SPINAM - 4

7 3 0
                                    


Duri menyenderkan punggungnya ke tembok UKS di belakangnya, ia memperhatikan gerak-gerik Kayla yang sedang mengambil air botol dingin di kulkas.

"Nih." Kayla menyodorkan.

Duri menahan tangan Kayla. "Kayla, gue baru sadar loh. Malah dikasih air dingin, lo masih waras kan?"

"Gue masih waras dan gue ngasih ini biar kewarasan lo kembali." Kayla meletakkan air botol tersebut diatas nakas, lalu ia menarik bangku dan duduk di sebelah ranjang yang Duri tempati. "Tumben amat lo nolak air dingin."

Duri tidak membalas lagi ucapannya Kayla. Ia memejamkan mata rapat sambil menghela napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan.

Sunyi dan tenang, itu yang ia butuhkan dari tadi. Tubuh dan otaknya butuh istirahat. Tapi ketenangan Duri harus terganggu karena Kayla menanyakan sesuatu kepadanya.

"Menurut lo gue sama Gandhi enaknya gimana?"

"Enaknya sih lo balik sama Gandhi, dia keliatan sayang banget sama lo. Inget, Kay, jangan buat siapapun orang yang lo sayangi kehilangan harapan dan lebih memilih mundur."

Duri membuka matanya, pandangannya mengarah pada air botol diatas nakas, ia mengambilnya dan meminta dibukakan tutupnya.

"Kayla, gue males masuk kelas."

"Yaudah disini aja sampe pulang."

Sedetik setelahnya pintu UKS dibuka dengan pelan menampilkan sosok Arka dan Salsa. Mereka berdua terlihat panik dan berantakan. Yang paling kacau Arka, bajunya sudah keluar dari celananya, dasi tidak dipakai entah hilang kemana dan rambutnya yang sudah tidak karuan bentuknya. Sedangkan Salsa tidak terlalu kacau, hanya bajunya saja yang keluar. Mereka berdua benar-benar cocok menjadi anak berandalan.

Duri dan Kayla mengerutkan keningnya heran. Duri berbisik, "Kayla, gue pingsan berapa lama sih?"

Kayla membalasnya dengan berbisik juga, "Gak nyampe setengah jam, tapi kok mereka berdua tau sih?"

"Anak kelas Kayla yang ngasih tau." Bukan Duri yang menjawab melainkan Arka. Ia berjalan mendekati ranjang Duri, disusul Salsa dibelakangnya.

Arka berdiri di sisi ranjang, tangannya bergerak menangkup kedua pipi Duri dengan cemas. Ia menatap intens setiap jengkal wajah Duri.

"Kenapa?" tanya Arka pelan.

Duri melepaskan tangan Arka dari pipinya, ia menatap Arka dengan tajam. "Lo tau gue, gue paling gak suka di tatap intens kaya gitu."

"Oke." Arka menghela napas. "Lo kenapa bisa di UKS? Sakit? Tadi pagi bilangnya gak sakit."

"Kenapa cowok-cowok tuh pada bawel banget sih?" Duri bertanya balik.

Arka mengalah. "Ya udah lo kenapa bisa di UKS?"

"Tadi gue pingsan hehe."

"Hah?! Ngapa?!" tanya Arka dan Salsa berbarengan.

"Takut sama Bu Vani. Ngakak banget deh gue liat mukanya." Kayla tergelak mengingat kejadian tadi. "Lagian nendang pintu kelas gue kenceng banget, kebetulan tuh guru lagi ngajar di kelas sebelah."

"Terus ni curut panik, mohon-mohon ke gue untung gue termasuk murid yang pintar dan rajin belajar, jadi gue bikin alesan nah sebelum alesan gue tersampaikan ni curut udah pingsan duluan," lanjut Kayla menjelaskan.

Duri tertawa ngakak bersama Salsa dan Kayla. Lain dengan Arka, ia hanya terkekeh pelan dan mengambil air botol dari tangan Duri. Duri tersentak, ia menyodorkan air botol itu ke Arka, setelahnya tertawa kembali melanjutkan acara tadi yang sempat berhenti.

SPINAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang