Chapter 13

12K 1.5K 115
                                    

"Ah... Sialan badanku sakit semua," gumam Renjun pelan sembari mencoba untuk bangun dari tempat tidur. Sebelumnya ia melirik sejenak kesamping, memastikan jika Jeno tak ada lagi di sana.

"Tentu saja, ini sudah siang. Mana mungkin dia masih tidur."

Bruk!

Rintihan keluar dari bibir Renjun tepat setelah dirinya jatuh dari tempat tidur setelah mencoba bangkit dari sana, bersamaan juga dengan selimut tebal yang ikut jatuh menutup separuh tubuhnya.

"Kakiku... Rasanya mati rasa," ucapnya disela-sela rintihan yang keluar dari mulutnya. Sedetik kemudian ia mencengkram erat selimut yang kini telah berada di tangannya. "Tsk! Ini semua gara-gara si Lee Jeno sialan itu. Hah... Andai saja aku lebih giat belajar sihir untuk pertahanan diri atau menyerang, mungkin sekarang aku akan baik-baik saja."

Dengan sepenuh tenaga dan dibantu dengan pinggiran tempat tidur, akhirnya Renjun berhasil berdiri meski kedua kakinya sedikit gemetar. Dengan cepat ia menyambar jubah tidurnya dan memakainya asal untuk menutupi tubuh.

"Apa anda butuh bantuan tuan putri?"

Renjun tersentak kaget, ditambah lagi saat dirinya berbalik dan mendapati seseorang tengah tersenyum lebar hingga kedua matanya tertutup. Hampir saja ia tersandung kakinya sendiri karena kedatangan pemuda itu secara tiba-tiba.

"Maaf mengejutkan anda, tenang saja saya baru saja datang dan tidak melihat apapun kok. Jadi tuan putri tidak perlu malu," ucap pemuda yang tiba-tiba saja sekarang sudah ada didekat Renjun dan sedikit berbisik padanya.

"Wa!" Refleks Renjun mendorong pemuda itu menjauh dengan wajah memerah.

Pemuda itu melambaikan tangan, memberikan tanda jika ia benar-benar tak memiliki maksud buruk. "Saya Jisung, jika saja tuan putri tidak ingat. Yang mulia yang mengirim saya kemari untuk memastikan keadaan tuan putri, beliau juga mengatakan pada saya untuk menanyakan apakah tuan putri baik-baik saja."

Renjun mengatur nafasnya untuk beberapa saat, kemudian ia menatap pemuda itu lagi dan kemudian baru mengingat jika ini adalah anak yang memiliki sayap kemarin.

Kira-kira kemana sayapnya? Apa disembunyikan dibalik bajunya?

"Jadi tuan putri, apa anda baik-baik saja? Apa saya perlu memanggilkan dokter jika ada yang sakit?" Tanya Jisung.

"Sayapmu yang kemarin, dimana itu?" Ucap Renjun mengabaikan pertanyaan Jisung barusan sembari memiringkan kepalanya dengan raut penuh tanya.

"Eh?" Jisung ikut memiringkan kepalanya dan mengerjap beberapa kali. "A-ah itu, hanya kugunakan saat mendesak saja," ucap pemuda itu sembari mengusap tengkuknya canggung.

"Kenapa kau bisa punya sayap? Apa itu sihir?" Tanya Renjun lagi, kali ini dengan nada lebih antusias. Ia bahkan melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Wajah Jisung tiba-tiba saja memerah, sebenarnya membicarakan sayapnya adalah hal yang sedikit memalukan meski kebanyakan manusia kecuali Jeno menganggapnya sesuatu yang mengagumkan. "A-anu, itu sebenarnya aku seekor naga milik kerajaan scheelite. Ah maksudku, miliknya yang mulia Jeno. Jadi sayap kemarin bukan sihir," ucap Jisung sembari membuang pandangan kearah lain asal tak kearah wajah antusias Renjun yang terus menatap lurus padanya.

"Ah begitu... Aku juga kenal seorang naga di kerajaanku, tapi dia tak menggemaskan sepertimu." Renjun tertawa kecil sembari mengangkat tangan dan refleks mengusak surai halus milik Jisung.

"A-ah tuan putri, saya kemari untuk memastikan apa tuan putri baik-baik saja." Jisung sedikit mengelak dengan wajah semakin memerah.

Ah... Lucunya, ingin kujadikan adik.

I'm A Princess/Noren (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang