#1 : Minta Follow

23 4 2
                                    

@andhika.prawira : Follback dong ukhti cantik hehehe...

Aku menatap layar ponselku dengan rasa tak percaya. Benarkah ini? Apa cuma mimpi? Aku mencubit lenganku. Awww! Sakit. Berarti ini nyata.

Aku harus bagaimana? Apa aku langsung follback? Tapi nanti aku dikira murahan. Agak berlebihan sih. Tapi, kami baru ngobrol sebentar tadi. Kalau aku nggak follback, nanti dikira sombong dan sok jual mahal.

Akhirnya aku menunda membalas direct message-nya. Mungkin satu jam lagi aku baru membalas. Kalau soal follback, aku pasti follback.

Sepuluh menit kemudian, ada direct message masuk.

@andhika.prawira : Kamu lagi sibuk, ya?

Aduh, dia DM lagi! Aku memutuskan untuk membalasnya sekarang.

@dianclar : Eh, nggak kok. Aku baru buka hp. Habis ini aku follback ya...

@dianclar : Ngomong-ngomong, kamu tau IG ku darimana?

@andhika.prawira : Nggak darimana-mana

@andhika.prawira : Aku nyari sendiri, habisnya penasaran sama kamu

@dianclar : Emangnya aku gimana bisa bikin kamu penasaran banget

@andhika.prawira : Nggak tau, kita kan baru ngobrol beberapa menit. Aku rasanya pengen ngobrol terus sama kamu lebih jauh. Makanya aku penasaran sama kamu

@dianclar : Oh gitu

@andhika.prawira : Cuma gitu aja tanggapannya?

@dianclar : Memangnya kamu mau gimana lagi?

@andhika.prawira : Ya gimana gitu kek, seneng, apa gimana

Aku terlarut dalam percakapan dengan Andhika. Dia anaknya asik dan nggak bosenin. Satu-satunya kelemahan Andhika menurutku adalah dia cringe. Kadang bercanda yang nggak lucu dan bahkan membuat merinding. Bukan merinding gara-gara nakutin, tapi geli banget.

"Dian, bantuin mama nyuci piring! Kamu daritadi mainin hp mulu! Adikmu daritadi udah nyetrika, nyapu, ngepel. Gantian sama kamu," perintah ibu. Pasti si Dinda, adikku, ngadu ke ibu. Emang ngeselin banget tuh anak!

"Iya bu, bentar," jawabku.

Percakapanku dengan Andhika terputus. Aku tak sabar ingin melanjutkan obrolan kami.

***

Senin. Aku kembali ke Malang karena harus kuliah. Dua minggu lagi baru aku pulang ke Tulungagung. Aku menceritakan kejadian demi kejadian saat bersama dengan Andhika kepada sahabatku, Naya.

"Menurutku, dia itu muka-mukanya kayak playboy sih, Yan," kata Naya. "Liat nih, dari hidungnya udah keliatan!"

Emang aneh ya si Naya. Dia selalu judge orang sebelum kenal. Bahkan dia menilai dari wajahnya. Aku mengelak opininya. Menurutku, dia nggak seburuk itu. Memangnya, kadar playboy cowok hanya dinilai dari hidungnya?

"Ngaco kamu Nay. Dia tuh asik diajak ngobrol, nggak tukang gombal kayak fakboy."

"Kalo dia nggak tukang gombal, terus ini apa?" kata Naya sambil menunjukkan percakapanku dengan Andhika yang paling awal, saat dia memintaku mengikuti balik instagramnya. Iya juga, sih. Dia merayuku.

"Eh Yan, ada notif nih di hapeku. Ada yang follow aku!" Naya menunjukkan ponselnya padaku. Jantungku terasa copot.

@andhika.prawira has followed you

Andhika juga follow Naya?? Apa bener dia playboy? Tapi dia kan nggak DM Naya.Cuma follow, apa salahnya?

Aku menyembunyikan keterkejutanku pada Naya. Berusaha untuk bereaksi biasa-biasa saja. Karena tipikal Naya yang overprotective padaku agar tidak mendekati playboy, karena dia sudah dua kali di-PHP cowok fakboy, sejenis playboy.

"Yan, apa aku bilang? Dia bahkan juga follow aku. Pasti banyak cewek di luar sana yang juga dirayu kayak kamu. Udah, jauhin aja. Cowok kayak gitu cuma bikin sakit hati."

Aku tetap nggak percaya. Kuabaikan kata-kata Naya. "Udahlah Nay, apa salahnya nyoba buat buka hati?"

"Buka hati? Kamu sama si Andhika bahkan baru ngobrol beberapa menit waktu mau ke stasiun dan DM-an doang. Kamu belum kenal lebih jauh sama dia," ujar Naya.

"Ya makanya, aku masih mau mengenal dia lebih jauh. Aku bakalan tetep berhubungan sama dia. Aku buktiin dia nggak seperti yang kamu pikirin, Nay."

"Oke. Tapi, kalo ada apa-apa aku nggak tau lho ya," ancam Naya.

"Iya, iya. Dia nggak bakalan gitu kok. Aku bakal buktiin!"

***

Sepulang praktikum, tubuhku rasanya remuk. Bayangkan saja, berdiri selama tiga jam dan sibuk mengamati dan mempraktikkan ini itu. Ditambah lagi, aku mengenakan sepatu pantovel.

Aku merebahkan tubuhku di kasur setelah berganti baju. Kemudian mengecek notifikasi di ponselku.

Deretan notifikasi instagram muncul dari bilah notifikasi.

@andhika.prawira : kamu lagi kuliah, ya?

@andhika.prawira : kamu pulang jam berapa?

@andhika.prawira : sibuk banget, ya kuliahnya?

Astaga, si Andhika ini nggak punya kerjaan apa? Setiap jam dia mengirimiku direct message. Dan ia menanyakan hal yang sama. Ya jelaslah aku kuliah. Dia belum ngerasain sibuknya kuliah. Memangnya dia nggak nyari penumpang, ya?

Kubalas pesan Andhika. Kukira ia bakalan lama membalasku. Semenit kemudian, ia sudah membalas pesanku.

@andhika.prawira : boleh minta nomer whatsapp nggak?

@andhika prawira : kayaknya lebih enak ngobrol di whatsapp ya

Jadi dia daritadi spam pesan ke aku cuma buat minta nomer whatsapp? Heran, kan sama aja ngobrol di whatsapp sama di instagram. Namun, kupikir-pikir, taka da salahnya memberikan nomer whatsapp-ku. Mungkin dia nggak punya banyak paketan buat chatting di instagram.

@andhika.prawira : nah, sip

@andhika.prawira : nanti malem kita chattingan ya!

@andhika.prawira : dadah, aku mau nyari penumpang dulu!

Huft, mimpi apa aku semalam. Tiba-tiba sekarang chatting-an sama driver ojol yang tak pernah kukenal, hanya ngobrol beberapa menit sebagai penumpang dan supir ojol.

My Love Fairy [HIATUS]Where stories live. Discover now