He's Back

381 66 26
                                    

Setelah menghabiskan waktu berbulan madu di Paris, hubungan mereka semakin membaik, Mean benar-benar bahagia. Plan sudah menerimanya dan bahkan mengatakan kalau dia juga mencintai Mean.

Benar-benar kesabaran Mean selama ini membuahkan hasil.

Tapi Mean hanya belum tahu kalau masih ada rintangan yang menunggu mereka.

.

.

.

Sampainya di rumah mereka di Bangkok, Mean dan Plan yang baru akan memejamkan mata untuk beristirahat setelah perjalanan panjang mereka, diganggu oleh bunyi bel di rumah mewah itu.

"Siapa sih yang dateng, baru aja mau istirahat," gerutu Mean.

"Ya udah, aku buka pintu dulu ya." Plan beranjak dari ranjang mereka dan turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu.

Mean maupun Plan belum memberitahu pada bibi penjaga rumah tentang kepulangan mereka, karena itu Plan sendiri yang harus membukakan pintu.

Sampai di pintu, dan membukanya, Plan mendapati seorang wanita paruh baya berdiri dengan angkuhnya sambil menatap Plan.

"Maaf, anda siapa? Dan mencari siapa?" tanya Plan dengan sopan.

"Hah, kau benar-benar menantu tidak tau diri." Wanita itu menatap tidak suka pada Plan.

"Anda ibu Mean? Maaf, bu, aku tidak tau." Plan wai kepada ibu Mean.

Plan mengutuk dirinya sendiri saat tak mengenali sang mertua. Tapi jika dipikir, wajar Plan tak tahu, karena selama ini Plan tidak pernah mau tau tentang Mean apalagi keluarganya, bahkan Plan tidak ingat apakah ibu Mean ada di pesta pernikahan mereka atau tidak.

"Ibu mencari Mean?" lanjutnya.

"Hm, mana anakku?"

"Oh, iya, silahkan masuk, bu. Aku panggil Mean dulu." Plan mengikuti ibu Mean yang berjalan masuk dan duduk di ruang tamu.

"Ibu mau minum apa?"

"Tidak perlu, cukup panggil Mean," jawab ibu Mean tanpa menatap Plan.

'Huft, sangat berbeda dengan ibu Joss... Astaga Plan, kamu udah bersuami, jangan lagi memikirkan Joss.'Plan menggelengkan kepalanya saat bayangan tentang ibu Joss menghinggapi kepalanya.

Plan masuk ke kamarnya dan membangunkan Mean yang sudah terlelap.

"Mean, Mean, ada ibu kamu." Plan menggoyang tubuh Mean yang terlelap.

"Mean... bangun, itu ibu kamu datang."

Mean sedikit mengerjapkan matanya, mendapati Plan yang tersenyum padanya. Perlahan Mean bangkit dan mendudukan dirinya di pinggir ranjang.

Mean berjalan ke ruang tamu dan diikuti Plan di belakangnya.

"Mau apa ibu ke sini?" Mean bertanya dengan tidak ramah menghasilkan raut bingung di wajah Plan.

"Ibu mau kamu membuat pesta perayaan keberhasilan perusahaan kita memenangkan proyek besar itu."

"Untuk apa aku harus membuat pesta, aku sudah merayakannya dengan istriku."

Wajah Plan memerah mendengar penuturan Mean, Plan jadi flashback tentang kebersamaan dan kemesraannya dengan Mean selama di Paris, bahkan Plan semakin memerah saat mengingat malam pertamanya setelah menikah tiga tahun dengan Mean.

"Itu dengan istrimu. Ibu menyuruh membuat pesta perayaan dan mengundang semua kolegamu, itu juga untuk memperkuat bisnis kita."

"Baik, aku akan membuatnya." Mean akhirnya menyerah, berdebat dengan ibunya tidak akan ada habisnya, karena Mean tahu ibunya pasti akan melakukan segala cara agar keinginannya tercapai.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang