Mainan

365 19 0
                                    

Sabtu pagi yang tenang. Cahaya matahari tampak bersahabat membiaskan cahayanya yang hangat. Tidak begitu terik yang dapat membuat kulit seakan tertusuk oleh sengatan sang fajar.

Orang-orang yang sedang berjalan maupun berlari tampak berlalu lalang, dengan bebas tanpa hambatan.

Gadis itu, Amira. Duduk di teras rumahnya menatap keluar, bagaimana orang-orang beraktivitas. Ia ingin memanfaatkan liburnya hari ini untuk istirahat. Ya, benar-benar istirahat sampai jam enam sore. Karena ia harus kembali ke apotek untuk bekerja.

Amira membulatkan matanya melihat sosok Amar tengah berbicara kepada orang-orang di pinggir jalan. Segera, ia langsung masuk ke rumahnya setengah berlari, baru saja memegang gagang pintu, teriakan Amar menghentikannya.

"Woy Ra!! Mira!!". Amar langsung masuk, membuka pagar bambu rumah Amira. Amira tersenyum berbalik menghadap Faisal.

"Mm.. Ada apa ya kak? Oh masuk dulu kak! Mau kubuatkan minum apa?".

"Nggak ada--nggak ada. Lo ikut gue sekarang. Nggak ada penolakan!"

Hancur sudah liburan tenang yang Amira harapkan saat lengannya telah ditarik paksa oleh Amar.

"Kak Amar mau bawa aku kemana sih?".

"Udah diem aja lo! Lo harus ikutin permainan gue! Gue nggak terima penolakan!".

Rasanya Amira ingin memukul kepala bagian belakang Amar agar laki-laki itu pingsan saja dan Amira bisa kembali ke rumahnya, menikmati liburnya sesuai rencana. Tapi Amira tidak memiliki keberanian sebesar itu. Ia hanya bisa menghela nafas pasrah.

***

Disinilah Amira sekarang, kafe bertuliskan nama Destiny dengan objek yang duduk disampingnya adalah Amar dan didepannya adalah seorang wanita yang baru saja ia tahu bernama Kania.

Saling diam tidak mengeluarkan sepatah katapun. Amira meneguk ludahnya susah payah, tatapan Kania padanya begitu tajam seperti hendak mencabik-cabik tubuhnya sekarang juga dan melemparkan dirinya ke dalam bara api.

Amira terkejut, Amar tiba-tiba merangkul bahunya dengan erat. Tatapan Kania padanya pun makin tajam. Ia menoleh menatap wajah Amar yang begitu dekat dengannya. Tatapan matanya juga tajam.

"Apa kau tidak bisa bersandiwara? Pura-puralah menjadi pacarku". Bisik Amar sangat pelan, sampai-sampai Amira harus berpikir lama untuk mengerti maksud ucapan Amar.

"Kania, maaf harus mengatakan ini. Mulai sekarang, lo bebas. Kita putus. Gue udah ada yang lebih baik dari lo. Thanks buat waktunya selama ini.

Amira tersenyum kikuk, berusaha mengikuti permainan Amar. Ia memeluk perut Amar dan dihadiahi ciuman di dahinya oleh Amar. Amira menegang, tidak menyangka Amar akan melakukan itu, degupan jantungnya pun sudah tidak terkontrol seperti habis marathon.

Amira mendengar decakan keluar dari bibir Kania.

"Ternyata emang bener ya, kalau lo itu brengsek! Yasudah". Kania berdiri tanpa melepas pandangannya dari Amira. Entah mengapa Amira juga ikut berdiri. "Selamat buat lo! Yang udah berhasil ngerebut Amar dari gue"
Tangan Kania terulur untuk bersalaman dengan Amira, namun senyuman miring tercetak di bibir perempuan itu. Amira jadi ngeri sendiri, entah masalah apalagi yang akan menghampirinya sekarang.

Amira menyambut tangan Kania bersalaman.

Byur..

Amar & Amira |✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang