OUR LOVE STORY 2

295 40 56
                                    

TITLE : DEUCE

AUTHOR : ANYA

WARNING : BOYLOVE/ROMANCE

DON'T PLAGIAT/ INSPIRATION, ETC

PS : Untuk yang suka dengan musik klasik, terutama piano. Bisa searching di google ^^

.

.

"Kenapa dia bisa ada bersamamu?"

Mendengar teriakan melengking itu, Max hanya mengangkat acuh bahunya dan tersenyum jahil pada Marcus yang sudah tergelak riang. Si nakal bahkan sengaja berjinjit dan melumat bibirnya dengan gaya menggoda. "Hmpfh, bukankah seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau masih juga tinggal disini? Kupikir kau sudah beristirahat dengan tenang di alammu." ujar Max santai dengan sarkasme tajam tanpa melepaskan pelukannya pada pinggang Marcus yang sudah bersandar penuh padanya.

"Ini karena..."

Lisa meremas kuat kedua tangannya, dia tidak pernah membayangkan sepupu kecilnya yang selama 2 tahun ini menghilang akan kembali pada petenis tampan yang dicintainya. Bahkan mereka sekarang dengan acuh bermesraan didepan matanya. "Karena aku ini tunanganmu. Calon istrimu!" tambahnya cepat dengan ekspresi angkuh yang berhasil memancing Marcus dan Max saling melirik penuh arti sebelum terbahak geli bersama.

"Sampai kapan kau mau bermimpi, Miss Gilbert?" Max melayangkan tatapan dinginnya pada wanita yang hampir saja menghancurkan hubungannya dengan Marcus. "Selama ini aku membiarkan kau melakukan apa pun yang kau suka hanya untuk memancing anak bandel ini kembali." Senyum tipis sontak terukir dibibir Max saat melihat Marcus melotot tajam padanya.

Waktu berlalu dan sekarang Marcus bukan lagi pria muda bodoh yang akan membiarkan dirinya masuk lagi dalam perangkap penuh kebohongan. Wanita cantik berambut panjang yang berdiri angkuh dihadapannya adalah orang yang sudah berusaha dan hampir berhasil merenggut semua kebahagiaannya. Si iblis yang dengan kejam berbohong padanya dan membuatnya berpikir jika Max terus bersamanya, maka karir dan reputasi pria yang sangat dicintainya sebagai petenis unggulan akan hancur.

Pertama kalinya Marcus bertemu Max adalah saat sang ayah mengadakan pesta musim panas di rumah utama keluarga mereka. Pesta membosankan itu seperti biasanya dihadiri para pengusaha maupun sahabat sang ayah yang terlihat acuh dan hanya sibuk membahas tentang saham. Kekakuan yang menyelimuti pesta kebun itu mendorong sang ayah memaksa Marcus untuk memainkan sebuah lagu dan tepat sebelum nada terakhir lagu itu selesai, jantungnya tiba-tiba saja berdegub kencang saat tanpa sengaja menangkap senyum tipis yang mengubah seluruh ekspresi dingin di wajah tampan Max.

"Tampan," batin sosok berambut ikal yang kala itu baru berusia 16 tahun.

Selama bertahun-tahun setelah malam itu, Marcus tetap diam dan berusaha bersikap ketus pada pria muda yang selalu menjadi kebanggaan ayahnya. Sosok jangkung yang perlahan tapi pasti mulai mengisi seluruh relung hatinya. Menjadi bagian yang selalu memenuhi mimpi indahnya. Si tampan yang juga berhasil membuat Marcus menangis semalaman saat tanpa sengaja dia melihat Max sedang berciuman mesra dengan seorang wanita cantik.

Hingga hari itu akhirnya tiba, satu minggu setelah ulang tahunnya yang ke 21.

Hari untuk pertama kalinya Max berhasil meraih kemenangan di Stade Roland Garros, lapangan tanah liat yang selalu menjadi momok bagi semua petenis. Hari dimana Marcus memutuskan untuk mengabaikan semua akal sehatnya dan hanya mendengar suara hatinya yang terus menjerit keras jika pria yang dengan dingin menghadapi lawan tandingnya dan baru saja melakukan 2 kali ace tajam itu adalah miliknya!

Sejak awal adalah milikku!, teriak Marcus egois dengan seringai nakal yang kali ini tidak lagi disembunyikannya. Nekat dia juga menyelinap ke ruang ganti untuk menemui Max yang pasti sedang berada di salah satu ruang pijat.

DEUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang