kelompok 1 sampai kelompok 5 belum terdengar Kak Risa menyebut namaku. Deg-degan tau.

"Kelompok 6, Keandra Raka Huntara, Azura Fellah Kamaliya, Windy Kusuma, Susi Sriyanti,"

YES. Eh kok yes? Yaampun. Kenapa sih aku harus sekolompok sama manusia paling dingin itu?

***

Tring.

HPku berbunyi, menandakan ada WA yang masuk. Langsung saja aku merogoh kantung tote bagku. Untuk mengambil HP tentunya.

Rasyid: Dimana kamu Zur?

Astaga. Aku lupa bahwa hari ini Kak Rasyid ngajak makan di warung Bi Inem. Warung Bi Inem ini adalah salah satu warung di samping kampus.

Aku: Maaf Kak, aku baru selesai praktikum. Kakak udah disana?

Rasyid: Iya udah, kesini aja ya, Zur.

Aku: Oke, Kak.

"Temen-temen, maaf ya aku gak jadi ikut kalian ke Warung Mang Ujang," kataku membatalkan acara makan-makan dengan beberapa teman kelas.

"Wah, kenapa?"

"Maaf gue lupa kalo udah ada janji yang lain,"

"Waduh, baru masuk kuliah aja udah ada cemceman nih ye," kebiasaan deh, Della menggodaku terus.

"Astaga, bukan guys. Ini kating, dia ngajak makan katanya mau traktir karena abis nabrak gue waktu itu,"

"Hah? Lo ketabrak, Zur?" Tanya Mila khawatir.

"Iya gue ditabrak, tapi bukan ketabrak motor. Udah ya gue duluan, gaenak udah ditungguin."

Setelah berpamitan aku pun langsung berangkat ke warung Bi Inem. Sebenernya aku degdegan karena belum pernah jalan sama kating kayak gini. Takut canggung aja. Berdoa aja deh supaya aku ga canggung banget.

Sesampainya di warung Bi Inem, aku khawatir. Disana rame banget, beneran. Langsung aku ambil HP dan chat Kak Rasyid.

Aku: Kak, aku udah sampe. Kakak dimana?"

Tak lama kemudian, Kak Rasyid bales.

Rasyid: Di meja depan, Zur.

Pas aku liat meja depan. WTF? Dia ngajak gengannya yang serem-serem kayak gitu? Gak dulu deh aku kesana, biarin aja deh daripada aku di gigit. Sumpah banyak banget itu temennya. Dia mau ngajak traktir atau mau ngajak aku ikut tawuran sih?

Aku: Kak, maaf aku abis di telpon Bunda. Ternyata ada urusan. Maaf ya kak, aku pulang duluan.

***

Author Note:

Maaf guys aku baru update. Baru sempet, hehe. PJJ gini malah banyak banget tugas ya Allah:(

Semoga lekas sembuh, bumiku🌻

Terimakasih 🌷

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang