Future Pt. 12

2K 301 61
                                    

Hunkai Yaoi

.

.

.

"kamu yang bernama Jongin?"

"benar. Ada apa?"

"saya Oh Kano, ayah Oh Sehun."

Dengan gugup Jongin memberi hormat kepada lelaki paruh baya yang masih terlihat muda itu; ayah Sehun.

"anda ada perlu?"

"ya, berpisahlah dengan Sehun. Anak itu dungu dan manja. Dia hanya anak kelinci dalam kandang emas, kamu tahu maksud saya. Dia selalu bergelimang harta bahkan saat dia masih dalam kandungan ibunya. Bagaimana menurutmu, saat dia memilih bersamamu dan hidup susah.? Jangan bicara soal kebahagiaan diatas nama cinta pada saya."

Jongin yang hanya seorang perantauan dan mahasiswa tanpa gelimang harta dan pangkat tentu tertohok sekali. Benar yang dikatakan ayah Sehun. Mana bisa Jongin melihat Sehun harus bersakit-sakit hidup bersamanya. Jongin mencintai pria itu tentu dia ingin yang terbaik untuk Sehun. Tapi berpisah tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam pikiran Jongin.

Sesaat Jongin mengeluarkan pendapat,"Tapi kami bisa berusaha bersama untuk hidup lebih baik. Setelah lulus  kuliah kami akan bekerja."

"Siapa yang menjamin itu?"

Jongin menunduk dalam diam. Seujung titik airmata di ujung kelopak mata merembes.

"Saya juga ingin yang terbaik untuk anak saya sama dengan harapan kamu. Kita sama-sama mencintai pria manja itu, dan sebagai ayahnya saya harus menyiapkan yang terbaik untuknya. Dan dengan cepat saya menemui kamu saat saya tahu hubungan kalian. Berpisahlah sesudah ini sebelum saya menggunakan cara kasar. Saya tahu kamu berpendidikan jadi saya harap kamu mengerti dengan cepat. Terimakasih untuk waktunya, sampai jumpa."

Jongin diam menunduk tidak melihat kepergian ayah sehun. Meremas lututnya yang terbalut celana. 

...

Air keran yang penuh di wastafel segera menyadarkan jongin, Jongin cepat-cepat mematikan keran membuka penutup saluran wastafel. Dia mendadak bernostalgia dengan kejadian masa lalu karena insiden di bioskop beberapa jam lalu. Jongin menatap pantulan bayangan nya pada cermin, Jongin perlahan tersenyum 'Terimakasih untuk ayah sehun yang membuatku untuk lebih giat menjadi seseorang walaupun bukan apa-apa jika berada diantara lingkungan Sehun. Dia bersekolah tinggi dan bekerja, Jongin cukup mapan. Karena kalimat Ayah Sehun menjadi pendorong nya yang paling kuat walaupun terasa sangat sakit.'

Jongin menyimpan sikat gigi yang sedari tadi di pegangnya sambil melamun ke dalam gelas kecil. Bersiap untuk istirahat malam ini.

"Huh?" Jongin melirik jam dinding , pukul 01.00 dini hari. Dan ada yang membunyikan bel pintunya. Siapa yang kurang kerjaan jam segini mau bertamu?

Jongin menutup kembali pintu kamar yang sempat dibukanya. Berjalan ke arah pintu dan melihat seseorang dari layar interkom. "Sehun? Kenapa dia?" Jongin mendadak cemas. Apa ada barang Sehun yang terbawa olehnya, Jongin mengingat kembali sambil membuka pintu untuk Sehun.

Wajah Sehun yang sembab -karena menangis sepanjang jalan - entah karena apa Jongin menatap nya cemas. "kenapa kembali Sehun? Ada yang terbawa oleh ku?"

Sehun tersenyum tipis dan menggeleng pelan."apa kamu sudah akan tidur?" Sehun melihat Jongin yang memakai  setelan piama, "atau aku membangunkan kamu dari tidur?" Sehun perlahan merasa bersalah.

"Tidak tidak." Jongin melirik lorong dan sunyi-siapa juga yang hilir mudik di lorong apartemen dini hari begini, "masuk?" tanya nya pada Sehun.

Sehun mengangguk. Mereka masuk.

"Jongin."

"Ya." Jongin mneoleh kebelakang pada Sehun yang berdiri saja di dekat pintu. Tidak mengganti sepatunya dengan sendal rumah yang diambilkan Jongin. "Ada yang mau kamu katakan?" Jongin bisa merasakan kecemasan di raut wajah Sehun. Kenapa pria ini?

"Saat di bioskop beberapa jam yang lalu, itu Luhan...mantan istriku." Lirih Sehun  dan menatap sendu Jongin.

Jongin merasa terkejut karena Sehun mengungkit ini, apa Sehun putar balik ke apartemen nya untuk membahas ini. Sebenarnya apa yang di inginkan Sehun? Kenapa pria ini menempatkan mereka dalam keadaan yang rancu ini? Seharusnya pria ini tidak perlu repot-repot merasa bersalah dan menjelaskan semua hal padanya. Jongin diam saja menatap Sehun kemudian berkata, "ayo duduk dulu." Jongin sudah akan berjalan pergi menuju sofa namun tangan nya di tarik pelan oleh Sehun.

"Aku tidak pernah benar-benar ingin putus dengan mu Jongin." Suara Sehun tercekat, wajahnya yang putih perlahan memerah karena menahan sedih. " Aku benar-benar mencintaimu, aku tidak pernah mau berada di posisi ini . Aku tidak pernah suka menikah dengan nya. Apa aku terlihat menjijik kan sekarang?"

"Sehun.." Jongin menatap sendu

"Kamu bersikap acuh dan biasa saja aku menerima itu, aku..aku yang memutuskan untuk berakhir dulu dan sekarang aku mengatakan ini,..Jongin aku selalu melihatmu menangis sendirian dan itu menghantuiku." Setitik air mata meluncur di pipi Sehun. Bertahun-tahun dia gelisah karena menyimpan sendiri semua rasa khawatirnya. Dia tidak punya kesempatan mengatakan banyak hal pada Jongin setelah mereka mengakhiri hubungan, kemudian Jongin menghilang bak di telan bumi.

Jongin mendekat dan memeluk Sehun. Jongin akui, hingga saat ini pun dia mengasihi pria ini. Dia selalu menomor satukan Jongin di keadaan apapun, dulu. Kenapa Jongin harus membencinya sedalam karang di lautan? Jongin bersikap acuh dan biasa karena tidak ingin jatuh semakin dalam bukan karena tidak peduli. Dulu keadaan tidak berpihak , mereka cuma anak ingusan dan lemah.

Sekarang berbeda, mereka telah dewasa, mereka mandiri, pengalaman bertambah seiring usia mereka , banyak pilihan dan hal baru, kenapa kau menangis sayang?

.
.

.
.

.

.

Bentar lagi ending :")

04/02/2020

Future?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang