° Two °

1.6K 306 69
                                    

"Akhirnya aku bisa pergi ke luar~!"

(Name) sekarang berada di luar cho-yashiki. Setelah sekian lama, akhirnya dia berhasil terbebas dari neraka cho-yashiki yang penuh dengan cairan mengerikan itu.

Namun, sayangnya Shinobu tidak mengizinkan (Name) untuk keluar dalam waktu lama. Yah, setidaknya (Name) diizinkan keluar oleh Shinobu. Ini tidak terlalu buruk, bukan?

Tepat agak jauh di depan jalan, (Name) menemukan sosok laki-laki yang mengenakan haori bercorak tak senada. Oh, itu adalah sosok yang sangat tak asing bagi (Name).

Si pillar yang selalu sendirian, korban bully dari si pillar angin alias Shinazugawa Sanemi, serta laki-laki berwajah triplek yang bahkan (Name) ragukan bisa berekspresi atau tidak.

Benar, dialah si pillar air, Tomioka Giyuu.

(Name) terbilang cukup akrab dengannya, meski terlihat Giyuu selalu cuek dan selalu mengabaikannya. Setidaknya mereka sering melakukan misi berdua, atau sering berpapasan di mana saja.

Yah, sejujurnya sebutan 'cukup akrab' hanyalah pendapat pribadi (Name), sih.

Mengingat laki-laki datar satu itu terlalu cuek untuk berinteraksi dengan manusia maupun iblis.

Dengan langkah santai, (Name) menghampiri Giyuu. Ia mengangkat tangan kanannya dan melambai pada sang lelaki.

"Giyuu-san!"

Laki-laki yang diteriaki oleh (Name) pun mendadak menghentikan langkahnya, seraya berbalik badan untuk melihat siapa gadis yang baru saja memanggilnya itu.

"... (Name)-san?"

Giyuu membuat isyarat untuk menyuruh (Name) diam di tempat. (Name) pun mengangguk dan menghentikan langkahnya, bersamaan dengan Giyuu yang berjalan agak cepat menuju posisinya berdiri sekarang.

Giyuu menghentikan langkahnya ketika ia telah berdiri di depan (Name). Ia sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap gadis itu, mengingat tinggi mereka terpaut agak jauh.

"Kenapa kau berkeliaran di sini dengan pakaian seperti itu? Kau tidak ada misi?"

Satu kalimat pertanyaan terucap dari bibir Giyuu tanpa sadar. Ia hanya penasaran, mengapa si pillar salju ini mengenakan pakaian itu? Apa ia tak bertugas?

Pakaian (Name) memang sangat sederhana. Hanya balutan kimono dan haori biru muda favoritnya, serta ia mengenakan syal yang melingkar di lehernya.

"Aku masih belum diizinkan bertugas. Lihat!" (Name) menyingkap lengan kimono miliknya dan memamerkan bekas luka di lengan kirinya, serta balutan perban tebal menggulung di sana. "Lenganku patah. Meski ini bukan luka besar, Oyakata-sama menyuruhku istirahat total."

"Jadi lenganmu patah? Sakit, kah?" tanya Giyuu penasaran, walau tentunya ia menyembunyikan rasa penasarannya itu.

"Aku tidak merasa sakit sedikitpun! Yah, tentu ini tidak ada apa-apanya!"

Bakkkk!

" ... AAAAGH! SAKIT, SAKIT!"

(Name) menjerit kala Giyuu melayangkan tepukan yang agak kencang pada lengannya yang patah. Ia sangat ingin menendang Giyuu saat itu juga, akan tetapi ia memilih bersabar.

"GI-GIYUU-SAN! KENAPA KAU MEMUKUL LENGANKU?!"

Giyuu menatap (Name) dengan netra kosongnya. Tanpa mengubah ekspresi sedikitpun, Giyuu pun menghela napas singkat.

"Tadi kau bilang tidak sakit sama sekali, makanya aku mengetes apa kau sungguh patah tulang atau hanya pura-pura," jelas Giyuu tanpa dosa. "Lalu, aku percaya kalau kau itu benar-benar patah tulang."

"Tidak terlalu sakit, kan? Hanya kupukul sedikit saja, kok."

(Name) menghela napas panjang. Ia tahu kalau Giyuu itu menyebalkan, tapi (Name) bersumpah kalau saat ini Giyuu JAUH lebih menyebalkan dibanding yang yang biasanya.

"Giyuu-san, ayo kita baku hantam."

***

Snowball Fight « Tomioka Giyuu x Reader » (Kimetsu no Yaiba)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang