Chapter 17

9K 1.4K 192
                                    

Pagi itu hampir seluruh penghuni kerajaan scheelite berkerumun heboh memandangi sesosok tubuh yang dibawa oleh beberapa pengawal dalam keadaan yang saking mengerikannya, tak dapat mereka deskripsikan secara mendetail. Seorang pengawal meneriakkan BERI JALAN! secara tegas pada orang yang secara tak sengaja menghalangi jalan mereka.

Renjun yang tentunya penasaran pun melangkah mendekat secara diam-diam. Tapi terpujilah tubuh pendek sang kembaran yang membuatnya tak dapat melihat apa yang tengah diributkan oleh pelayan dan juga beberapa bangsawan yang kebetulan tengah menyambangi kerajaan.

Akhirnya setelah lelah berjinjit-jinjit dan melompat kecil sembari mempertahankan tudung hitam bersulam ukiran bunga di pinggirnya agar tak melorot lepas, Renjun pun akhirnya menyerah. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan tak sengaja menemukan lady Azurite berdiri diseberang dengan raut wajah yang sukar dibaca. Dalam satu waktu raut wajahnya terlihat jijik, ngeri sekaligus marah. Tapi kemudian tak sampai semenit, sang lady dari kediaman duke Richard tersebut telah memasang wajah tenang nan anggunnya kembali.

Saking fokusnya ia pada perubahan ekspresi sang lady, Renjun sampai tak menyadari jika gerombolan pelayan dan bangsawan didepannya mulai menepi seolah memberi ruang untuk seseorang yang berdiri menjulang tiba-tiba disampingnya hingga menghalau sinar matahari untuk mengenai tubuhnya.

"Yang mulia--"

Barulah Renjun tersadar saat semua orang yang semula menutup pandangannya kini mulai menunduk hormat. Renjun menoleh lalu tak tau harus berjengit terkejut atau ikut menundukkan kepala seperti yang lain, tapi alih-alih melakukan itu semua dirinya malah terpaku pada wajah Jeno yang tampak sangat tegas sekaligus menawan dari samping. Tambahan sinar matahari yang mengenai kulitnya seperti sebuah aksesoris pendukung.

Jeno melirik padanya, kemudian menarik seulas senyum simpul yang tak sempat disadari Renjun karena sang kaisar kerajaan scheelite sekaligus suaminya tersebut buru-buru menunduk dan membisikkan sesuatu tepat disamping telinganya.

"Maafkan aku istriku tersayang, tapi percayalah padaku kau tak akan suka melihat ini."

Tanpa menunggu persetujuan dari Renjun, Jeno melingkarkan tangannya ke sekitar kepala Renjun dan mulai menutup mata sang istri dengan telapak tangannya.

Kehangatan di mata Jeno dengan cepat digantikan oleh tatapan tajam nan dingin yang diarahkannya pada tiga orang pengawal yang membawa jasad seseorang yang ditangkap Jisung beberapa hari lalu. Ia lalu mengangguk kecil seolah memberi isyarat kepada para pengawalnya yang langsung dimengerti. Salah seorang pengawal berlutut, lalu menarik kain cokelat berlumurkan darah kering dari atas tubuh jasad kaku setengah hancur tersebut, alhasil menyebabkan beberapa bangsawan yang turut hadir memekik ngeri bahkan beberapa menahan diri untuk tak memuntahkan kembali pancake yang dimakannya saat sarapan saat itu juga.

"Perhatian semuanya." Suara Jeno terdengar amat tegas dan berwibawa yang mana cukup untuk mendapatkan perhatian semua orang, hingga orang-orang seakan lupa jika sang kaisar hanyalah seorang pemuda yang umurnya bahkan belum melewati angka dua puluh tahun. "Dia ini adalah satu dari sekian banyak orang yang menyerang kerajaan tepat di hari pernikahanku dan melukai serta membunuh beberapa orang pengawal kerajaan, suatu penghinaan yang besar terhadap kerajaan scheelite."

Beberapa orang mengangguk kecil menyetujui.

"Sayangnya aku tak sempat menghabisinya dengan tanganku sendiri."

Beberapa orang berjengit dan tak mengherankan karena Jeno bukanlah sosok kaisar dengan hati yang lembut dan pemaaf. Tapi Jeno tersadar jika Renjun yang saat ini berada dalam genggamannya tengah menggigit bibir bawah seolah menahan diri agar tak kabur begitu saja darinya. Hal itupun membuat Jeno sedikit menahan diri untuk tak mengatakan kata-kata kejam yang biasa ia ucapkan untuk menggertak semua bangsawan yang ia anggap sebagai musuh.

I'm A Princess/Noren (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang