TITLE : DEUCE
AUTHOR : ANYA
WARNING : BOYLOVE/ROMANCE
DON'T PLAGIAT/ INSPIRATION, ETC
PS : Untuk yang suka dengan musik klasik, terutama piano. Bisa searching di google ^^
.
.
Australia Open yang diselenggarakan di Melbourne selalu menjadi pembuka dari salah satu 4 kejuaraan Grand Slam dalam dunia tenis. Kompetisi paling bergengsi yang selalu berhasil menyita perhatian dari jutaan penonton yang menunggu drama sekaligus pertunjukan adu kecerdikan antar pemainnya. Rangkaian pertama dari 4 turnamen besar yang diikuti oleh hampir semua petenis unggulan dan non unggulan yang datang dari berbagai belahan dunia.
Kejuaraan yang memegang rekor tertinggi karena bukan hanya mempertaruhkan harga diri, kehormatan dan hadiah bernilai jutaan dollar, namun juga gaya bermain, kekuatan fisik dan kehebatan seorang petenis yang akan berjuang tanpa lelah hingga tetes keringat terakhir mereka demi menjadi juara atau pun mempertahankan gelar juara mereka.
Turnamen yang sudah berjalan 2 minggu itu sekarang hanya menyisakan pertandingan final antara 2 pemain unggulan yang termasuk dalam big four, salah satunya, Max. Pertandingan demi pertandingan berat dan penuh emosi sudah dilalui pria tampan yang terkenal dengan julukan Thunder itu. Dengan dingin dan tanpa menurunkan sedikit pun kewaspadaannya, Max Sutherland membantai semua lawannya, termasuk Bryan Trevor.
Dan, sekarang ditengah teriakan para penonton yang terlalu bersemangat ditengah terik matahari musim panas Australia yang terkenal menggerikan, Max melaju di babak final dengan seringai dingin yang menjadi cirri khasnya. Bersiap menghadapi lawan terkuat yang sangat dibenci sekaligus memang sudah lama ditunggunya.
Linchon Gilbert, pria muda berwajah setampan malaikat yang selalu tersenyum lebar di luar lapangan namun langsung menjelma menjadi monster paling menggerikan saat sedang memegang raketnya. Sepupu terdekat Marcus, sekaligus saudara kandung dari Lisa Gilbert yang pernah berusaha menghancurkan hubungan mereka.
Set keempat, game kelima.
Sambil menghapus keringat yang membasahi dahinya dengan wristband yang melingkari pergelangannya, Max bersiap di baseline untuk melakukan servis lagi. Mengabaikan cuaca panas Australia yang seperti akan membakarnya hidup-hidup. Tetap memasang ekspresi datar saat mendengar semua teriakan penuh emosi dan sorakan keras dari puluhan ribu penonton yang sedang memenuhi Rod Laver. Bahkan, Max juga berusaha keras untuk tidak terus menatap ke bagian depan barisan penonton VVIP dimana Marcus pasti sedang duduk dan melihatnya bertanding.
Tennis adalah permainan individu.
Satu lawan satu. Pertarungan teknik dan otak, teriak Alex tajam, berulang kali saat Max baru saja terjun dalam dunia yang membuatnya merasa hidup bukan hanya sekedar berjuang untuk makan.
Kemenangan dan kekalahan terjadi karena kesalahan si pemain, bukan karena teriakan marah penonton maupun keputusan sepihak penjaga garis. Diperlukan bukan hanya ambisi, semangat dan kekuatan, namun juga taktik cerdik dan kesabaran dalam menunggu kesempatan untuk membalikkan situasi dan menang.
Dan, itu yang sedang Max lakukan sekarang!
Bersabar dan berusaha mencuri peluang sekecil apapun untuk membalas serangan cepat Linchon yang selalu bermain dengan gaya santai dan tak acuh yang selalu berhasil memancing emosi lawannya. Selama hampir 15 tahun berkecimpung dalam dunia tennis pro, hanya ada beberapa orang yang benar-benar Max kagumi, baik sebagai lawan maupun kawan. Linchon, salah satunya. Pemain muda penuh bakat yang melejit seperti roket sejak kemunculannya 3 tahun yang lalu di Roma.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEUCE
Short StoryMax Sutherland, petenis pria terbaik dunia dengan gigih bangkit dari keterpurukan dan berusaha tanpa lelah mengejar cinta yang pernah dibiarkannya pergi. Demi sosok yang selalu memenuhi setiap relung hatinya, Max siap untuk mengalahkan ego tinggi ya...