The Escort Man

22.1K 357 0
                                    

Hai, girls,

Aku bawa cerita baru dengan konsep sama seperti My Hidden Desires, yaitu short story. Akan sedikit part kutayangkan di sini, dan karena ini cerita erotis serta sudah ditag mature, tolong jangan gabung di sini kalau kamu belum cukup dewasa, ya.

cerita ini akan pendek saja, jadi, selamat membaca.

---------------------------------

Robert mengentakkan pinggulnya keras hingga membentur batas kemampuan pasangannya malam ini, dan jeritan wanita cantik berdada besar itu pun merobek keheningan malam jika saja Robert tidak membungkuk dan menciumnya dengan rakus. Wanita itu bergetar, dan otot-otot kewanitaannya mengetat, membuat Robert tahu kalau waktunya hampir tiba.

Tapi, hell! Dia belum apa-apa

"Robert ... aku mau ...."

"Tidak semudah itu, Sayang. Ini belum apa-apa."

Buas, Robert menggerakkan pinggulnya makin cepat, membuat wanita itu melolong tersiksa. Matanya sudah berkunang-kunang, dan napasnya melemah karena orgasme yang melanda, lalu hal itu pun datang. Getaran tubuh wanita itu makin intens, membuat Robert memaki dalam hati, dan mempercepat gerakannya. Dengan sedikit frustrasi, Robert membalik tubuh wanita itu, yang masih bergetar, lalu memasukinya dari belakang dengan kasar. Lolongan wanita itu berubah menjadi menyedihkan, apalagi saat Robert terus memacunya keras. Untunglah, saat wanita itu hampir kehilangan kesadaran, Robert mendapatkan juga keinginannya, dan meraung keras karena puas.

"Robert ... kau gila, dasar kuda jantan dari Arab," puji wanita itu sebelum memejamkan matanya lelah.

Robert merebahkan tubuhnya di sisi wanita itu, dan mengatur napasnya selama beberapa waktu. Saat dadanya yang semula naik turun dengan cepat mulai melambat, dia duduk dan mengusap punggung telanjang wanita yang sudah menyewanya itu.

"Hampir jam dua belas, Virginia. Kau tidak ingin mengucapkan perpisahan?" tanyanya. Wajahnya yang rupawan memberikan tatapan penuh dosa.

Susah payah wanita yang dipanggil Virginia itu membuka matanya. "Oh, sialan! Aku mau, Robert. Tapi rasanya aku tak sanggup," keluhnya.

Robert tersenyum. "Kalau begitu, diamlah. Aku yang akan mengerjakannya untukmu."

Dengan sekali sentak, Robert kembali membalik tubuh Virginia hingga telentang, menampilkan pose yang memancing hasrat sakitnya hingga ke ubun-ubun. Layaknya seekor predator, Robert merangkak di atas Virginia, lalu mencium bibirnya, membuat wanita itu langsung kehabisan napas. Tangannya bergerilya di bagian bawah tubuh wanita itu, mengecek bagian dirinya yang mulai berkedut mendamba.

"Kau selalu siap, bukan?" Robert menyeringai.

************

"Virginia meneleponku barusan, dan dia minta agar kau ekslusif untuknya, Robert."

Robert yang baru menapaki tangga terbawah, mengurungkan niatnya dan menoleh kepada sosok wanita cantik yang melangkah mendekat, lalu berhenti di sebelah tangga.

"Aku tidak ingin ada ikatan, Em. Kau ingat?" katanya dingin. "Tidak ada ekslusifitas."

Emily Brennan, kakak kandungnya, tersenyum. "Ya. Aku ingat. Tapi Virginia hanya ingin menjadikanmu teman tidur, bukan pasangannya."

"Dia sudah menyewaku empat kali, Em. Lebih dari itu, akan ada ikatan, dan aku tidak menyukainya."

Emily tercenung. "Kukira kau menyukai Virginia."

Robert mengerjap. "Aku menyukainya. Dia sangat cantik, royal, dan dada besarnya alami. Seks dengannya juga hebat, tapi aku tetap tidak ingin meneruskan ini. "

"Kau tidak ingin menjadikannya sebagai pasanganmu? Dia kaya, lajang, dan kurasa ... cukup baik."

Tatapan Robert semakin dingin. "Kau ingin aku membuang kebebasanku?" tanyanya. Lalu tanpa memedulikan Emily yang termangu, dia meneruskan langkahnya menaiki tangga.

Kamar besar dengan furnitur minimalis yang serba mahal menyambutnya dingin. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Hampir tak merasa, Robert melakukan rutinitasnya setiap kali selesai melakukan tugas. Melucuti semua yang dikenakannya, meletakkan pakaiannya ke dalam keranjang laundry, berjalan melintasi kamar dengan telanjang menuju ke kamar mandi, dan mengguyur tubuhnya di shower sambil memuaskan diri karena tidak mendapatkannya dari pasangannya tadi. Setelah itu dia akan mencoba tidur dalam keadaan telanjang, meski itu sia-sia karena insomnia yang dideritanya, dan bangun jauh setelah matahari berada di puncak kepala.

Semua rutinitas yang membuatnya merasa seperti robot, tetapi karena telah begitu terbiasa, ia pun menjalaninya tanpa beban. Setiap hari dilaluinya dengan mengalir, meski terkadang sebuah pemikiran tercetus di benaknya; sampai kapan dia akan menjalani kehidupannya sebagai seorang escort man?


Bersambung

Terima kasih sudah membaca.

Deasy, Februari 2020

Sexy ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang