Tahap 15. Mengajak Jalan

874 127 21
                                    

Rencana Jisung yang akan berjalan dengan Jeongin kandas karena teman sebangkunya itu pergi ke rumah neneknya di Paju.

Ujian simulasi bagi siswa tingkat akhir telah dilakukan seminggu ini.

Besok hari ke-5, hari terakhir.

Jisung senang akan terbebas dari masa-masa kebosanan di rumah with nothing to do. Seakan-akan semua video youtube sudah Jisung tonton berlebih memang, novel yang dipinjam dari Minho dia sempat meminjam beberapa novel fantasi dari kakak kelasnya itu sudah dia baca semua, dan tak lupa selalu paling update tentang perkembangan anak-anak Twice.

Hyunjin masih sibuk dengan les setiap harinya. Papa dan mamanya sangat perhatian dengan pendidikan akademik Hyunjin, padahal mereka tahu jika putra tunggalnya itu lebih menyukai tari.

Kekasihnya itu memang masih tak jarang menghubunginya setiap malam, mengganggu jam tidur Jisung sebenarnya karena Hyunjin menghubungi dirinya tengah malam.

Seperti malam ini, jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul 23.30. Setengah jam lagi sudah tengah malam.

"Besok terakhir ujian, akhirnyaaa," suara Hyunjin memekik setelah panggilan teleponnya diterima oleh Jisung.

"You did well, sayang."

Suara Jisung begitu lembut, Hyunjin kecanduan.

"Makasih sayang, mau jalan-jalan setelah ini? Weekend bagaimana?"

"Kenapa tidak besok?"

Di seberang sana menghela napas lalu menghembuskannya kasar, "Pengeeen tapi ada acara dengan teman-teman papa, makan malam sih agendanya tapi harus siap-siap dari pulang ujian. Maaf ya."

"Tak apa sayang, kan masih bisa lusa."

"Iya, nanti kamu list mau ke mana aja ya, aku siap mengantar."

"Ya udah, kamu pasti lelah. Bobok gih," Jisung berucap lembut.

"Kamu juga, segera tidur jangan begadang."

"Kamu matiin dulu."

"Kamu aja."

"Kan kamu yang meneleponku tadi."

"Makanya jadi gantian kamu yang matiin."

Aduuh, tidak perlu dimatikan saja sambungannya lagipula ini pakai free callnya line.

***

Di lain tempat, tepat kamar pemuda berhidung mancung sedang terjadi pergulatan batin dalam diri si pemilik kamar.

Dia memandangi dua lembar karcis yang dibeli lewat website online tadi bersama Changbin. Karcis masuk perkebunan stoberi di daerah Ilsan. Tidak jadi ke kebun sepupunya, takut digoda dan diolok-olok manusia yang lebih pendek darinya itu.

"Langsung mengajak besok atau sekarang saja?"

"Tapi kalau besok takut dia ternyata ada acara tapi kalau sekarang takut dia menolak."

"Besok aja ya."

"Sekarang aja deh."

"Bagaimana, Ber?"

Saudara Lee Minho, si nomor satu di sekolahnya sedang bermonolog dengan penonton si Berry, boneka beruang kecil pemberian Changbin sewaktu mereka masih sekolah dasar.

Sudah gila, pangeran Lee.

Mungkin itu kalimat yang akan dilontarkan Changbin jika melihat aktivitas sahabatnya kini.

"Ya Tuhan, diriku sudah gila!"

Ternyata saudara Lee Minho sadar sendiri.

"Besok saja, sekarang waktunya tidur."

Minho tak perlu belajar, beruntunglah dia termasuk jajaran manusia pemilik otak cerdas.

***

Esoknya dari pagi sampai siang Jisung hanya asyik melihat penampilan Twice di televisi. Heboh sendiri melihat cantiknya Mina. Ikut bergojet kala dia mengetahui koregrafi tarinya.

Suara ketukan pintu menghentikan kegiatan menarinya. Jisung menuju pintu dan membukanya.

Terheran sih mengetahui siapa yang datang.

Di depannya ada sosok kakak kelasnya yang selama seminggu ini tidak berhubungan dengannya.

"Hai."

"Hai juga, oh ayo kak silakan masuk," Jisung menuntut kakak kelasnya itu masuk ke rumahnya. Minho mengikuti Jisung masuk.

"Mau minum apa kak?"

"Enggak perlu, aku hanya-" Minho menjeda ucapannya.

Jisung yang tadi sedang berdiri guna mengambilkan minum pun berhenti dan menatap Minho heran.

"Ini, kuharap kamu mau. Aku ingin mengajakmu ke sini," belepotan sekali kalimat Minho.

Jisung mengambil lembaran pemberian Minho, membaca tulisan yang tertera di atas lembaran itu.

Karcis masuk perkebunan stroberi Ilsan.

Tempat yang ingin sekali dia kunjungi.

Tak sadar Jisung kalau sekarang dia berjingkrang-jingkrang karena terlalu senang. Begitu dia sadar kalau sedang bersama Minho, dia pun berhenti.

"Kok bisa kepikiran mengajakku sih kak?"

"Mau mengajak Changbin sih tapi dia tak mau padahal aku pengen."

Minho tak sepenuhnya berbohong, dia memang berniat mengajak Changbin tapi si bongsor tidak mau.

Katanya tidak mau jadi obat nyamuk.

"Terima kasih ya kak, di karcis hari ini ya? Kalau begitu tunggu sebentar ya kak aku siap-siap dulu."

***

Mereka sampai di perkebunan stroberi sesuai tujuan mereka.

Jisung memandang bahagia hamparan pohon-pohon stroberi yang siap dipetik. Rasanya dia ingin berlari langsung ke sana.

"Tasnya taruh sini dulu, Ji."

Tas Minho dia taruh di tempat penyimpanan barang begitupula dengan Jisung.

Mereka berganti pakaian dengan kostum khas pemetik stoberi.

Minho sampai gemas melihat penampilan Jisung saat ini.

Di kebun Jisung sungguh menikmati kegiatannya, rasanya sudah lama dia tidak pergi ke kebun. Apalagi memetik stroberi. Hobi sedari dirinya kecil dan nyatanya masih senang dia lakukan sampai sekarang.

"Sekali lagi, terima kasih lho kak sudah mau mengajakku kemari," Jisung berbicara tanpa melihat lawan bicaranya, dirinya masih asyik dengan keseruannya.

Tak sadar pula dia sedang dipotret oleh Minho dan dimasukkan ke insta storynya.

Jisung memutuskan rehat sejenak ketika rasa lelah menghampiri, sudah dua jam lebih dia berkecimpung di kebun stroberi itu.

Mencicip rasa stroberi yang telah dia petik dengan susah payah.

Jisung mendengar suara ponselnya berbunyi, siempunya berlari menghampiri tempat menaruh tasnya tadi.

Kagetlah Jisung menatap layar ponselnya.

Ternyata sudah ada 10 panggilan dan semua itu dari Hyunjin. Tanpa menunggu lagi, Jisung menjawab sambungannya.

"Ha-"

"Ji, kan sudah kubilang kalau mau kemana-mana izin dulu," Suara Hyunjin di seberang sana terlihat tegas tapi ada nada kecewa pula di dalamnya.

"Ma-"

"Hyunjin ayo segera turun nak!" Teriakan orang lain, terdengar seperti suara Mama Hwang memotong kalimat Jisung.

"Aku turun dulu, kumatikan."

Perbedaan terasa di telepon mereka kali ini.

Jisung merasa bersalah.

***

Tikungan Tajam | minsung ver✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang