Save Me

401 65 25
                                    

Joss sekali lagi menatap pantulan dirinya di cermin yang terdapat di ruang kerjanya.

"Ah, aku benar-benar tampan."

Joss mengecek jam tangan di pergelangan lengan kirinya.

"Astaga! Jangan sampai Plannie menungguku lama."

Joss segera menuju basement untuk mengambil mobilnya dan berkendara ke tempat yang sudah dijanjikan Plan dengannya untuk bertemu.

Sampai di Kafe D'Luna, Joss melihat Plan yang sudah tiba, sedang menyesap secangkir kopi.

"Sayang, maaf ya aku lama."

"Gak perlu basa basi, Joss. Kenapa kamu jadiin aku sebagai pengganti untuk membantu perusahaan Mean? Kamu pikir aku barang?" Plan menatap Joss dengan pandangan dingin, tidak seperti dulu lagi, dan itu membuat Joss geram.

"Memangnya kenapa? Kamu juga dijodohkan ayahmu sama Mean untuk memperkuat perusahaan kalian, kan? Bukannya itu sama aja?"

"Kenapa kamu jadi gini?" lirih Plan.

"Kamu yang buat aku jadi begini, Plan. Kamu gak sadar ibu aku mati gara-gara mikirin kamu yang nikah sama si brengsek itu, hah?"

Plan sontak terkejut, air mata langsung mengalir di pipi Plan.

"Ma- maaf kalau ini semua salah aku. Tapi aku mohon sekarang kamu bantu perusahaan suami aku, Joss."

Joss tersenyum remeh, "Membantu tanpa ada timbal baliknya buatku? Jangan ngaco, Plan!"

"Tapi kan kamu dapat keuntungan juga dari situ, perusahaan kamu juga dapat royaltinya."

"Aku gak butuh itu semua, tapi aku butuh kamu, AKU BUTUH KAMU, PLAN, KAMU PAHAM?" Joss tidak mempedulikan semua pengunjung yang menatapnya tidak suka karena suara yang dikeluarkan Joss.

Plan menghapus air matanya kasar, beridiri dari duduknya, meletakan beberapa lembar uang di meja untuk membayar minumannya.

"Biarpun nantinya Mean bangkrut, seenggaknya aku bahagia sama dia."

Plan berlalu keluar kafe, meninggalkan Joss dengan kemarahan yang sudah di ubun-ubun. Joss merasa terhina! Lantas perjuangannya selama ini sampai seperti ini untuk kembali memikat Plan, sia-sia?

Joss ikut keluar kafe, mengejar Plan yang akan masuk ke mobilnya. Joss mencegat Plan dan langsung menarik Plan ke dalam mobilnya.

"Joss, kamu mau apa? Jangan macam-macam, Joss!"

Joss mengikat tangan Plan di pegangan dekat pintu mobil dengan dasinya, dan mulut Plan disumpal dengan sapu tangan.

"Kalau aku gak bisa milikin kamu... berarti Mean juga gak bisa." Joss melajukan mobilnya dengan cepat, membawa Plan entah kemana.

Plan yang diikat tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis, tangannya terikat, teriak pun percuma, dan ponselnya juga dirampas oleh Joss.

Plan hanya berdoa dalam hati sambil terus menyebut nama Mean untuk menyelamatkannya.

.

.

.

Joss membuka ikatan di tangan Plan dan sumpalan di mulutnya, kemudian menggiring Plan memasuki sebuah rumah mewah, membawa Plan masuk ke sebuah kamar kosong, yang hanya terdapat satu kursi di sana, dan di kursi itu terduduk ibu Joss.

Tepatnya, tengkoraknya.

"I-ibu? Joss, apa yang kamu lakuin sama ibumu?" Plan terkejut bukan main melihat tengkorak ibu Joss, yang kemungkinan sudah berumur dua tahunan.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang