#13

3.1K 275 9
                                    


***

"Baiklah....Saya akan menepati janji Saya Pak"

Ucapannya tersebut selalu terngiang-ngiang di kepala Jennie yang masih duduk di kursi tunggu depan kamar adiknya. Jennie tidak sanggup lagi melihat wajah adiknya, jika di paksakan masuk dirinya pasti akan menangis, jadi lebih baik dirinya tenangkan dulu pikirannya setelah itu baru menemui adiknya.

Jennie akan pergi dan menetap selama beberapa hari dirumah Nyonya Kim, lalu bagaimana caranya dia memberitahukan sang adik? Jennie hanya bisa meratapi kesedihannya sendiri tanpa ada seorangpun yang bisa membantunya.

"Kau tidak apa-apa?"
Jennie mendongakkan kepalanya dan menemukan wajah hangat Eunwo di sana, dia lupa... dirinya benar-benar sangat lupa jika dia masih memiliki Eunwo, seseorang yang belum lama ini telah membuatnya jatuh hati dengan sikap hangatnya itu.

Jennie menunduk dan tak terasa tetes demi tetes air mata jatuh dari pelupuk matanya yang indah "Kau menangis??"
tanya Eunwo seraya memberdirikan Jennie yang masih menangis itu dari duduknya dan menghadapkan tubuh yang mungil itu padanya.

"Kemarilah"
Eunwo memeluk Jennie dengan hangat dan lembut, membuat wanita yang berwajah kuat namun berhati lemah itu terbenam didalam pelukannya. Eunwo mengetahui pasti bahwa wanita itu butuh sandaran, dia ingin sekali menjadi sandaran sejati untuk wanita ini tapi akankah sandarannya itu diterima?.

***


Hari ini adalah hari yang sangat cerah namun untuk seorang Kim Jennie hari ini adalah hari yang paling buruk, seburuk hatinya yang masih berkecamuk dengan pikirannya.

"Kakak kau melamun lagi?"
Tanya sang adik dari atas kasur pasiennya itu.

"Aku merasa dari kemarin kau sering melamun kak, ada apa? apa ada yang kakak rahasiakan dariku?"
Jennie duduk di sebelah sang adik dan menggenggam tangan yang menurutnya masih sangat kecil untuk mengetahui segala penderitaan dan beban hidup dirinya.

"Apa kau tidak keberatan jika kakak meninggalkanmu ke luar kota untuk beberapa hari?"
Vika masih terdiam dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Aku bukan seorang penakut seperti kakak"
Memang benar sedari dulu Jennie lah yang paling penakut daripada Vika dan pernah suatu hari saat mereka masih kecil , mereka diganggu oleh seorang pria pemabuk jika Jennie memilih untuk kabur dan bersembunyi maka  sang adik vika memilih untuk melawan pria itu entah menggunakan batu atau kayu, vika bukan wanita polos tapi dia wanita barbar yang cerdas bahkan saat itu dirinya pun sudah tahu dimana letak kelemahan seorang pria.

"Kau benar aku penakut"
Jennie menunduk berusaha untuk menyembunyikan air matanya yang sudah mulai menetes.

"Heii kak, kenapa kau menangis? aku hanya bercanda, kenapa kau serius sekali?"

"Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian disini, tapi..maaf"
Jennie memeluk Vika, seakan-akan dirinya tidak akan pernah bertemunya kembali. Vika membalas pelukan hangat sang kakak yang entah sejak kapan menjadi melankolis seperti ini?.

"Kakak aku baik-baik saja, aku tidak masalah ditinggal kakak keluar kota bukankah itu hanya untuk beberapa hari saja? lagipula disini kan ada kak Eunwo, dia sangat baik padaku"
Mendengar kata Eunwo membuat Jennie teringat pada pria itu...padahal Jennie baru saja menaruh hati padanya tapi..dengan sangat cepat juga takdir membuatnya menikah dengan si tuan menyebalkan itu. Kira-kira bagaimana keadaan Eunwo sekarang? Jennie sudah mengambil ancang-ancang untuk menelponnya tapi tiba-tiba saja nama si tuan brengsek muncul di layar ponselnya, Jennie melihat nama itu dengan malas.

Taehyung and JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang