Terbongkar

650 7 0
                                    

Kalau ada kata - kata yang gak nyambung atau jalan ceritanya gak nyambung. Tolong maklumi ya... karena saya masih belajar.
Untuk itu.. saya mohon komentar dan masukan yang membangun + vote ya...#maksa hahah :p
Happy reading...

***

Langit pagi dihari minggu kota Purwokerto mendung dengan awan yang hitam yang menggumpal diatas gedung - gedung dan perumahan.

Entah kenapa dihari minggu yang biasanya cerah dengan langit birunya yang menyatu dengan awan putih, hilang dihari minggu ini. Seakan - akan ikut memperingati bahwa hari ini adalah tepat empat tahun meninggalnya ayah dan ibu dari kakak beradik yang sedang duduk melamun diteras rumah mereka.

Sang kakak yang diam namun tangannya memegang tasbih seraya beristigfar. Dan sang adik yang memejamkan mata mengenang Ayah dan Ibunya, sambil mengingat kembali wajah yang selama empat tahun ini sangat ia rindukan.

"Bang..." pangil sang adik pada kakaknya.

"Mmm.." sang kakak hanya bergumam menanggapi adiknya dan kembali beristigfar.

"Aga pingin ketemu Ayah sama Ibu bang.." pinta sang adik dengan mata berkaca - kaca pada sang kaka yang telah selesai dengan kegiatannya.

Sang kakak hanya memandang wajah adiknya nanar dan tak tahu harus menjawab apa.

"Abang antar kemakam Ayah sama Ibu, tapi kamu siap - siap dulu de.. mandi sama gosok gigi dulu sana! Bau tau.." ejek sang kakak pada adik yang kini wajahnya cemberut.

"Iya... iya...bawel..." ucap sang adik ketus sambil pergi dari hadapan kakaknya. Sedangkan sang kakak malah menggelengkan kepala sambil nyengir.

Setelah selesai mandi sang adik mengenakan pakaian serba hitam dari bawah hingga atas. Berdiri didepan cermin dan melihat pantulan wajah dirinya yang sedang menatapnya sinis.

"Sudah siap?"ucap sang kakak tiba - tiba dari depan pintu kamar sang adik yang terbuka. Sang adik berbalik kearah kakaknya.

"Sudah bang." Jawab sang adik datar seraya merapihkan kembali rambut berponinya kedepan menutupi kening sang adik. Sang kakak terdiam sesaat melihat sang adik merapihkan poninya. Ia tak habis pikir bahwa adik laki -  laki satu - satunya ternyata mempunyai wajah yang mirip Ibunya, kulit putihnya, bibir tipis berwarna pink alaminya, mata dan juga hidung yang tidak terlalu mancung, andai saja sang adik perempuan maka pasti ia akan terlihat sangat cantik sekarang.

Sang adik menatap kakaknya lama, mungkin ia sedang melamun.

"Ayo bang.." ajak sang adik pada kakaknya dan menatap kakaknya heran karena melihatnya seperti itu.

"Eh... ayo!" Ucapnya kaget.

Kakak beradik itu pergi ketempat peristirahatan terakhir orang tua mereka dengan menggunakan motor ninja sang kakak. Dengan kecepatan penuh sang kakak memacu motornya seperti Rossy sang pembalap kelas dunia. Sang adik hanya bisa kagum sekaligus ngeri melihat kakaknya seperti itu dan berfikir bahwa sang kakak terlihat sangat keren dengan jaket kulitnya, celana jeans levis dan kaos hitam yang ia kenakan, apa lagi degan ketampanan yang dimiliki kakaknya ia merasa iri karena kakaknya memang lebih darinya. Ia benci mengakuinya tapi kakaknya memang tampan dan memiliki tubuh yang atletis sedangkan dirinya kurus kerempeng karena sejak kecil ia sering sakit - sakitan, ia juga benci saat sang kakak bilang 'kamu cantik seperti Ibu' rasanya ia pingin muntah mendengarnya. Alhasil sang adik selama dalam perjalan hanya bisa merasa iri atas semua yang dimiliki sang kakak dan merasa malu karena mewarisi wajah Alm.Ibunya.

Sesampainya ditempat pemakaman kakak beradik tersebut memanjatkan do'a untuk kedua orang tua mereka. Setelah selesai sang kakak mengajak sang adik pulang, namun sang adik menolak dengan alasan igin sendiri dulu.

The BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang