Chapter 5

22 5 1
                                    

Sayuki merasa gelagapan sekarang. Bila Kak Karin tahu, pasti ketika mamanya pulang nanti ia akan diadukan.

"Ayooo...." kata Kak Karin menunggu kepastian adik kecilnya. "Pilih Kakak ikut atau kamu dapat nilai jelek untuk tugasmu?"

Mikio mulai menarik-narik lengan baju Sayuki. Ia sungguh tidak sabar sekarang. Apalagi Sayuki sangat sok misterius ketika ia memberitahu tentang Bella.

Akhinya, Sayuki mengambil keputusan. "Ayo Mikio, Kak Karin, kita ke basement."
***

Perjalanan ke basement agak seram seperti ingatan Sayuki dahulu. Banyak sekali debu bertebaran dimana-mana dengan barang-barang kuno tertumpuk dan diselubungi kain-kain yang sudah jelek dan kotor secara asal-asalan.

Tangganya yang terbuat dari kayu juga sudah reyot. Mulai banyak suara keriat-keriut ketika mereka melintasinya. "Pelan-pelan ya," nasihat Karin. "Pegangan yang benar!"

"Baik Kak," jawab Sayuki.

Mikio naik ke atas dengan rasa was-was. "Rumahmu seram sekali sih! Hiiiy! Ini berhantu ya?"

"Siapa bilang? Temanku tinggal di sini. Berarti ini tidak seram, kamu saja yang penakut," balas Sayuki acuh tak acuh.

Karin memilih untuk tidak berkomentar, langsung menapakkan kakinya untuk mengikuti langkah adiknya dan Mikio.

Tiba-tiba, mereka terhenti di satu anak tangga. Ada sebuah barang besar di situ, seolah-olah memyambut mereka di situ.

"Apa ini? Kok kok ada di sini?" tanya Mikio.

"Tidak tahu," kata Sayuki.

"Besar sekali! Coba kita dorong!" Mikio memberikan usul.

"Tunggu, kita buka dulu untuk tahu benda apa ini!" Karin menghentikan 2 laki-laki kecil itu yang secara serempak langsung mengerahkan tenaga untuk mendorong benda berat itu, padahal bisa dibilang mereka tidak akan mampu memindahkannya.

Mikio dan Sayuki melepas tangannya dari benda itu, pelan-pelan Karin mulai membuka helai kain itu. Srettttt... bunyi kain bulukan itu sangat berisik.

Itu adalah piano berwarna hitam. Grand Piano, tepatnya. Warnanya sudah agak kusam dimakan usia.

"Woow... Piano!" Mikio bertepuk tangan dengan histeris seperti baru mendapat hadiah. "Hebatt!"

"Eh, ini! Kita bisa lewat. Tadi piano ini terlihat besar karena kainnya tebal," Karin menjelaskan, "Ayo, kita lewat!"

Mereka pun berjalan menuju anak tangga selanjutnya. Lalu Karin pun kembali menyelubungi piano itu di atas dan mengekori adik adiknya.

Di basement mereka disambut oleh barang-barang yang tidak kalah tua. Bahkan mereka bisa dipanggil kakek nenek buyut bila kalian mau. Ada jam raksasa, lemari kuno, alat musik, dan lain lain.

"Bella... Bellaa!"

"Mana?" Mikio ikut mencari Bella.

"Aha! Aku ada ide, aku akan bermain piano. Karena dia datang sewaktu aku sedang latihan piano!" cetus Sayuki akhirnya.

"Tapi.. mana bisa! Piano ada di situ, tuh!" tunjuk Karin, walau sebetulnya dia heran sekali. Siapa sih sebenarnya Bella ini?

"Hai, kamu tidak usah bermain piano. Aku sudah ada disini," tiba-tiba ada suara di ujung tangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Broken PianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang