Tahap 21. Semakin Banyak Kesempatan

830 119 8
                                    

"Bagaimana tawaran papa, Hyunjin?"

Pulang pulang pertanyaan itu yang menyambut tubuh lelah Hyunjin. Tadi setelah curhat ria di rumah Jeongin alias tetangganya sendiri Hyunjin diusir, kata Jeongin, "Renungkan kesalahan kakak malam ini" tapi dia berkata pula untuk jangan lupa istirahat karena seharian ini sudah full dari tekanan fisik maupun batin.

"Hyunjin lelah pa, diskusinya besok saja ya, Hyunjin libur kok," memilih membungkuk pada papanya dan melengos naik ke lantai 2 untuk menuju kamarnya.

Persetan dengan mandi atau berpikir bagaimana selanjutnya, Hyunjin lebih memilih tidur karena itu yang dia pikir tubuhnya butuhkan.

Berharap jika waktu mentari datang esok pagi, ini semua hanya sekadar mimpi buruk seperti kala itu.

***

Pagi hari yang diimpikan Hyunjin hanya sekadar impian. Pagi harinya Papa Hwang sudah menunggu di kursi ruang makan.

"Selamat pagi, putra papa tersayang~" Papa Hwang menyapa Hyunjin penuh sayang ketika melihat putra tunggalnya turun untuk sarapan pagi.

Tapi mengapa sayang itu tidak sampai pada hati Hyunjin?

"Bagaimana istirahatmu malam tadi? Kamu baik-baik saja kan, sayang?" Lagi. Papa Hwang bertanya dengan nada lembut.

Hyunjin mengangguk dengan senyum dipaksakan tapi tidak disadari oleh papanya sendiri, entah karena Hyunjin pandai berakting atau karena Papa Hwang tidak peka.

Mama Hwang datang membawa beberapa makanan yang siap untuk dimakan.

"Papa sudah mendaftarkan kamu di kampus itu-"

Hyunjin berdiri lalu melotot tajam pada papanya yang dengan seenaknya sendiri bertindak tanpa berbicara padanya terlebih dulu.

"Papa kok tidak bilang padaku dulu?!!!"

"Kamu kelamaan, nanti keburu pendaftarannya ditutup. Sekarang kamu belajar yang giat, awas jika sampai tidak lolos, papa akan menyita alat perekam dan laptopmu. Dan kamu harus tetap kuliah di sana."

Terlihat sepele, tapi barang-barang itu seperti hidup mati Hyunjin. Koreografi yang dia buat semua ada di sana.

Dan apa-apaan itu? Dia tetap harus kuliah di sana?

"Pa-" Mama Hwang ingin berbicara pada suaminya.

"PAPA TEGA!!!!"

Hyunjin langsung berlari keluar rumah dan mengendarai motor ninjanya.

Dia ingin pergi.

***

Berbeda dari kediaman keluarga Hwang, di kediaman keluarga Han terdengar sendau gurau menghiasi lingkup ruang makan. Ada anggota baru sepertinya, karena nada tawanya bertambah banyak.

"Ya ampun, tante tidak tahu nak Minho memiliki selera humor seperti ini. Cocok dengan tante sepertinya," suara Mama Han terdengar.

Anggota baru itu Lee Minho, lelaki yang kemarin menjadi tempat curhat Jisung.

Obrolan mereka dari novel fantasi berujung Minho yang meminta Jisung bilang ke Mama Han untuk mengajarinya membuat kue seperti yang beliau buat tempo lalu. Minho meminta dengan alasan dia sudah tidak ada tanggungan sekolah dan lagi dia kan sudah dapat perguruan tinggi, jadi dia otomatis free jadwal.

"Apa harus aku antar dulu, Ji?"

"Oh, tidak perlu. Aku nanti bersama Jeongin."

"Sudah baikan dengan dia?"

"Kami tidak pernah marahan!" Jisung menyangkal.

Minho mengangguk mengerti. Tidak terlalu masalah pikirnya jika Jisung bersama Jeongin, lagian niatnya hari ini memang murni ingin belajar membuat kue dengan niat tambahan mendekati calon mertua.

"Ya sudah aku berangkat dulu ma, kak Minho," pamit Jisung pada dua orang di meja makan itu.

"Hati-hati di jalan."

Setelah kepergian Jisung, Mama Han berniat merapikan meja. Minho yang peka pun ikut membantu.

"Jadi apa yang kamu sukai dari Jisung, nak?"

Minho membola, bagaimana bisa nyonya Han tahu perasaannya pada Jisung? Sedangkan putranya sendiri saja tidak.

"Jisung itu memilik sifat tidak peka turunan dari papanya. Maklum saja jika dia tidak mengerti perlakuan dan tatapanmu itu menandakan kamu tertarik padanya," penjelasan Mama Han membuat dirinya tahu alasan selama ini Jisung tidak kunjung peka terhadap semua pendekatannya.

Minho menunduk karena malu kepergok calon mertua.

"Jadi kamu kemari ingin berusaha mendekatiku, nak Minho?"

Minho menggeleng ribut, memang dia tidak berniat mendekati Mama Han, itu hanya bonus nanti. Tujuan utamanya memang belajar membuat kue.

"Baiklah, mari ikut mama ke dapur. Mumpung mama juga berniat membuat kue itu kemarin. Kamu pas banget ke sini," Mama Han berdiri dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

"Ayo!"

Minho pun mengikuti arah jalan Mama Han.

***

"Aku tidak bisa berhubungan tanpa restu orang tua," kalimat sarkas Jisung ditujukan pada Hyunjin sebelum pemuda itu berbicara, menjelaskan yang ingin dijelaskan.

Iya, Jisung bolos. Jeongin menjemputnya guna bertemu dengan Hyunjin bukannya pergi ke sekolah. Sebenarnya Jisung tak mau tapi kata Jeongin dirinya harus mendengarkan penjelasan dari sisi Hyunjin. Sebagai cara menghargai Jeongin, Jisung pun menurut walau sejujurnya dia belum siap bertemu Hyunjin.

Entah mengapa dia kecewa. Amat sangat.

Dan sebenarnya Jisung tahu kok duduk masalahnya. Papa Hyunjin tidak setuju dengan hubungannya bersama putra tunggalnya ini.

"Dan tidak bisa berhubungan jarak jauh."

Hyunjin yang tadi menatap Jisung sekarang menatap kekasihnya itu tak percaya.

Padahal dia akan meminta Jisung untuk menunggu jika dia benar-benar pergi tapi ternyata kekasihnya malah berucap seperti itu.

Dia telah sangat mengecewakan Jisung.

"Ji, aku membawamu ke sini untuk mendengarkan penjelasan Hyunjin," Jeongin berbicara.

"Aku sudah tahu kok kak Hyunjin ingin berbicara apa."

Hyunjin akan membuka mulutnya tapi didahului lagi oleh Jisung.

"Tidak perlu berjanji kembali dan menyuruhku menunggu kak kalau itu hanya sekadar janji palsu," Jisung berucap lalu berdiri dari duduknya.

Sejak kapan Jisung bisa membaca pikiran Hyunjin?

"Oiya, mari putus. Kita putus dengan baik-baik ya kak," Jisung mengulurkan tangan di hadapan Hyunjin.

Hyunjin tidak kunjung membalasnya.

Jisung menggoyangkan tangannya supaya Hyunjin segera menjabat tangannya.

Untuk saat ini Hyunjin hanya bisa pasrah, dia jabat tangan kecil Jisung, mungkin untuk terakhir kalinya.

Jisung tersenyum dan melepas jabatan itu.

Jeongin hanya menatap Hyunjin prihatin. Tanpa suara Jeongin bergumam kata maaf berkali-kali pada Hyunjin sebelum dirinya keluar karena ditarik Jisung.

Setelah sampai mobil Jeongin, Jisung memakai topi dan masker yang sengaja dia bawa.

"Aku tidur dulu ya Jeong," izin Jisung lalu menghadap arah luar jendela mobil guna menghindari Jeongin.

Menangis adalah hal yang dilakukannya saat ini.

***

Tikungan Tajam | minsung ver✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang