Levin POV
Sejak study tour ke Malang itu, gue sama Ola bener-bener jaga jarak. Bahkan setelah kita semua balik ke sekolah berita Ola dan Gatma pacaran menyebar luas.
Cewek itu sempet mau ngejelasin semuanya ke gue, tapi gue justru malah ngejauh. Gue tau berita yang kesebar itu bohong, gue yakin Ola ga akan nerima Gatma secepat itu, gue paham Ola gimana... karna gue yang lebih lama deket sama Ola. Bukan Gatma.
Seperhatian apapun Gatma ke Ola kalau Ola belum tau asal-usul Gatma, Ola ga akan mau nerima Gatma. Gue tau ini karna Ola sendiri yang cerita ke gue.
Setiap gue di sekolah ada aja pemandangan yang bikin mata gue sakit. Ola sama Gatma semakin deket, bahkan mereka berdua terang-terangan ngumbar kedekatan mereka.
Gue cemburu? Iya. Sahabat mana yang cemburu dicuekin kayak gini?
Ah iya... harusnya hari ini hari penting buat gue karna gue lagi ulang tahun. Ucapin gue dong. Kasihan ga ada yang ngucapin gue tadi pagi.
Biasanya Ola yang dateng ke rumah pagi-pagi sambil bawa kue dan juga kadonya.
Duh.. jadi kangen Ola gini. Samperin jangan?
Gue liat Ola diujung koridor, dia jalan lurus tapi nunduk. Udah jadi kebiasaan Ola kalau jalan nunduk karna ga ada temen ngobrol, gue ga heran lagi sama kebiasaannya itu.
Baru aja gue mau samperin. Eh. Gatma dateng dari belakang Ola. Ngerangkul-rangkul Ola pula.
PANAS WOY PANAS.
Gue milih buang pandangan daripada harus nyaksiin dua orang yang berdiri beberapa meter dari gue.
Di ulang tahun gue ini kok malah nyakitin ya?
Author POV
"Dor!" Gatma datang dari arah belakang Ola. Tangannya merangkul pundak gadis itu dengan bebas.
"Ngagetin aja sih?" Bibirnya mengerucut setelah dikagetkan oleh kedatangan Gatma.
Ola niatnya ingin menghampiri Levin yang berdiri dengan jarak beberapa meter darinya. Tentu saja ia tak melupakan hari ulang tahun laki-laki itu!
Tapi sayangnya Gatma sudah berada disampingnya membuat dirinya menarik tindakan yang akan ia lakukan.
Berkaca pada kejadian belakangan ini tampaknya Levin tak suka dengan kehadiran Gatma di sekitarnya, jadi lebih baik Ola menunggu Gatma tak berada dijangkauannya.
"Aku anter ke kelas ya, La?" Tawar Gatma.
Ola tampak menimbang-nimbang tawaran itu, "Ga usah. Ola bisa sendiri kok."
"Oh oke." Gatma melepaskan rangkulannya di bahu Ola, lalu membenarkan tasnya yang kurang enak posisinya. "Aku duluan ya, La."
"Iyaaa." Balas Ola.
Setelah ia merasa bahwa Gatma telah jauh dari pandangannya, Ola kembali menyelesaikan niatnya yaitu menghampiri Levin yang kini terlihat kecil karena jarak yang terlampau jauh. Gadis itu berlari dengan kecepatan penuh agar jarak antara dirinya dan Levin mengecil.
Tinggal beberapa langkah lagi dirinya akan berada disebelah Levin tapi tiba-tiba saja ia tersandung oleh kakinya sendiri membuat dentuman antara lantai dan dirinya menarik perhatian Levin.
Ola meringis memegangi lututnya yang mengeluarkan darah— ah ya, jangan lupakan darah yang menetes dari dahinya akibat terjatuh tadi.
Levin melihat hal itu langsung sigap membantu Ola yang kini matanya sudah berkaca-kaca. Ia mengutuk lantai yang tak bersalah karena sudah membuat Ola-nya terluka.
"Ayo naik, biar Levin anter ke UKS." Punggung itu terus ditatap oleh Ola. Air matanya kini menetes.
Merasa tak ada beban yang hinggap dipunggungnya lantas Levin membalikan badannya. Ia menatap Ola yang juga menatapnya. Tatapan sendu Ola membuat dirinya terhanyut.
Cukup lama keduanya saling diam dengan tatapan masing-masing hingga pada akhirnya Ola meringis membuat kesadaran Levin kembali.
"La, buruan naik, nanti lukanya keburu infeksi." Kata Levin.
Tanpa membantah Ola mengikuti perintah yang Levin lontarkan tadi. Ia naik ke punggung laki-laki itu dan menyenderkan kepalanya di bahu itu.
"Maaf." Ucapan Ola terdengar seperti bisikan oleh Levin saking kecil suaranya.
Levin mengeratkan pegangannya dalam menahan bobot tubuh Ola di punggungnya sebagai balasan ucapan Ola tadi.
Akhirnya mareka sampai di UKS. Levin menurunkan Ola di brankar yang ada di dalam UKS dan setelahnya ia berkeliling untuk mencari obat P3K.
Levin membersihkan luka yang ada di lutut dan dahi gadis itu, sesekali Ola meringis menahan rasa perihnya.
"Kenapa bisa jatoh gitu?" Tanya Levin ketika ia selesai menangani luka Ola.
"Kesandung kaki sendiri," cicit Ola.
"Lain kali hati-hati. Untung segini, kalau lebih parah gimana?" Levin tampak seperti ibu-ibu yang sedang mengomel sekarang ini.
"Ola kan mau cepet-cepet ketemu Levin. Levinnya aja jalannya kecepatan kan Ola jadi lari kenceng!" Bantah Ola.
Levin menghela nafas, menghadapi Ola yang seperti ini akan lebih pening. "Oke. Jadi kenapa Ola mau nyamperin Levin?"
"Kangen lah, apalagi?" Ucapnya frontal.
Kedua telinga Levin memerah mendengarnya, jantungnya berdetak lebih cepat.
Ola mendekat, meneliti Levin yang kini sedang salah tingkah, setelahnya ia tersenyum, "Happy Birthday, Levin!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Zone | PCY
Teen Fiction"Tunggu gue, La. Tunggu gue sampai gue bener-bener siap buat mastiin perasaan gue buat lo. Jangan pergi ya, La? Please?" 08/02/19 by Humblue