Hampir 1 jam aku duduk disini melihat ke jendela, jam di tanganku menunjukkan pukul 22.30 malam, jalanan di jakarta masih padat, terdengar juga suara klakson mobil dan motor saling bersautan tanpa hentinya. dari atas sini, aku bisa melihat kalau jalanan masih sedikit basah.
Aku baru saja memandangi hujan yang baru saja reda setelah membasahi ibu kota malam ini, memandangi hujan adalah salah satu hobi ku ketika memang sedang tidak ada kerjaan.
"hujan nya udah habis cuk, ayo balik laper nih"
Seseorang mendadak berbicara dibelakangku dan menyadarkanku dari lamunan dengan pertanyaannya. Alvin.
dia salah satu teman terdekatku di kantor, kami berteman sudah dari SMP, jadi dia sudah tau mengenai hobiku yang satu ini. dia kalau berbicara memang kadang menyelipkan kata-kata kasar di setiap kalimatnya.
"masih mager, duluan aja kalo pengen balik" jawabku tanpa sedikitpun berpaling dari jendela kantor.
"yee si anjing mager-mager kaya cewek aja"jawabnya sambil sedikit mendorong bahuku dengan bahu nya, sekarang dia berada tepat disebelahku dan ikut menatapi jendela dengan pemandangan jalanan ibu kota.
"lagian mau ngapain cepet-cepet pulang"jawabku sambil menoleh kearahnya
"lu liat-liat jam juga dong cuk, nihhh"dia menjawab sambil menunjukkan jam yang ada di ponselnya, disana terlihat 22.31, "yaudah gue duluan aja ya, lu gapapa kan ?" lanjutnyaa
"iyeee sloww"jawabku singkat
tidak butuh lama untuk dia meninggalkan kantor, karena memang sebelumnya dia telah merapikan barang-barangnya. dia sudah sering pulang terlambat karena menungguiku memandangi hujan, tapi dia bisa mengerti kenapa aku begitu.
disaat menanatapi jendela basah itu, aku mulai mengingat-ingat lagi kenapa aku bisa seperti ini, dia berkata akan bersamaku disetiap rintik hujan, tapi setiap hujan aku tidak merasakan sedikitpun kehadiran nya, yang ada hanya rindu yang menusuk-nusuk hati,
"sh*t, i miss you so much"umpatku dalam hati.
aku makin larut dalam lamunanku, jalanan dibawah mulai lenggang, suara klakson mobil yang dari tadi berbunyipun perlahan mulai menghilang, aku melihat ponselku, ada 2 hal yang terlihat disana, pertama sekarang sudah 23.15. wow, sudah setengah jam lebih aku seperti ini, dan yang ke 2 ada 3 miss call dari ibuku "bagaimana mungkin aku tidak mendengarnya"ucapku dalam hati. mungkin ibuku punya feeling bahwa anaknya sedang galau hahaha.
oh iyaa aku bahkan belum memperkenalkan diriku
Shin Muhammad Al-Faud, yap itulah nama lengkapku. Ayahku bilang, namaku dia terinspirasi dari salah satu huruf hijaiyah yang ada di iqro "ﺵ" Syin. Dengan nama Al-Faud dibelakangnya bukan berarti aku orang arab atau keturunan nya ya, aku memiliki sedikit darah belanda dari kakekku, sekitar 5% mungkin, overall seperti orang indonesia pada umumnya, tinggiku bahkan hanya 168cm benar-benar standar orang indonesia, dengan rambut hitam, mungkin 5% belandaku itu berada dikulit, karena kulitku putih dan bisa dikatakan sulit menghitam apabila aku dijemur dibawah matahari, itu hanya teori asalku saja. Aku sekarang berada di jakarta, menjadi budak korporat di salah satu perusahaan multinasional, sesuai dengan cita-citaku,bekerja di kantor, hidup di metropolitan. aku sangat menyukai kota, aku suka gedung-gedung tinggi, aku suka melihat jalanan yang ramai dari atas gedung, jadi jakarta adalah kota yang cocok untukku. walaupun sebenarnya ayahku juga mempunyai perusahaan yang bisa dibilang besar dikota asalku, tapi rasanya malas saya kalau aku harus terus berada dibawah bayang-bayang dia.
Palembang adalah kota asalku, hampir 21 tahun lebih aku berada disana, dan 2 tahun yang lalu aku memutuskan untuk pergi, untungnya sahabatku alvin mau kuajak pergi. "bebener njing kau nak begawe di jakarta, kalo iyo nian aku nak nyiapke barang cuk,melok" begitulah yang dia ucapkan, ketika aku mengutarakan keinginanku, saat itu dia masih menggunakan bahasa Palembang, namun sekarang dia sudah lancar sekali menggunakan "lo dan gue". berbicara soal temanku, Alvin sendiri bisa kukatakan seorang fucboi tapi pintar dalam menyembunyikan nya sehingga, dengan tinggi yang hampir sama sepertiku, rambutnya yang lumayan panjang seperti chiko jericco membuat banyak wanita yang tertarik dengan nya. dari segi memilih gaya rambut dia adalah kebalikanku, aku adalah laki-laki yang menganut kepercayaan potongan rambut undercut.
Kembali lagi soal Palembang, sebenarnya aku memiliki kenangan yang indah di Palembang, namun karena itu kenangan indahnya itulah yang membunuhku secara perlahan. dan aku tidak mau mati secara perlahan.
Tidak perduli berapa kali aku berusaha melupakan nya, memori akan hal itu akan kembali tidak pernah hilang, bahkan sampai sekarang, aku masih benar-benar ingat rasanya seperti apa.
Memori ini Selalu kembali pada 9 tahun yang lalu, 2011
YOU ARE READING
Aku Bersamamu di Setiap Rintik Hujan
RomanceBased On the true Story. Shin membaca kalimat terakhir dari surat yang diberikan kepadanya "Shin, karena kamu suka hujan, aku akan bersamamu disetiap rintik hujan ya" Setelah 8 tahun berlalu, shin tetap tidak bisa melupakan hari itu, hari kehancuran...