1

98 12 2
                                    


  "Woi bangun"

  "Awh sakit kampret" Faraz meringis kesakitan karena tubuhnya yang terjatuh dari ranjang, akibat ulah kembarannya.

"Abisnya lo gak bangun-bangun sih dari tadi. Kesel gue"
   "Buruan mandi, lo ada jadwal kuliah sekarang juga kan?"

  "Iya bawel" dengan mata yang setengah tertutup Faraz bangun dan masuk menuju kamar mandi.

  Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk  Faraz  menyiapkan dirinya. Dan sekarang dia sudah siap untuk pergi. Sedangkan saudaranya, dia masih mengobrak-abrik lemari pakaiannya. Entah apa yang dia cari.

  "Cepet, lama amat. Tadi nyuruh cepet, sendirinya lama"  sahut Faraz

  "Iya tar dulu, gue lagi cari kaos basket gue"

  "Yaudah gue tunggu di bawah"

  "Iya sana"

□□□□

   Saat keluar dari kamar, Fryza disuguhkan dengan pandangan yang menyayat hatinya.

  "Kamu mau kuliah sayang?" Bu Sarah bertanya lembut kepada Faraz.

  "Iya mah. Faraz pamit ya"

   "Iya sayang, hati-hati ya?" Sahut bu Sarah yang dibarengi dengan kecupan lembut dikening Faraz.

   Fryza yang menyaksikan dilantai atas, merasakan sakit hatinya. Selama ini dia tak pernah mendapatkan perlakuan selembut itu. Setelah Faraz keluar, Fryza pun mulai menuruni anak tangga.

   "Fryza berangkat dulu mah" izinnya sambil meraih selembar sandwich.

  "Iya" hanya itu yang keluar dari mulut orang tuanya.

  Sebisa mungkin Fryza menahan rasa sakitnya. Dia tak mencium tangan mamahnya terlebih dahulu, melainkan langsung pergi melenggang keluar.

  "Yuk" ajak Fryza yang baru masuk ke dalam mobil. Kali ini Faraz yang mengemudi mobil.
   "Lo gak sarapan dulu?"

   "Ngga, tar aja" jawab Faraz yang sedang mengemudi mobil.

   "Nih Aa" Fryza menyodorkan sesobek sandwich di depan  mulut saudaranya sambil menyuhnya mebuka mulut.

□□□□

   Setengah jam kemudian mereka sampai di sebuah gedung kebanggannya.

   "Nanti baliknya tungguin gue ya" pinta Fryza

   "Iya siap"

  Merekapun  berpisah saat itu pula. Karena fakultas yang mereka pilih berbeda.

  Sebelum masuk ke kelasnya, Faraz harus berhadapan dengan teman ambisiusnya.

  "Selamat atas kemenanganmu" ujarnya sambil menjabat tangan Faraz.

   Faraz hanya memberikan senyuman tipis kepada Sekar.

  "Walaupun seharusnya gue yang memenagkannya". Lanjut Sekar, sambil lebih mengeraskan jabatannya dengan Faraz.

  Sekar memang saingannya dalam seleksi siapa yang akan mewakili lomba karya tulis ilmiah saat itu. Namun dikarenakan kriteria  Faraz lebih bagus darinya. Sekar harus kalah dalam seleksinya.

   Belum selesai Sekar membuat sakit tangan Faraz, seseorang memisahkan tangan mereka.

   "Kalian lagi ngapain sih?" Tanya Ocha kepada keduanya dan menatap tajam Sekar.

   "Ck" Sekar berdecak kesal yang kemudian melenggang pergi dengan tatapan sinisnya.

  "Lo gak di apa-apain kan sama nenek lampir itu?" Ocha khawatir kepada sahabatnya yang barangkali saja sahabatnya dihipnitis atau bahkan dicakar oleh Sekar

  "Ngga, gak papa kok"     "yuk masuk"

   Merekapun memasuki kelasnya bersama.

□□□□

  "Selamat pagi" seorang dosen membuka mata kuliah pagi itu.

   "Pagi" dengan serentak mahasiswanya menjawab.

   "Oke sebelum masuk materi, terlebih dahulu saya ucapkan selamat kepada Faraz yang telah menjadi pemenang lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Kita beri pplause" sontak seisi kelas bertepuk tangan dan memberikan senyuman tulus pada Faraz.

    Namun tatapannya terhenti pada seseorang yang hanya menatapnya tajam ditengah tepukan tangan yang meriah. Entah apa arti dari tatapan itu. Dia hanya berharap tidak akan ada apa-apa karenanya.

□□□□

  Jadi orang pinter emang gak enak ya sobat? Banyak aja yang syirik gitu ya? Tapi untungnya aku gak pinter jadi damai lah hidupku😂

  Okke gays itu aja, thanks ya waktunya.

  Jan lupa votes and comentnya yaa okkee...

Babaaay😘

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang