Broken Piano

Chapter 3

"Ya, begitulah ceritanya. Sekarang, Bella sudah menjadi temanku."

"Apa?! Siapa dia? Tidak mungkin ada orang yang berada di basement kita!?" Teriak Karin.

"Karin, ada apa? Masih pagi, jangan teriak-teriak." Ibu Sayuki yang sedang membawa sepiring roti untuk ayahnya, berjalan mendekati Sayuki dan Karin.

"Iya, Memangnya ada apa, nak?" Ayahnya bertanya seraya duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

Karin melirik ke arah Sayuki. Sayuki melambai-lambaikan tangannya, memberi tau kakaknya untuk tidak berkata apa-apa.

"Ti-tidak ada... Sayuki tadi mengejekku, jadi aku balik mengejeknya juga karena marah."

"Ooohh... sudah ya, sesama saudara gak boleh bertengkar."

"Iya bu..." kata Sayuki dan Karin berbarengan.

Setelah itu, mereka semua makan sarapan yang telah dibuat ibu Sayuki dengan tenang. Tak lama kemudian...

Ttiitt... ttiitt...

Suara klakson bis terdengar terdengar dari luar rumah.

"Ayah, Ibu, Kakak, aku pergi dulu ya..."

"Iya, nak. Hati-hati di jalan."

"Baik ibu, bye," kata Sayuki sambil melambaikan tangan.

Sayuki berlari menuju bis sekolahnya yang sudah dipenuhi oleh teman-teman sekolah Sayuki.
"Selamat pagi Sayuki..." sapa sang supir bis yang sudah kenal dengan hampir semua anak. "Selamat pagi pak," jawab Sayuki.

Sayuki menyusuri barisan-barisan kursi dan memilih tempat duduk di sebelah sahabatnya, Mikio.

"Pagi Mikio..."

"Pagi," jawab Mikio dengan singkat.

"Mikio, aku mendapat teman baru semalam," cerita Sayuki.

"Em..."

"Kami bertemu di basement-ku semalam. Dia memperkenalkan dirinya, namanya Bella. Dia berasal dari Eropa, tapi dia sudah cukup fasih berbicara bahasa Jepang. Lalu, setelah itu dia menghilang entah kemana. Dia memintaku untuk tidak memberi tau orangtuaku," Sayuki berceloteh sendiri.

"Apa?! Di basement?! Bagaimana dia bisa masuk? Sayuki... bagaimana jika Bella itu hantu?"

"Hantu? Tidak ada hantu di dunia ini, Mikio..." bantah Sayuki.

"Lalu bagaiman dia bisa di sana lalu menghilang begitu saja?"

"Mungkin dia pesulap..."

Mikio mengehela napas, "ya, terserah kamu sajalah..."