-"04"

115 19 0
                                    

—(Y/n)'s POV

Kurasa hari ini bukanlah hari keberuntunganku karena aku terpaksa menunggu keretaku lebih lama karena adanya badai. Dan itu berarti aku duduk sendirian di stasiun ini seperti orang bodoh. Ditambah lagi aku juga tidak memiliki uang lagi ataupun makanan, betapa menyedihkannya diriku sekarang.

Akupun hanya berharap agar handphoneku tidak kehabisan baterai agar aku tidak kebosanan menunggu kereta yang entah sampai kapan akan terjebak badai.

Aku mendapat notifikasi pesan dan itu berisi tentang aktivitas rekomendasi dari Sou dan saat aku akan membukanya tiba tiba saja handphoneku mati, dan itu berarti aku akan duduk sendirian tanpa melakukan apapun seperti orang bodoh.

Saat aku menoleh kearah kiriku aku mendapati warna iris yang mirip dengan milik Sou menatapku, ia memiliki warna rambut yang lebih terang dari milik Sou yang bentuknya mirip dengan... Er.. Jamur.

Lalu ia pergi entah kemana. Padahal kuharap bahwa sebenarnya dia adalah kenalanku atau teman Sou yang lalu akan mengajakku berbincang bincang untuk mengisi waktuku sampai stetidaknya keretaku datang tapi ternyata ia malah pergi dan hanya orang tak dikenal biasa. Tapi ia terlihat memakai seragam yang sama dengan sekolahku.

Memang seharusnya aku pulang bersama Sou hari inik namun aku memiliki rapat osis mendadak yang tidak bisa kutinggalkan jadi aku terpaksa pulang sendiri, dan sialnya malah terjadi badai sehingga aku terperangkap disini.

Akupun mulai membuka tasku kalau kalau ada sesuatu yang menarik untuk dijadikan pengisi waktu luang.

"Permisi bolehkah saya duduk disebelah anda?" kata seseorang berwajah familier didepanku. Ah,pantas saja familier dia adalah lelaki yang tadi.

"Mhm, tentu saja silahkan. Tidak usah terlalu kaku" ujarku mempersilahkan. "Um.. Terimakasih" jawabnya malu malu lalu duduk disebelahku.
"Apa kau murid dari SMA XX?" tanyaku mencoba untuk 'ramah'. "Um.. Ya, kau juga? Siapa namamu?" pemuda itu menggaruk lehernya canggung. "Ya aku bersekolah disana. Namaku (Fullname), dan kau?" jawabku sembari mengulurkan tangan. "Oh, maaf aku tidak bisa memberi tahu namaku sekarang tapi pasti suatu saat kau akan ingat" jawabnya.

Apa maksudnya?

Ingat?

Itu berarti aku telah melupakannya atau apa kan?

Mungkin aku hanya salah dengar,lebih baik aku memastikannya lagi.

"Ekhem.. Ingat akan apa ya apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyaku memastikan. "Eh? Maaf maksudku suatu saat nanti kau akan tahu" jawabnya.

Lalu menit menit berikutnya keheningan melanda sampai akhirnya ada bunyi sialan dari perutku yang memecah keheningan ini. "Eum.. Apa kau lapar?" tanyanya ramah. "Eh? Ti--tidak kok!" jawabku gugup, akhh rasanya malu sekali mengapa perutku ini tidak bisa diam sih?!

"Ahahaha kau imut sekali, disini ada taiyaki yang enak sekali loh! Aku sendiri sering membelinya, kau mau yang rasa apa?" tawarnya diiringi kekehan. "Tapi--- aku tidak bawa uang lebih lagi" jawabku. "Ahaha, tak apa aku yang traktir karena sepertinya cacing diperutmu sudah konser tuh. Jadi... Mau rasa apa?" dia tersenyum lembut.

Rasanya aku mengenal senyuman itu, aku ingin terus melihatnya. Tapi aku tidak tahu mengapa aku mengenal dan ingin terus melihatnya.

"Tidak usah repot repot,lagipula kita kan baru kenal. Bahkan aku tidak memberi tahu namamu" kataku sungkan. "Tidak perlu sungkan, tak apa kok lagipula sudah kuberi tahu suatu saat kau akan tahu" ujarnya. "Eum,baiklah kalau begitu.. Rasa keju saha" jawabku malu malu. "Eh? Kalau begitu sama dong, ahaha" katanya lalu pergi meninggalkanku.

Snowball Fight - "Eve x Reader"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang