August, 2008
Langkah Naruto mantap dan gagah memasuki pelataran sekolah.
Tempat kerjanya merupakan salah satu SMA terfavorit di prefektur Gifu, Jepang. Kebetulan, teman-teman sekolah dan setelah lepas kuliahnya, juga bertemu kembali sambil magang jadi guru honorer di sekolah ini. Mereka sama-sama bersaing untuk diangkat jadi guru tetap. Ada yang pernah keluar daerah tapi kembali lagi, ada pula yang dari luar daerah dan menetap di sini.
Dia bertemu lagi dengan Hatake Kakashi. Mereka besar di rumah kerang yang sama, Naruto menganggapnya semacam kakak seperguruan berhubung usia mereka hanya terpaut 3 tahun; sama-sama berutang budi pada Iruka selamanya.
Kakashi pula yang mengajari Naruto belajar lebih dari sekadar baca-tulis-hitung. Meski Kakashi hanya sampai SMP di rumah kerang, begitu masuk SMA katanya dia diterima beasiswa di sebuah SMA luar biasa. Kakashi pun pindah kota, tinggal di ibukota dengan keluarga temannya, Maito Gai.
Anehnya, sedekade kemudian, mereka bertemu lagi saat kerja di SMA ini. Kakashi menjadi guru Fisika. Naruto dan Gai sama-sama jadi guru olahraga.
Beberapa dari mereka bercita-cita untuk jadi guru di prefektur besar lain. Untuk teman-temannya yang cukup ambisius, seperti Sakura atau Ino, SMA ini cuma jadi batu loncatan masuk kerja untuk jadi guru tetap di sekolah yang lebih prestisius.
Naruto melamun. Terkenang peristiwa kemarin, penguntit, sampai kejadian tadi pagi. Bercampur memikirkan silabus pasca Inter-High, disambi materi KBM hari ini. Musim panas belum memuncak. Namun, sudah biasa anak-anak bakal mengeluh malas karena terik matahari yang kian menyengat. Naruto menyeringai kecil. Tentu, mana mungkin ia semudah itu memberikan apa yang anak-anak mau.
Langkahnya terhenti di dekat ruang loker siswa. Naruto mau menyapa, tapi mengurungkan niat. Cara Sai bersandar di loker seperti orang sedang bersembunyi. Lebih lagi sorot tatapnya. Begitu ganjil. Raut wajah terlampau datar. Mengingatkannya pada tempo hari lalu, sesudah Naruto mengecek rangka-rangka pull up bar untuk praktik pull-up murid-muridnya, ada Sai di dekat gudang tua di samping penyimpanan properti olahraga siswa.
Ketika Naruto mau menyapa, Sai lebih dulu menyadari keberadaannya. Naruto bertanya apa yang ia lakukan, Sai bilang sedang mencari Ino. Ia merespons bahwa Ino tidak bakal hilang ditelan bumi, nanti juga muncul sendiri.
Sai memulas senyum yang tak mencapai mata. Menghampiri Naruto lebih dulu, membantunya untuk membereskan alat tiang gym dan pull up bar. Setelah beres, keduanya berlalu dari situ. Naruto pamit pulang duluan dengan Hinata, sementara Sai katanya akan menanti Ino.
Saat ini, Naruto mengendap-endap mendekat. Mencari objek apa yang dipandangi Sai. Tatapannya pasif ke arah rerindangan taman di sentral gedung kelas. Ada Sasuke tengah berbicara dengan seorang perempuan. Dari rambut dikuncir satu tinggi, pirang, panjang sepinggang, Naruto mengidentifikasi siapa wanita muda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE
FanfictionNaruto Uzumaki tidak punya banyak hal dalam hidupnya, hingga ia bertemu, jatuh cinta, hingga berkeluarga dengan Hinata Hyuuga. Namun, menikah di usia terlalu muda dan punya 2 anak, tidak semudah yang ia pikirkan. Cinta saja tidak cukup. Lambat laun...